Bagikan:

JAKARTA – Memori hari ini, sembilan tahun yang lalu, 23 Juli 2014, Presiden Indonesia terpilih, Joko Widodo (Jokowi) kembali menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta. Semua itu karena pelantikannya sebagai Presiden Indonesia baru berlangsung pada bulan Oktober.

Sebelumnya, Jokowi mengambil cuti panjang dari aktivitasnya sebagai kepala daerah. Ia ingin mengikuti kontestasi Pilpres 2014. Jokowi pun dipasangkan dengan Jusuf Kalla (JK) dan menang.

Keberhasilan Jokowi jadi Gubernur DKI Jakarta pada 2012 terus jadi buah bibir. Ia digadang-gadang sebagai figur pembawa perubahan bagi Jakarta. imej itu kemudian membuat pamor Jokowi meningkat. Gebrakannya dinanti-nanti banyak orang.

Partai tempatnya bernaung, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) justru melihat berbeda. Alih-alih menunggu Jokowi membuktikan kapasitasnya sebagai pemimpin di Jakarta, PDIP justru memilih mengusung Jokowi untuk ikut kontestasi Pilpres 2014.

Popularitas Jokowi yang kerap tampil sederhana kian meningkat jadi muara. Jokowi pun terpaksa cuti selama kurang lebih tiga bulan untuk mengikuti jalannya kampanye. Posisinya sementara digantikan Wakil Gubernur DKi Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).

Presiden RI ke-7, Joko Widodo. (Wikimedia Commons)

PDIP pun tak mau gegabah dalam memilih wakil untuk Jokowi. Sosok itu harus berasal dari tokoh besar. JK akhirnya terpilih sebagai pendamping Jokowi. Keduanya akan melawan pasangan politikus kenamaan, Prabowo Subianto-Hatta Rajasa.

Pucuk dicinta ulam tiba. Pasangan Jokowi-JK berhasil merebut hati segenap rakyat Indonesia. Pilpres 2014 lalu mendaulat Jokowi-JK sebagai pemenang. Jokowi-JK kala itu meraih suara sebanyak 53,15 persen. Sedang Prabowo Subianto-Hatta Rajasa hanya mendapatkan suara 46,85 persen.

“Menurut hasil keputusan KPU yang diumumkan pada 22 Juli 2014, paslon Jokowi-JK unggul ketimbang rival politiknya di 23 provinsi dan dapil luar negeri. Jokowi-JK terpaut kurang lima provinsi dibanding kemenangan SBY-Boediono pada pilpres 2009.”

“Kemenangan di pilpres ini mengikuti kesuksesan PDI Perjuangan dalam pileg 2014. Yang menarik, Jokowi-JK malah kalah di lima provinsi, yaitu Sumsel, Jabar, Banten, dan Malut, padahal PDI Perjuangan menang di lima provinsi itu pada pileg 2014,” terang Idris Thaha dalam buku Islam dan PDI Perjuangan: Akomodasi Aspirasi Politik Umat (2018).

Sehari setelah pengumuman pemenang, atau pada 23 Juli 2014, Presiden Indonesia terpilih Jokowi kemudian mulai masuk kantor kembali ke Balai Kota. Ia menjabat kembali sebagai Gubernur DKI Jakarta seperti sedia kala.

Semua itu karena Jokowi baru paripurna menjabat Presiden setelah dilantik pada 20 Oktober mendatang. Sementara itu, ia harus berkutat kembali mengurus masalah Jakarta sampai pelantikan tiba. Pun kedatangan Jokowi disambut hangat oleh jajarannya di Balai Kota. Ahok, apalagi.

"Iya dong, panggilnya 'Pak Presiden'. Ucapin selamat juga sudah, tapi secara pribadi, sebagai teman dekat. Menurut KPU kan sudah menang. Kalau secara partai ya belum selamatin. Kalau Pak Jokowi dipanggil begitu ya senyum-senyum aja. Dia kan memang begitu orangnya.

"Tadi, kami baru ngomongin soal transportasi, kelanjutan monorel. Beliau bilang, kalau desainnya enggak masuk akal, enggak usah lanjut. Kemudian soal Asian Games juga sudah saya sampaikan, beliau ingin itu kita kejar. Yang lainnya juga saya sudah bilang soal revitalisasi Kota Tua, pembangunan jalan-jalan inspeksi sungai, sama perbaikan jalan-jalan," ujar Ahok sebagaimana dikutip Vivanews, 23 Juli 2014.