Bagikan:

JAKARTA - Sejarah hari ini, 44 tahun yang lalu, 11 November 1978, Presiden Soeharto menunaikan ibadah salat Idul Adha di Masjid Istiqlal. Momen itu disambut dengan gegap gempita oleh segenap warga Jakarta di Istiqlal. The Smiling General secara pribadi juga ikut memberikan kurban seekor sapi.

Sebelumnya, Masjid Istiqlal direncanakan oleh Soekarno dan Hatta. Mereka ingin membangun masjid terbesar dan termegah di Asia Tenggara. Masjid itu digadang-gadang sebagai simbol persatuan seluruh umat Islam. Tanpa terkecuali.

Keinginan Soekarno dan Hatta menghadirkan masjid terbesar dan termegah di Asia Tenggara tak tertahankan. Keduanya mengajak banyak pihak untuk membahas rencana pembangunan masjid Istiqlal. Wahid Hasyim dan Anwar Tjokroaminoto adalah beberapa di antaranya. Supaya, rencana pembangunan disiapkan secara matang, pikirnya.

Ide menyelenggarakan sayembara mencari arsitek pun muncul. Tujuannya supaya Masjid Istiqlal benar-benar dirancang oleh arsitek berbakat. Friedrich Silaban terpilih sebagai pemenang. Panitianya lalu dikebut, demikian pula rencananya.

Kendala pun muncul di tengah jalan. Pembangunan Istiqlal melambat karena perpindahan kekuasaan dari Soekarno ke Soeharto pada 1966. Ide Bung Karno pun terus dilanjutkan oleh Soeharto. Pembangunan Istiqlal terus digalakkan. Masjid Istiqlal pun akhirnya diresmikan pada 22 Februari 1978.

Presiden Soeharto memberikan korban sapi dalam peringatan Hari Raya Iduladha di Masjid Istiqlal, Jakarta pada 21 November 1977. (Perpusnas)

Semenjak itu saban hari Masjid Istiqlal berfungsi menjadi rumah ibadah seluruh umat Islam. Apapun maszhabnya. Semuanya diterima di Istiqlal. Apalagi Soeharto mengharapkan Istiqlal menjadi simbol penyatuan Islam.

“Masjid yang kubahnya berdiameter 45 meter ini, simbol Proklamasi Kemerdekaan, dan minaret setinggi 6666 cm, mengikuti jumlah ayat dalam Al-Quran, dibuka pada tanggal 22 Februari 1978. Sebuah beduk kayu besar, sebagai alat yang menyimbolkan Islam Indonesia, diletakkan di beranda. Seperti tanggal penancapan tiang pancang pertamanya, tanggal peresmian juga jatuh pada hari perayaan Maulid.”

“Ketika meresmikan Masjid Istiqlal, Presiden Suharto mengulang kata-kata pendahulunya, meyakinkan pendengarnya bahwa dengan membangun Masjid Istiqlal, rakyat Indonesia telah menunjukkan diri kepada dunia bahwa mereka adalah "bangsa yang besar, dan sebuah bangsa yang mampu menyatukan kehidupan material dan kehidupan spiritual. Masjid Istiqlal lebih dari sekadar kebanggaan nasional. Masjid ini juga menjadi simbol persatuan komunitas Islam Indonesia,” ungkap Martien de Vletter dalam buku Masa Lalu dalam Masa Kini: Arsitektur di Indonesia (2009).

Berikutnya, Masjid Istiqlal kerap dijadikan tempat ibadah favorit banyak tokoh politik Indonesia. Soeharto apalagi. Ia acap kali beribadah di Masjid Istiqlal tiap hari besar Islam. Pun kedatangannya kerap memancing atensi penduduk Jakarta.

Kondisi itu terlihat ketika Soeharto datang menunaikan ibadah salat Idul Adha pada 11 November 1978. Kedatangannya disambut dengan gegap gempita oleh penduduk Jakarta yang beribadah di Istiqlal. Apalagi Soeharto juga ikut memberikan kurban seekor sapi.

“Sabtu, 11 November 1978, Presiden Soeharto melakukan shalat Idul Adha bersama-sama masyarakat Jakarta di Masjid Istiqlal pagi ini . Sesudah shalat , Kepala Negara menyerahkan seekor sapi sebagai qurbannya,” tertulis dalam buku Jejak Langkah Pak Harto: 29 Maret 1978-11 Maret 1983 (1992).