Memori Hari Ini: Gus Dur Meninggal Dunia di RSCM Jakarta pada 30 Desember 2009
Jenazah Gus Dur tiba di Ponpes Tebu Ireng Jombang, Jatim, 30 Desember 2009 sebelum dimakamkan pada 31 Desember. (Antara/Arief Priyono)

Bagikan:

JAKARTA – Memori hari ini, 13 tahun yang lalu, 30 Desember 2009, Mantan Presiden Indonesia, Abdurrahman Wahid meninggal dunia. Pria yang akrab disapa Gus Dur itu meninggal dunia di Rumah Sakit Cipto Mangunkusomo (RSCM), Jakarta.

Penyebab kematiannya adalah komplikasi penyakit. Dari diabetes hingga gangguan ginjal. Kepergiaannya membuat seisi Indonesia berduka. Sebelumnya, Gus Dur dikenal sebagai sosok yang bernyali tinggi. Nyali itu kerap ia tunjukkan saat melawan Orde Baru dan jadi Presiden Indonesia.

Tindak-tanduk perjuangan Gus Dur bagi bangsa dan negara begitu besar. Pada masa Orde Baru (Orba), apalagi. Alih-alih memilih main aman, Gus Dur justru tampil berani dalam membela rakyat. Sebagai ulama, ia menentang segala bentuk ketidakadilan Soeharto dan Orba.

Ia berdiri membela warga yang kehilangan pekerjaan, rumah, dan tanahnya. Pun Gus Dur juga ikut membantu simpatisan Partai Rakyat Demokratik (PRD) yang dikejar aparat Orba. Laku hidup Gus Dur selalu sama. Ia berdiri untuk memberikan perlindungan dan pembelaan.

Nyali Gus Dur nyatanya tak hilang ketika ia menjabat sebagai Presiden RI. Ia kemudian muncul sebagai presiden yang berani mengusut perkara korupsi Orba yang menyeret nama Soeharto. Ia tak mau pandang bulu. Amanah sebagai presiden digunakannya dengan baik.

Gus Dur dikunjungi Ketua Dewan Syuro NU, KH Abdul Aziz Mansyur saat dirawat di RSCM Jakarta. (Istimewa)

Gus Dur pun segera melanggengkan gebrakan untuk memajukan bangsa dan negara. Utama menjaga perdamaian antar agama. Ia pun berani menggulirkan kebijakan-kebijakan yang dinilai kontroversial. Sekalipun kebijakan yang ambil Gus Dur dikemudian hari mendapatkan apresiasi banyak pihak.

“Justru politik kekuasaan membuat kebesaran Gus Dur teruji. Banyak kebijakannya yang revolusioner dan wacananya yang terlampau berani. Gus Dur meresmikan tahun baru Imlek, mengubah nama Irian Jaya menjadi Papua, membubarkan Departemen Sosial.”

“Membubarkan Departemen Penerangan, dan Kementerian Pemuda dan Olahraga, menjajaki kemungkinan kerja sama politik dengan Israel, hingga meminta maaf kepada kalangan eks-Partai Komunis Indonesia (PKI) sebagai korban politik. Ada yang disambut baik, ada yang menyisahkan kontroversi,” ungkap M. Alfan Alfian dalam buku Damai Bersama Gus Dur (2010).

Goresan Indah Gus Dur sebagai orang nomor satu Indonesia diapresiasi orang banyak. Bahkan, sumbangsih Gus Dur –tindakan dan pemikirannya—tetap abadi sekalipun ia tak lagi memegang jabatan politik.

Gus Dur tetap melakukan gebrakan untuk bangsa dan negara. laku hidup itu dilakukannya hingga ajal mengintai Gus Dur. Apalagi, dalam detik-detik terakhir hidupnya, Gus Dur menyempatkan berpesan kepada banyak pihak untuk selalu menjaga keberagaman bangsa Indonesia.

Gus Dur dan Megawati Soekarnoputri pada 1999. (Perpusnas)

Setelahnya, Ia meninggal dunia karena komplikasi penyakit (ginjal dan diabetes) di RSCM pada 30 Desember 2009. Kepergiannya membawa duka mendalam bagi seisi Indonesia.

“Petang itu, selepas magrib 30 Desember 2009, pukul 18:45 WIB figur sederhana, cerdas, dan pencinta damai itu, akhirnya berpulang menemui ‘sang kekasih,’ Allah Tabaraka wa Ta’ala. Terasa sakit, namun seperti yang selalu diamatkan almarhum, hanya Allahlah Yang Maha Abadi.”

“Sebagaimana firman-Nya, semua yang ada di bumi akan binasa, yang kekal hanyalah Allah, pemilik kebesaran dan dan kemuliaan. Jutaan orang melepas kepergian Gus Dur seorang ulama besar, budayawan, tokoh demokrasi serta inspiratory bagi warga bangsa ini dalam melakukan perubahan dan menegakkan demokrasi, pluralisme, dan HAM,” ungkap Maman Imanulhaq Faqieh dalam buku Fatwa dan Canda Gus Dur (2010).