Bagikan:

JAKARTA – Sejarah hari ini, 70 tahun yang lalu, 9 Juni 1950, Perdana Menteri India, Pandit Jawaharlal Nehru melangsungkan kunjungannya ke Bandung. Kunjungan itu langsung disambut dengan meriah oleh Bung Karno. Kedatangan Nehru diiringi dengan iringan 87 mobil. Rakyat Bandung pun menyambutnya.  Perihal itu jadi bukti bahwa Nehru adalah tamu negara yang spesial. Apalagi, Nehru dan Soekarno dikenal sebagai sahabat dekat. Indonesia acap kali membantu dan mendukung penuh India. Begitu pula sebaliknya.

Soekarno lihai dalam menjalin hubungan akrab dengan para pemimpin dunia. Ia mampu membangun kedekatan emosional dalam tempo singkat. Karenanya, Bung Karno dapat akrab dengan siapa saja. Termasuk membangun hubungan dengan pemimpin India, Pandit Jawaharlal Nehru. Bahkan, keduanya jadi simbol hangatnya hubungan Jakarta – New Delhi.

Semua itu bermula ketika Indonesia --lewat Sutan Sjahrir-- menawarkan bantuan beras 500 ribu ton beras ketika India dilanda kelaparan pada 1946. Sebaliknya, India menawarkan Indonesia 500 ribu ton bahan pakaian. Penawaran beras itu mendapatkan simpati dari India.

Perdana Menteri India, Jawaharlal Nehru diapit Bung Karno dan Bung Hatta. (Dok. Arsip Nasional Republik Indonesia)

Bagi Indonesia beras adalah alat diplomasi. Siasat itu jitu. Kepedulian Indonesia mendapatkan simpati dari dunia internasional. Pun India jadi memiliki kedekatan emosional dengan Indonesia. India mendukung penuh kemerdekaan Indonesia. Dukungan itu membuat dukungan dari negara-negara Asia lainnya mengalir.

Keberanian India mengakui kemerdekaan Indonesia pun tak henti-hentinya diapresiasi oleh Bung Karno. Pada peringatan kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1946, misalnya. Soekarno mengatakan dukungan dan terima kasihnya pada India.

“Soekarno menunjukkan rasa terima kasihnya kepada India dengan mengajak massa yang hadir untuk menyerukan Jai Hind (Hidup India) tiga kali berturut-turut. Rasa terima kasih ini merupakan cara Republik untuk menunjukkan karakter mereka yang baik saat menerima bantuan dari pihak lain.”

“Ucapan Jai Hind merupakan salah satu ekspresi yang dipakai warga India untuk saling menyapa satu sama lainnya dan untuk merayakan nasionalisme mereka, Slogan Jai Hind ini bisa dikatakan ekuivalen dengan seruan merdeka yang lazim dipakai di Indonesia kala itu. Dengan nenyerukan "Jai Hind" secara bersama-sama, Presiden Soekarno jelas ingin memperkuat koneksi Indonesia dan India sebagai negara yang berbagi sejarah yang sama, sebagai dua negara yang baru Jahir dari tengah-tengah kolonialisme Barat,” ungkap Muhammad Yuanda Zahra dalam buku Demi Kemanusiaan dan Persaudaraan (2020).

Bung Karno memperkenalkan Perdana Menteri India, Jawaharlal Nehru dengan beberapa perwira pimpinan TNI di Istana Negara Jakarta dalam kunjungan Nehru ke Indonesia pada 7-17 Juni 1950. (Dok. Arsip Nasional Republik Indonesia)

Keduanya, baik Soekarno dan Nehru saling berkunjung. Nehru pun sendiri tercatat mengunjungi Indonesia dalam rangka kunjungan kenegeraan pada 1950. Pun di Indonesia Nehru pun berkunjung ke Kota Kembang, Bandung pada 9 Juni 1950. Kunjungan itu begitu spesial.

Soekarno dan rakyat Indonesia menyambutnya dengan gegap gempita. Ribuan orang menyambut kedatangan rombongannya. Bendera Merah Putih berkibar di setiap rumah. Mereka ingin menyampaikan salam atas kedatangan Nehru di Kota Kembang.

“Bung Karno, Bung Hatta dan Pendit Nehru serta penggiringanja baru sampai sore di muka Gedung Gubernur jam 16.40. Sepandjang djalan dari Tjipanas ke Tjiandjur, Padalarang, Tjimahi terus ke batas kota, banyak rakyat berdiri di pinggir djalan menjambut rombongan Bung Karno jang diiringi 87 mobil,” tertulis dalam laporan surat kabar Fikiran Rakyat, 10 Juni 1950.