Bagikan:

JAKARTA – Sejarah hari ini, 89 tahun yang lalu, 10 September 1933, pejuang kemerdekaan Mohammad Husni Thamrin menjenguk Soekarno yang sedang ditahan di Penjara Sukamiskin, Bandung. Kehadirannya sebagai bentuk dukungan kepada Soekarno.

Keduanya banyak berbicara terkait siasat untuk keluar dari jeruji besi. Sebelumnya, Thamrin banyak mendukung pejuang kemerdekaan Indonesia. Dari Tjipto Mangoenkoesoemo hingga Soekarno. Segala jenis bantuan diberikan. Perkara uang apalagi.

Perjuangan Soekarno melawan kolonialisme dan imperialisme tak biasa dianggap remeh oleh Belanda. ia kerap memperjuang nasib kaumnya. Mimbar demi mimbar dimanfaatkan. Retorikanya menggelegar. Ia mencoba menanamkan kaum bumiputra supaya bergerak untuk melepas belenggu penjajahan.

Potret M.H Thamrin. (Wikimedia Commons)

Aktivitasnya itu tercium oleh Belanda. Tindak-tanduk Soekarno diawasi betul. Polisi rahasia Belanda pun kerap disebar ketika Soekarno menghadiri suatu pertemuan. Tujuannya jelas. Demi memata-matai Soekarno.

Pengamatan polisi rahasia Belanda membawa hasil. Bung Karno disebutnya bukan tokoh sembarangan. Pengaruhnya begitu besar. Bahkan, diprediksi mampu menggerakan kaum bumiputra dengan besar-besaran jika tak segera ditindak. Belanda pun bersiasat. Penjara dianggap ‘obat mujarab’ meredam pengaruh Bung karno.

Soekarno dijebloskan ke Penjara Benceuy, kemudian Sukamiskin. Ia sempat menghirup udara bebas untuk beberapa waktu. Namun, Dewi Fortuna tak berpihak padanya. Ia ditangkap kembali sewaktu pulang dari rumah Thamrin di Batavia (Kini: Jakarta), pada 1 Agustus 1933.

“Kabar buruk sampai kepadaku bahwa Kusno telah ditangkap lagi sewaktu berada di rumah Thamrin di Jakarta. Kabarnya ia dibawa ke kantor polisi. Surat kabar juga menceritakan itu dengan cukup gencar.”

“Seorang utusan dari Jakarta yang dikirimkan oleh Thamrin datang ke rumah kami memberi penjelasan bagaimana duduk perkaranya. la mengatakan bahwa Bung Karno ditangkap setelah selesai pertemuan tengah malam, waktu ia turun dari rumah menuju jalan raya. Rupanya polisi memang sudah mengintainya,” cerita Inggit Garnasih dalam romannya sebagaimana ditulis Ramadhan K.H. dalam buku Soekarno: Kuantar ke Gerbang (2014).

Penjara Sukamiskin dipotret dari udara. (KITLV)

Soekarno pun kembali meringkuk di Penjara Sukamiskin. Namun, Thamrin tak tinggal diam. Ia yang sedari awal mendukung Soekarno datang menjenguknya pada 10 September 1933. Ia memberikan dukungan moral kepada Soekarno.

Tak hanya itu. Thamrin pun mencoba mencari cara untuk melepaskan Soekarno dari jeratan hukuman. Ajian pun dilakukan sebisanya. Sekalipun usahanya menemui kebuntuan. Sebab, pemerintah Hindia-Belanda memilih mengasingkan Soekarno karena dianggap cukup berbahaya bagi eksistensi empunya kuasa.

Sel yang pernah dihuni Bung Karno di Penjara Sukamiskin. (Kemenkumham)

“Bulan lalu saya telah menulis panjang lebar tentang situasi politik yang busuk dan meminta anda apakah rekan-rekan anda dapat melakukan sesuatu yang konkret untuk Soekarno. Saya mengunjunginya hari Minggu yang lalu, selama pertemuan ia menjelaskan pada saya tentang rencananya untuk mengubah cara-cara dalam berpolitik dan akan berjalan pada alur koorporasi.”

“Selama interogasi yudisiil Minggu lalu dan dalam surat terpisah kepada jaksa agung, ia menyampaikan rencana baru ini. Apabila pemerintah sudi bertindak realistis dan bersedia menemui gerakan kami separo jalan, dan juga bersedia memandang langkah baru Soekarno sebagai permulaan dari pemulihan hubungan baik,” terang Thamrin sebagaimana ditulis Bob Hering dalam buku Mohammad Hoesni Thamrin (2003).