JAKARTA - Kunjungan Ratu Elizabeth II ke Jakarta disambut dengan gegap gempita. Gubenur Ali Sadikin ada di baliknya. Pria yang akrab disapa Bang Ali tak pernah ala kadarnya menerima tamu negara. Selalu meriah. Bahkan, penyambutan Ratu Elizabeth II telah disiapkan selama enam bulan.
Kesenian Betawi ia hadirkan. Ondel-ondel dan tanjidor. Ia pun mengajak Ratu Elizabeth II berkeliling Jakarta. Museum Sejarah Jakarta dan Sunda kelapa jadi destinasi utama. Puncaknya, Ali Sadikin memberikan cinderamata berupa lukisan dari pelukis legendaris Indonesia: Sindoedarsono Soedjojono.
Presiden Soekarno dikenal dunia sebagai sosok yang menolak kolonialisme dan imperialisme. Ketidaksukaannya kepada dua hal itu tak pandang bulu. Sikapnya yang terang-terangan membenci Inggris jadi bukti. Inggris dianggapnya menyokong Belanda dalam Perang Revolusi. Apalagi Inggris memiliki catatan kelam sebagai penjajah.
Tak heran mantera Inggris kita linggis, Amerika kita setrika kerap menghiasi pidato Bung Karno. Kebencian itu makin berwujud ketika Bung Karno menggelorakan Ganyang Malaysia. Sebab, Malaysia dianggap sebagai boneka Inggris. Sederet masalah itu buat hubungan Indonesia dan Inggris tak pernah baik-baik saja.
Namun, semua berubah ketika Soeharto merebut tajuk pemerintahan. Sebagai orang nomor satu di Indonesia, ia mulai membuka diri terhadap Inggris. The Smiling General punya pandangan berbeda dari Bung Karno. Soeharto pun mencoba mengakrabkan diri dengan pemimpin Britania Raya, Ratu Elizabeth II.
Baginya, Inggris banyak membantu Indonesia dalam mempertahankan Kemerdekaan Indonesia. Keakraban itu jadi representasi hangatnya hubungan Jakarta-London. Kedekatan itu semakin dirajut dengan siasat saling berkunjung antara kedua negara.
Ratu Elizabeth II dan suaminya, Pangeran Philip, pertama kali mengunjungi Indonesia pada 1974. Mereka datang menggunakan kapal pesiar kerajaan, Royal Yacht Britannia. Soeharto pun menyambutnya di Istana Negara pada 18 April 1974.
“Di Istana Merdeka, Ratu Elizabeth II disambut Presiden Soeharto dengan upacara resmi kebesaran militer. Sebab, lawatan ini juga merupakan peristiwa sejarah dan penting, yang kemudian membuat hubungan bilateral Inggris-Indonesia menjadi lebih dinamis, kuat, maju, berkembang, dan hingga terbangunnya kemitraan strategis.”
“Sejarah mencatat, hubungan kedua negara mengalami pasang surut. Di masa-masa awal kemerdekaan Indonesia, saat Elizabeth sebagai putri yang mewarisi takhta ayahnya, Raja George VI, Inggris banyak membantu Indonesia mempertahankan kemerdekaan sampai terjadi peristiwa kelabu 10 November 1945 di Surabaya, yang menewaskan komandan pasukan Inggris, Brigadir AWS Mallaby,” tertulis dalam laporan Harian Kompas berjudul Ratu Elizabeth II Takkan Lupa kepada Indonesia (1974).
Totalitas Ali Sadikin
Rombongan Ratu Elizabeth II disambut dengan gegap-gempita oleh Pemerintah DKI Jakarta di Istana Negara. Apalagi Ratu Elizabeth II adalah tamu kenegaraan penting bagi DKI Jakarta. Mereka disambut dengan kesenian Betawi: pawai ondel-ondel dan musik tanjidor.
Pejabat negara pun banyak hadir di Istana Negara. Presiden Soeharto berserta istrinya, Siti Hartinah (Ibu Tien), dan Ali Sadikin bertindak sebagai penyambut tamu. Ketiganya senang bukan main. Penyambutan yang meriah itu diapresiasi oleh Ratu Elizabeth II.
Agenda Ratu Elizabeth II berlanjut. Mereka melawat ke Museum Sejarah Jakarta. Ratu Elizabeth diajak menikmati sajian sejarah perjalanan kota Jakarta. Mereka pun kemudian berkesempatan langsung menyaksikan lukisan dari Pelukis Legendaris Indonesia, S. Soedjojono (kakek dari vokalis grup band Seringai: Arian Arifin Wardiman).
Keduanya – Ratu Elizabeth II dan Pangeran Philip terkagum-kagum dengan lukisan bertema sejarah perjuangan Sultan Agung melawan VOC. Belum habis rasa kagum, rombangan Kerajaan Inggris diajak pula mengunjungi pelabuhan legendaris Sunda Kelapa. Sebuah Pelabuhan yang menjadi bukti Jakarta pernah menjadi pusat perdagangan dunia.
Di Pelabuhan Sunda Kelapa, rombongan itu diajak naik ke atas kapal kayu legendaris Nusantara, Pinisi. Mereka pun dipersembahkan dengan serangkaian tarian tradisional. Ratu Elizabeth II pun sangat terkesan saat berada di Kapal Pinisi. Suasana begitu romantis, katanya.
Tak hanya itu, Ratu Elizabeth II lalu diberi cinderamata spesial oleh Ali Sadikin. Orang nomor satu Jakarta itu memberikan Ratu Elizabeth II sebuah lukisan karya S. Soedjojono bertema pemandangan Pelabuhan Sunda Kelapa.
“Enam bulan sebelum kedatangan Ratu ke Indonesia, bagian protokol Kedutaaan Besar Inggris di Jakarta menghubungi saya untuk menyusun acara selama kunjungan. Saya mendapat banyak pengetahuan dan pengalaman mengenai urusan keprotokolan untuk tamu-tamu penting negara. Setiap mata acara oleh protokol Inggris dibicarakan sangat detail. Bahkan sampai dihitung berapa menit waktu yang diperlukan dari satu acara ke acara yang lain, atau jika berjalan kaki dari satu tempat ke tempat yang lain.”
“Dua acara yang dipilih adalah berkunjung ke Museum Sejarah Kota Jakarta di Taman Fatahillah dan ke pelabuhan kapal layar Sunda Kelapa. Di Pelabuhan Sunda Kelapa, Ratu Elizabeth naik ke kapal Pinisi, perahu tradisional Bugis, untuk menyaksikan tari-tarian. Jika biasanya gerakan tarian ini statis di suatu tempat, protokol dari Inggris meminta para penari berkeliling dalam lingkaran sambil menari. Ternyata tarian ini memukau para tamu negara,” ungkap Kepala Biro Daerah DKI Jakarta, Wardiman Djodjonegoro dalam buku Sepanjang Jalan kenangan (2016).