JAKARTA – Sejarah hari ini, 72 tahun yang lalu, 2 Januari 1950, Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW dilangsungkan pertama kali di Istana Negara. Presiden Soekarno ada di baliknya. Perayaan itu berlangsung dengan meriah. Apalagi Menteri Agama sekaligus ulama kesohor Wahid Hasyim ikut memberikan ceramahnya.
Sebelumnya, kedekatan Soekarno dan Islam bermula dari ‘mondok’ di rumah tokoh Sarekat Islam, Haji Omar Said (H.O.S) Tjokroaminoto. Ia kemudian menemukan Islam dalam diskusi dan membaca buku-buku Islam.
Soekarno mengakui kemampuan orang tuanya dalam memperkenalkan agama Islam cukup terbatas. Alasan itu membuat Bung Karno tak mengenal baik Islam sejak kecil. Bung Karno tak mempermasalahkan hal itu. Ia memahami kapasitas orangnya.
Namun, semuanya berubah ketika Bung Karno mulai indekos dirumah Tjokroaminoto. Tokoh Sarikat Islam itu mampu membagikan pengetahuannya dengan baik tentang Islam dan komunisme. Ia tak menyia-nyiakan kedekatannya dengan Tjokro.
Ia pun sering diajak Tjokro untuk mengetahui lebih jauh terkait Islam lewat acara-acara yang diadakan Muhammadiyah di Surabaya. Soekarno yang seorang pelajar di Hoogere Burgerschool (HBS) Surabaya menikmati momen tersebut.
Lagi pula, dalam acara itu kerap terjadi diskusi yang membuat pemahaman Bung Karno akan Islam meningkat. Setelahnya, Soekarno mulai memperdalam Islam dalam tiap perjuangannya meraih kemerdekaan.
Soekarno banyak membaca buku terkait tokoh-tokoh Islam, di penjara dan pengasingan. Alhasil, pemikiran-pemikirannya terkait Islam dapat menggerakkan kaum bumiputra untuk lepas dari belenggu penjajahan.
“Di gang Paneleh 7, nomor 3, rumah kos Bapak Tjokroaminoto, yak lama kemudian Soekarno diperkenalkan dengan politik nasionalis yang diilhami oleh agama Islam. Tjokroaminoto adalah salah seorang pendiri Serikat Islam, serta menjadi pemimpin yang berkarisma dan tak diragukan lagi dari partai rakyat Islam yang jumlah pendukungnya amat besar, yaitu hampir dua juga jiwa,” ungkap sejarawan Bob Hering dalam buku Soekarno Arsitek Bangsa (2012).
Baginya, Islam adalah alat perjuangan. Namun, nyala api Islam tak melulu harus digaungkan saat ingin meraih kemerdekaan semata. Keagungan Islam harus dirayakan kapan saja dan di mana saja. Soekarno pun mencontohkan ketika Indonesia secara paripurna berdaulat.
Ia yang baru datang dari Yogyakarta, segera menggagas acara Maulid Nabi Muhammad SAW di Istana Negara. Perayaan itu jadi maulid pertama yang dilaksanakan di Istana Kepresidenan dengan mengundang perwakilan dari negera tetangga. Acara itu dilangsungkan pada 2 Januari 1950.
BACA JUGA:
Soekarno ingin banyak orang mengetahui bahwa semangat Nabi Muhammad menyebarkan agama Islam dijadikan contoh untuk memerdekakan Indonesia. tak hanya Soekarno, Menteri Agama, Wahid Hasyim ikut memberikan ceramahnya terkait sosok Nabi Muhammad. Bapak dari Abdurrahman Wahid (Gus Dur) ikut pula menyampaikan perkara Nabi Muhammad dan persaudaraan manusia.
“Senin malam, 2 Januari 1950 di Istana Gambir (Istana Negara) akan dilangsungkan peringatan Maulid Nabi Muhammad. Ini adalah untuk pertama kali dalam sejarah RI dan adalah keinginan Bung Karno sendiri. Perayaan itu berlangsung meriah,” terang Syamsu Hadi dalam buku Fatmawati Soekarno, Ibu Negara (2008).