Bagikan:

JAKARTA – Memori hari ini, lima tahun yang lalu, 9 April 2019, Global Muslim Travel Index (GMTI) 2019 menempatkan Indonesia sebagai negara destinasi wisata halal terbaik dunia. Indonesia menempati peringkat pertama dari 130 negara dari seluruh dunia.

Sebelumnya, usaha Indonesia mengembangkan pariwisata halal tak mudah. Banyak hambatan dari sana-sini. Ambil contoh urusan persepsi masyarakat terkait sertifikasi halal. Segenap masyarakat menyakini Indonesia negara mayoritas Muslim terbesar tak butuh itu.

Upaya memajukan wisata halal di Indonesia penuh tantangan. Kementerian Pariwisata (Kemenpar) harus benar-benar putar otak. Narasi itu karena upaya memajukan wisata halal kerap memperoleh hambatan.

Banyak di antara khalayak umum merasa hidup di Indonesia tak perlu label halal. Pandangan itu kian dipertegas dengan persepsi Indonesia salah satu negara Muslim terbesar. Semuanya lalu dibingkai dengan keengganan pelaku usaha melakukan sertifikasi halal.

Arief Yahya yang pernah menjabat sebagai Menteri Pariwisata era 2014-2019. (Antara)

Menteri Pariwisata (Menpar), Arief Yahya menganggap hal itu jadi masalah pengembangan wisata halal. Arief menganggap Kemenpar dan pemain industri pariwisata harus bekerja sama. Pemain industri harus memiliki standar yang diakui oleh dunia pariwisata Internasional.

Arief pun mulai menyiapkan skema supaya pariwisata halal Indonesia memiliki standar baik. Empunya kuasa mulai bekerja keras melakukan sosialisasi terkait keungulan dan keuntungan wisata halal. Langkah itu dikuatkan pula dengan sederet promosi dan persiasapan membangun destinasi wisata halal.

Kemenpar tak ingin Indonesia yang notabene negara Muslim terbesar tak mendapatkan kue dari wisata halal. Bila perlu, negara-negara tetangga ke depan dapat belajar terkait pariwisata halal di Indonesia. Hal itu memungkinkan. Sekalipun pemerintah butuh waktu yang tak sedikit untuk melakukan pengembangan.

"Makanya ada sertifikasi itu hal yang mutlak. Padahal kehalalan, syariat, dan gaya hidup halal di Indonesia paling top sedunia. Pihak tim percepatan pariwisata halal sudah diajak OIC (Organization of Islamic Cooperation) dari negara-negara Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) untuk bisa membantu mereka halal hospitality itu seperti apa. Bahkan dari Malaysia berkunjung ke kita, halal hospitality itu apa," kata Ketua Tim Percepatan Pengembangan Pariwisata Halal Kementerian Pariwisata, Riyanto Sofyan sebagaimana dikutip laman Kompas.com, 6 Agustus 2018.

Gedung Halal Tourism Hub Buya Hamka merupakan program percontohan pengembangan pariwisata ramah muslim (PRM) di kawasan Danau Maninjau, Sumatra Barat (Sumbar). (Antara/ foto: Istimewa)

Pucuk dicinta ulam tiba. Usaha Indonesia untuk mengadirkan pawisata halal Indonesia yang berstandar internasional membawakan hasil. Global Muslim Travel Index (GMTI) 2019 mendaulat Indonesia sebagai negara dengan destinasi wisata terbaik di dunia pada 9 April 2019. Penatapan itu dilakukan di Pullman Hotel, Jakarta. 

Penentapan itu dilakukan karena Indonesia dianggap paling progresif dalam pengembangan pariwisata halal. Kondisi itu disambut dengan gegap gempita oleh pemerintah maupun rakyat Indonesia. Apalagi, Indonesia mampu unggul atas Malaysia, Turki, dan Arab Saudi.

"Akhirnya, target yang kita impikan sebagai destinasi wisata halal terbaik dunia tercapai. Ini membuktikan untuk mencapai kemenangkan harus direncanakan," kata Arief Yahya sebagaimana dikutip CNBC, 9 April 2019.