Bagikan:

JAKARTA - Desa Kemusuk memiliki arti penting bagi Soeharto. Ia lahir dan besar di desa pinggiran Yogyakarta itu. Segala macam aktivitas khas anak petani kerap mewarnai hari-harinya. Dari main di sawah hingga menggembala kerbau.

Baginya, hidup di Kemusuk penuh berkah. Kepekaannya terasah. Ia memahami problema hulu-hilir persoalan pertanian. Kelak, ketika ia jadi orang nomor satu Indoensia, Soeharto andal di bidang pertanian. Desa Kemusuk pun diistimewakan setelahnya. Jalanannya diaspal sampai tepi parit.

Soeharto acap kali bangga dengan statusnya sebagai anak petani. Ia menikmati betul pengalaman masa kecilnya hidup di Kemusuk. Main di sawah jadi kegemarannya. Kebiasaan itu lestari karena keluarga Soeharto sehari-hari bekerja di sawah.

Pun sawah kemudian jadi ruang berekspresi Soeharto. Segala macam aktivitas dilakoninya. Antara lain main lumpur, mengembala kerbau, hingga menebang pohon pisang. Semua dilakukan Soeharto dengan senang hati. Kalau pun Soeharto lapar, ia tak pernah pusing. Soeharto bergegas mencari makanannya sendiri. Mencari belut jadi ajian utamanya.

Presiden Soeharto dalam sebuah kunjungan kerja. (Perpusnas)

Soeharto bukan tergolong anak yang nakal. Perilakunya lurus saja. Ia banyak membenamkan diri dengan bersekolah dan mengaji. Namun, bukan berarti Soeharto tak pernah berkelahi. Satu-satunya perkelahian yang dilakukan Soeharto adalah ketika ia dan temannya bermain gundu.

Mula-mulanya ia larut dalam permainan, kemudian perkelahian tak terhindarkan. Ia dan lawannya justru menangis. Selebihnya, kepekaannya hidup di Kemusuk terasah. Ia melihat bagaimana sulitnya kehidupan petani. Dari problema hidup dan persoalan terkait pertanian. Bekal itu membuat Soeharto di masa yang akan datang andal dalam urusan pertanian.

“Dalam pada itu terasa latar belakang kehidupan saya di Kemusuk tumbuh menyubur selama saya menetap di Wuryantoro. Pengalaman di Kemusuk di tengah-tengah kaum tani, di tahun-tahun 1920-an yang sedang sulit itu, menanamkan dalam diri saya benih-benih simpati kepada petani. Benih-benih ini dipupuk bukan saja oleh hubungan saya yang berlanjut dengan kehidupan petani, tetapi juga dihidupkan oleh pengetahuan dan pengalaman yang saya peroleh di bidang pertanian.”

“Di bawah bimbingan Pak Mantri tani Prawirowihardjo, saya sering menyertai paman saya itu dalam peninjauannya ke pelbagai tempat. Dan Pak Prawirowihardjo bukan saja memberikan pengetahuan di bidang pertanian secara teoritis kepada saya, melainkan juga lewat praktek. Di tiga kebun percontohan yang saya ingat, yang ditekuni oleh Pak Prawirowihardjo, yakni yang di desa Ngungking, Kenongo, dan Tangkil, saya diberi kesempatan untuk menggumuli tanah yang jadi kecintaan saya,” ungkap Soeharto sebagaimana ditulis G. Dwipayana dan Ramadhan K.H. dalam buku Soeharto: Pikiran, Ucapan, dan Tindakan Saya (1989).

Balas Budi

Pengalaman hidup di Kemusuk tak sia-sia. Pembangunan di sektor pertanian jadi salah satu target pentingnya saat menjabat sebagai orang nomor satu Indonesia. Ia membenahi segala sektor hulu-hilir pertanian. Berbagai kebijakan dan fasilitas penunjang pun disiapkan.

Antara lain pembangunan waduk, irigasi, pabrik pupuk, dan pengembangan sumber daya manusia. Siasat itu berhasil. Indonesia jadi salah satu pengimpor beras terbesar di dunia. keberhasilan swasembada era Soeharto diakui oleh Organisasi Pangan dan Pertanian milik PBB, FAO. Mereka memberikan Soeharto medali emas untuk itu pada 1986.

Keberhasilan itu tak membuat Soeharto laksana kacang lupa kulitnya. Ia tak lupa daratan. Pemerintah memperlakukan Desa Kemusuk dengan istimewa. Sedang desa lainnya tak mendapatkan hal itu. Empunya kuasa menjadikan Desa Kemusuk menonjol dari desa lainnya. keasriannya dijaga selalu.

Jalanan dari dan menuju Desa Kemusuk diaspal secara total. Bahkan, aspalnya sampai dibenamkan hingga ke tepi parit. Perlakuan itu tampak berbeda dengan desa lainnya yang cenderung belum banyak memiliki aspal yang baik.

Presiden Soeharto berjumpa dengan petani di Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan. (Perpusnas)

Kala itu, tiada desa yang dapat menandingi istimewanya kemusuk. Semua itu digadang-gadang sebagai bentuk rasa terima kasih Soeharto kepada Desa Kemusuk.

“Kalau anda pernah menyambangi Desa Kemusuk di pinggiran Kota Jogja, bisa jadi Anda akan terkesan dengan keasrian, kebersihan dan desa yang berbeda dengan lainnya. Tak usah jauhjauh. Lihat saja parit yang menempel di sepanjang jalan kecil, yang dekat dengan hamparan sawah yang menghijau indah. Aspal dibenamkan hingga ke tepi parit. Mungkin desa ini memang mendapat perlakuan yang istimewa ketimbang desa-desa yang lain.”

“Sudah barang tentu, karena desa ini merupakan desa kelahiran Soeharto pada 8 Juni 1921. Sesuai penanggahan ini, primbon mencatat ada sifat yang sangat menonjol seperti kewibawaan dan kepribadian yang sangat berpengaruh, serta tidak dapat diperintah. Selain itu, sifat lain yang juga menonjol adalah berwatak keras, berjiwa pemimpin serta memiliki ambisi yang besar. Soeharto juga masuk kategori orang sensi, mudah tersinggung perasaannya, tegas, serta angkuh,” ungkap Femi Adi Soempeno dalam buku Mereka mengkhianati saya (2008).