Bagikan:

JAKARTA – Sejarah hari ini, 33 tahun yang lalu, 6 April 1991, Bintang sepak bola Argentina, Diego Armando Maradona mendapatkan hukuman larangan bermain bersama Napoli selama 15 bulan di Liga Italia. Hukuman itu diberikan kepadanya karena Maradona terbukti menggunakan kokain sebelum membela Napoli.

Sebelumnya, Maradona adalah maestro dunia sepak bola. Aksinya dalam hajatan Piala Dunia 1986 di Meksiko memukau mata dunia. Gol tangan Tuhannya terus menjadi perbincangan. Narasi itu membuat penggemarnya bejibun.

Kesenangan Maradona bermain sepak bola tiada dunia. Permainan itu telah digemarikan sedari kecil. Saban hari ia terus berlatih sepak bola di mana saja. Di jalanan atau lapangan, tak jadi soal. Kegamaran itu terus diseriusinya. Kemampuan bermain sepak bola Maradona meningkat.

Instingnya mencetak gol kian bertumbuh. Sesuatu yang kemudian membuat banyak klub lokal di Argentina membicarakan bakat El Diego. Keputusan pun diambil Maradona. Ia memilih pinangan klub lokal Argentinos Juniors sedari 1975.

Diego Maradona usai mencetak gol tangan Tuhan ke gawang Inggris di Piala Dunia 1986. (Wikimedia Commons)

Kesempatan itu tak disia-siakan olehnya. Ia mulai berlatih dengan serius. Bahkan, ia berlatih lebih keras dari rekan-rekannya. Ia menjadi sosok yang paling pertama datang dan pulang lebih lama. Ia mampu mencetak hingga ratusan gol untuk Argentinos Juniors.

Kehebatan Maradona lalu buat Pelatih Timnas Argentina César Luis Menotti kepincut. Maradona dianggapnya aset penting sekaligus masin gol Argentina di masa depan. Sekalipun Menotti tak melibatkan Maradona untuk membela Argentina dalam Piala Dunia 1978.

Menotti pun meminta Maradona untuk membantunya memenangkan Piala Dunia U-20 1979 di Jepang dan berhasil. Keberhasilan itu membuat Maradona melanglang buana. Ia pernah membela Boca Junior di era 1981-1982, Barcelona era 1982-1984, hingga Napola era 1984-1991.

Puncak kecemerlangan Maradona hadir kala dirinya berpartisipasi pada Piala Dunia 1986 di Meksiko. Hajatan itu tercipta bak panggung penting Maradona memukau mata dunia. Alih-alih hanya mampu membawa Argentina menang, ia justru mampu memperlihatkan gol spektakuler kala melawan Inggris. Gol tangan tuhan, namanya.

Diego Maradona muda sedang mendengarkan musik dari piringan hitam. (Sky Sports/El Grafico)

“Pada Piala Dunia 1986 di Meksiko, nama Maradona benar-benar melambung. Antara lain lewat dua gol kontroversial ke gawang Peter Shilton (Inggris). Maradona, yang lebih rendah 15 cm dari Shilton, duel di depan gawang. Tangan Maradona 'menanduk' bola dan masuk ke gawang. Wasit Ali Ben Naser dari Tunisia mengesahkan gol itu, yang kemudian dikenal sebagai gol tangan Tuhan. Gol satu lagi dibuat setelah Maradona menggocek lima pemain belakang Inggris."

“Selama Piala Dunia 1986, Maradona mencetak lima gol dan mengantar Argentina merebut gelar juara. Di Piala Dunia 1990 Italia, Maradona mulai menurun. Hanya sebuah gol lewat titik penalti, di semifinal melawan Italia di Napoli, yang diciptakannya. Jadi, Maradona turun tiga kali membela Argentina di Piala Dunia dan sekali berhasil memboyong piala itu,” terang Toriq Hadad dalam tulisannya di Majalah Tempo berjudul Antara Pele dan Maradona (1991).

Kegemilangan Maradona memang terjadi kala ia membela Napoli. Namun, masalah muncul. Maradona perlahan-lahan mulai terpuruk di Napoli. Kebiasaan Maradona mengonsumsi kokain jadi muaranya. Kebiasaan itu membuatnya sering kali tak tampil di dalam latihan atau pertandingan.

Komisi Disiplin Liga Italia ambil sikap. Tes pun dilakukan kepada Maradona. Hasilnya Maradona terbukti menggunakan ‘barang’ terlarang. Kondisi itu membuat Komisi Disiplin Liga Italia menjatuhkan hukuman kepada Maradona berupa larangan bermain membela Napoli selama 15 bulan pada 6 April 1991.

“Diego Maradona, pemain sepak bola paling terkenal di dunia, hari ini mendapatkan hukuman larangan bermain selama 15 bulan karena menggunakan kokain sebelum pertandingan bulan lalu. Komisi Disiplin Liga Italia melarang penyerang berusia 30 tahun itu bermain hingga 30 Juni 1992. Sebuah larangan yang akan diperluas ke seluruh dunia oleh Federasi Internasional Asosiasi Sepak Bola (FIFA), badan pengatur sepak bola,” tertulis dalam laporan laman The Washington Post, 6 April 1991.