Bagikan:

JAKARTA - Memimpin negara selama lebih dari tiga dekade, Presiden Kedua RI, Soeharto dikenal sebagai pemimpin otoriter. Namun, di balik keperkasaan Soeharto, ada sisi lembut yang tergambar dari kisah cintanya bersama sang istri, Tien Soeharto atau Siti Hartinah, yang juga akrab disapa Ibu Tien.

Tanggal 8 Juni, hampir satu abad silam, yakni tahun 1921, Soeharto lahir. Tien mengisi sebagian besar kehidupan Soeharto. Banyak kisah yang terjalin antara keduanya. Soeharto dan Tien pertama kali bertemu di Wuryantoro, Wonogiri, Jawa Tengah kala keduanya masih remaja.

Tien dan keluarganya saat itu memang menetap di sana. Sementara, Soeharto baru pindah dari Desa Kemusuk di Yogyakarta untuk bersekolah. Di Wuryantoro, Soeharto tinggal di rumah pamannya, Prawirohardjo. 

Di sekolah itulah Soeharto melihat Tien, adik kelasnya. Ia dibuat jatuh cinta oleh Tien. Menurut cerita adik tiri Soeharto, Probosutedjo, seperti dicatat Alberthiene Endah dalam Memoar Romantika Probosutedjo: Saya dan Mas Harto, Soeharto bahkan sempat merasa minder.

Ia memendam perasaan cintanya pada Tien karena perbedaan status sosial. Tien, kala itu dikenal sebagai remaja putri dari kalangan ningrat Mangkunegaran.

Beberapa tahun kemudian, saat perang berkecamuk, Soeharto yang sudah menyandang pangkat letnan kolonel, ditemui bibinya, istri Prawirowihardjo. Sang bibi ternyata berinisiatif menjodohkan Soeharto dengan Tien. Gayung bersambut. Cinta mereka akhirnya berlabuh dalam sebuah pernikahan yang digelar pada 26 Desember 1947 di Surakarta.

Kesetiaan

Cinta Soeharto pada Tien dibayar dengan kesetiaan besar. Tien selalu mendampingi Soeharto melalui masa sulit selama memimpin Orde Baru. Ketika Soeharto dituding memanfaatkan fasilitas militer selama bertugas di Jawa Tengah untuk kepentingan bisnis, misalnya.

Saat itu, menurut sejarawan Australia, RE Elson dalam Suharto: A Political Biography, Soeharto sempat ingin berhenti dari dunia mliter dan membanting stir jadi sopir taksi. Tapi Tien mencegah sekaligus menguatkannya. 

"Saya tidak menikahi sopir taksi, tapi prajurit. Hadapi kesukaran ini dengan kepala dingin, meski hatimu panas," kata Tien pada Soeharto.

Kesetiaan Tien berbalas. Soeharto juga tercatat mendukung Tien dalam kesulitan-kesulitan. Termasuk dalam pembangunan Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Saat itu, tudingan deras mengarah kepada Tien yang disebut menuntut upeti sepuluh persen dari setiap proyek negara terkait TMII. Saat itu, Soeharto membela mati-matian Tien dan ambisi besarnya.

Tak cuma soal TMII. Tien juga sempat diterpa isu tak sedap soal keyakinan yang dianut. Pemberitaan Detik.com menceritakan, saat itu Tien ikut dalam kunjungan Soeharto ke Myanmar.

Dalam kunjungan itu, seorang wartawan mendapati Tien membawa bunga melati dan berjalan menuju pagoda. Kejadian itu jadi perbincangan. Tien dianggap menyembah pagoda.

Tak cuma skandal kenegaraan. Hubungan Soeharto dan Tien juga diwarnai isu perselingkuhan. Sang Presiden kala itu diisukan bermain mata dengan selebritis berinisial R. Namun, kabar itu ditepis Soeharto. Menurutnya, isu itu hanya strategi politik untuk menjatuhkannya dalam pemilu.

"Kami, istri dan saya, memang sama-sama setia, saling mencintai, penuh pengertian dan saling mempercayai," kata Soeharto dikutip dari buku otobiografinya, Soeharto: Pikiran, Ucapan dan Tindakan Saya.

"Isu itu berkembang di tengah mahasiswa dan ibu rumah tangga. Padahal, kenal dan jumpa pun saya tidak pernah dengannya. Isu-isu semacam itu cuma upaya buruk dari sementara pihak yang tidak suka pada saya," Soeharto.

Dipisah maut

Kisah cinta Soeharto dan Tien langgeng sampai maut memisahkan. Hal yang memilukan terjadi ketika Tien meninggal. 

Saat itu, tameng kokoh pertahanan jenderal yang terkenal dengan ketegasannya ini roboh. Soeharto bahkan terlihat limbung saat sang belahan jiwa pergi meninggalkannya untuk selamanya.

"Piye to, kok ora bisa ditulung? (bagaimana sih kok tidak bisa ditolong?)" kata Soeharto ketika menghadapi kenyataan baru saja kehilangan istrinya seperti tertulis pada buku Pak Harto: The Untold Stories.

Tien meninggal pada 25 April 1996 di Rumah Sakit Pusat Pertamina. Menurut kabar resminya, wanita berlesung pipit itu meninggal terkena serangan jantung.

Kepergian Tien adalah pukulan terberat bagi Soeharto. Banyak intrik, juga musuh-musuh politik yang telah dihadapi lelaki ini. Namun, saat itu, tiada cobaan seberat kepergian perempuan yang menjalani pernikahan selama 49 tahun bersamanya.

Sepeninggalan almarhum, Soeharto tidak menikah lagi sampai ajal menjemputnya. Ia mengembuskan napas terakhir pada 27 Januari 2008 karena kegagalan organ multifungsi.