Koran Berbahasa Prancis, La Lorgnette, Terbit Pertama Kali di Batavia dalam Sejarah Hari Ini 1 Oktober 1876
Orang Eropa di Batavia menikmati koran pada masa penjajahan Belanda. (Wikimedia Commons)

Bagikan:

JAKARTA – Sejarah hari ini, 146 tahun yang lalu, 1 Oktober 1876, surat kabar berbahasa Prancis, La Lorgnette terbit pertama kala di Batavia (kini: Jakarta). Surat Kabar itu direncanakan terbit setiap Senin dan Jumat. Sasarannya jelas. Empunya surat kabar menyasar kaum terpelajar yang mengerti bahasa Prancis di Hindia-Belanda.

Utamanya untuk penduduk asal Prancis dan Belgia di Batavia. Sebelumnya, industri pers di Batavia telah hadir sejak abad ke-17. Tujuannya tak melulu edukasi, tapi juga menjadikan koran sebagai alat dokumentasi sejarah.

Industri pers telah hadir sejak abad ke-17 di Batavia. Industri itu menjadi bagian penting dalam perkembangan kota yang berjuluk Ratu dari Timur. Namun, industri pers bukan sebuah bisnis yang menguntungkan.

Masing-masing perusahaan media massa hadir untuk pembaca yang spesifik. Bukan umum. Informasi media massa pada periode awal penjajahan Belanda banyak memuat perkembangan luar negeri. Eropa terutama.

Segmentasi itu dipilih supaya penduduk Eropa di Batavia dapat mengetahui kabar kampung halamannya. Antara lain kabar dari Belanda, Jerman, Polandia, Spanyol, hingga Inggris. Industri itu tumbuh pesat. Hausnya penduduk Batavia akan informasi jadi muaranya. Karenanya, eksistensi media massa makin menjanjikan.

Sebuah keluarga bangsa Eropa di Batavia menikmati berita di koran. (Wikimedia Commons)

Media massa mampu melewasi era keemasan maskapai dagang Belanda VOC hingga pemerintah kolonial Hindia-Belanda. Media massa pun tak melulu dikenal sebagai corong informasi belaka. Lebih dari itu, media massa dianggap laksana alat dokumentasi penting di Nusantara.

“Kendati demikian, tujuan mereka bukan cuma sekadar untuk memperoleh keuntungan uang. Namun, mereka telah menyadari bahwa media massa di samping sebagai alat penyampai berita kepada para pembacanya dan menambah pengetahuan, juga punya peran penting dalam menyuarakan isi hati pemerintah, kelompok tertentu, dan rakyat pada umumnya.”

“Apalagi, orang Belanda yang selalu mengutamakan betapa pentingnya arti dokumentasi, segala hal ihwal dan kabar berita yang terjadi di negeri leluhurnya maupun di negeri jajahannya, selalu disimpan untuk berbagai keperluan. Dengan kata lain, pers pada masa itu, telah dipandang sebaga alat pendokumentasian segala peristiwa yang terjadi di negeri kita,” ungkap Akhmad Efendi dalam buku Perkembangan Pers di Indonesia (2020).

Jenis koran yang tersebar di Batavia pun bermacam-macam bahasa. Ada yang berbahasa Belanda, Inggris, bahkan Prancis. Kehadiran koran berbahasa Prancis, La Lorgnette jadi bukti. Koran yang digagas oleh pria bernama Z. Berger-Deplace terbit pertama kali pada 1 Oktober 1876.

Koran itu banyak memuat berita serba-serbi pertunjukan teater di Hindia-Belanda. Isinya sesuai dengan minat pemiliknya seorang pemain teater. Pasar yang ingin disasar oleh Berger adalah orang Prancis dan Belgia di Batavia.

Herman Willem Daendels adalah Gubernur Jenderal Hindia Belanda (1808-1811) yang dipilih oleh Kaisar Prancis, Napoleon Bonaparte. Itu menjadi bukti bahwa Prancis pernah membawa pengaruh dalam tatanan kehidupan bernegara di Indonesia pada masa dahulu. (Wikimedia Commons)

“Koran berbahasa Prancis La Lorgnette terbit di Batavia setiap hari Senin dan Jumat, sejak 1 Oktober 1875 hingga 25 Februari 1876. Harian ini dicetak di percetakan Ernst & Co. dan dijual seharga 50 sen. Pembacanya berasal dari golongan terpelajar yang membaca tulisan berbahasa Prancis dan hidup di Hindia-Belanda.”

“Tapi koran tersebut tidak berumur panjang: terbit hanya 43 edisi dalam umurnya yang hanya mencapai lima bulan. Koran tersebut khusus memuat hal-hal yang berkaitan dengan pertunjukan teater. Di dalamnya terdapat iklan dan ulasan pertunjukkan teater. Jadi media itu dibaca oleh publik pengguna Bahasa Prancis, terutama orang-orang Prancis dan Belgia di Batavia,” terang Sejarawan Denys Lombard sebagaimana ditulis Bernard Dorleans dalam buku Orang Indonesia & Orang Prancis (2006).