Bagikan:

JAKARTA – Sejarah hari ini, 294 tahun yang lalu, 28 Desember 1728, maskapai dagang Belanda, VOC mengungkap Kota Batavia sudah dikelilingi rumah judi. Kompeni mengumumkan bahwa rumah judi di Batavia mencapai 14, enam di dalam kota dan delapan di luar tembok kota.

Kompeni menganggap kehadiran rumah judi sudah lebih dari cukup. Alias Kompeni tak mau menambah lagi. Sebelumnya, praktek perjudian didukung penuh Kompeni. Pajak judi yang besar jadi alasan utama dukungan.

Migrasi besar-besaran etnis China memiliki andil besar bagi tumbuh-kembang Kota Batavia. Gubernur Jenderal VOC, Jan Pieterszoon Coen ada di baliknya. Penguasa VOC itu bahkan menyebut kehadiran orang China dapat menjadi penentu kejayaan negeri koloni.

Ia lalu memberikan keistimewaan terhadap orang China yang mau tinggal di Batavia. Akses pekerjaan dibuka selebar-lebarnya untuk orang China. Sebagai gantinya, Coen meminta orang China untuk membangun Batavia. Sisanya, orang China jadi objek pajak VOC.

Aktivitas perjudian yang dilakukan orang-orang China di negeri asal mereka dibawa serta saat bermigrasi ke Hindia Belanda, salah satunya berbuah menjamurnya rumah judi di Batavia. (Wikimedia Commons)

Simbiosis mutualisme itu berlangsung dengan harmonis. Kompeni dapat uang pajaknya. Orang China dapat kesenangannya. Demi mengontrol perjudian, Coen mengangkat Souw Beng kong (Bencon) sebagai Kapitan China.

Bencon ditugaskan menarik pajak di rumah-rumah perjudian. Kapitan China itu dibantu oleh sekretarisnya Jan Con. Pun rumah judi di Batavia tak pernah memiliki masalah dalam membayar pajak. Apalagi peminatnya semakin hari semakin meningkat.

“Oleh karena ia mempekerjakan banyak penebang dan juga kuli yang bekerja pada proyek-proyek bangunan di Batavia, maka tidak aneh apabila, bersama dengan Bencon Kapiten China itu, Jan Con ditunjuk untuk memungut pajak perjudian yang diberlakukan sejak 1620. Oleh karena di kota ini orang-orang China penjudi-penjudi besar itu, maka Jan Con juga cukup akrab dengan mereka.”

“Dengan demikian ia pun yakin, si pemenang akan membayar 20 persen pajak atas kemenangannya itu kepadanya dan Bencon. Demikian baik tugas itu dilaksanakan oleh kedua pemimpin masyarakat tersebut, sehingga Coen tak ragu-ragu memerintahkan agar Jan Con lebih diutamakan dibanding lain-lain pada lelangan pungutan judi yang akan datang,” ungkap Sejarawan Leonard Blusse dalam buku Persekutuan Aneh: Pemukim Cina, Wanita Peranakan, dan belanda di Batavia VOC (1988).

Gambaran Batavia pada masa pendudukan VOC tahun 1754. (Wikimedia Commons/Johannes van Ryne)

Belakangan, rumah judi semakin menjamur di Batavia. Sekalipun Coen dan Bencon tak lagi berada di pucuk kepemimpinan. Gubernur Jenderal penerus Coen tetap mengizinkan rumah judi berdiri. Sedang Kapitan China lainnya tetap sibuk menarik pajak perjudian. Mereka tak mau penghasilan besar dari praktek perjudian hilang begitu saja.

Izin itulah yang kemudian membuat Batavia dikelilingi rumah judi. Bahkan, rumah judi dianggap lebih banyak daripada rumah sakit. VOC pun bersiasat. Empunya kuasa tak mamu menambah rumah judi dalam waktu dekat. Pengumuman itu diterangkan VOC pada 28 Desember 1728.

“Oleh VOC diakui bahwa pendapatan judi itu meningkat bilamana ada jukung China yang mampir berlabuh di Batavia. Meski begitu, jumlah rumah judi yang ada 14 (enam di antaranya di dalam kota dan delapan di luar tembok kota) dianggap sudah cukup,” terang Sejarawan Mona Lohanda dalam buku Sejarah Para Pembesar Mengatur Batavia (2007).