Bagikan:

JAKARTA - Tidak ada yang bisa menafikan keikonikan seorang Ratu Elizabeth II. Dia menjadi salah seorang ratu yang paling menonjol di antara raja dan ratu lainnya yang memimpin monarki Inggris. Elizabeth II adalah ratu yang kepemimpinannya paling panjang. Dia memimpin kerajaan tersebut sejak usianya 27 tahun hingga kini berusia 93 tahun. Sudah 66 tahun dia memimpin Inggris.

Elizabeth II naik takhta menjadi seorang ratu pada 6 Februari 1952, ketika ayahnya yaitu Raja George VI meninggal saat tidur. Saat itu, Elizabeth II berada di Kenya. 

Sejak kelahirannya pada 21 April 1926, Elizabeth II tidak dibebankan menjadi pewaris takhta. Ia bersama adik-adiknya menikmati dekade pertama hidupnya dengan semua keistimewaan keanggotaan kerajaan dan belajar di rumah bersama seorang tutor. Pada saat itu Elizabeth mempelajari bahasa Prancis, matematika, dan sejarah. 

Kematian Raja George V, yang merupakan kakek Elizabeth II, mengubah jalannya dan membuat dia berada di garis takhta kepemimpinan. Saat itu paman dari Elizabeth II yang merupakan putra tertua, Edward VIII, dinobatkan menjadi seorang raja menggantikan George V. Namun saat itu Edward VIII jatuh cinta dengan wanita asal AS yang merupakan seorang janda, Wallis Simpson. 

Edward III harus memilih tetap menjadi raja atau melepas statusnya tersebut jika tetap bersama Wallis. Edward pun memilih untuk melepaskan gelarnya agar dapat bersama dengan cintanya. Status raja lalu jatuh kepada ayah dari Elizabeth II, yang juga mengubah status Elizabeth II menjadi calon ratu. 

Kepemimpinan Elizabeth II

Sejak awal masa pemerintahannya, Elizabeth II memahami nilai hubungan masyarakat dan membiarkan penobatannya disiarkan di televisi, meskipun pihak Winston Churchill merasa hal itu merendahkan nilai dari upacara penobatan. 

Elizabeth II, pemimpin ke-40 Kerajaan Inggris telah bekerja keras dalam tugas-tugas kerajaannya dan menjadi tokoh populer dunia. Pada 2003, Ratu Elizabeth II merayakan 50 tahun kepemimpinannya, yang mana hanya Raja Inggris kelima yang mampu merayakannya. 

Ketika Elizabeth II menjadi ratu usai perang, Inggris masih memiliki kerajaan-kerajaan besar yang mendominasi. Namun, selama 1950-an dan 1960-an, banyak negara yang mencapai kemerdekaan dan Kerajaan Inggris berevolusi menjadi Persemakmuran Bangsa-Bangsa (Commonwealth). 

Dengan demikian, Elizabeth II telah melakukan kunjungan ke negara-negara lain sebagai kepala persemakmuran dan wakil Inggris, termasuk perjalanan pertama ke Jerman pada 1965. Ia menjadi pemimpin kerajaan Inggris pertama yang melakukan kunjungan kenegaraan dalam lebih dari lima dekade.

Dilansir dari Biography, Kamis 6 Januari 2020, selama era 1970-an dan 1980-an, Elizabeth II juga terus melakukan kunjungan ke berbagai negara. Pada 1973 ia menghadiri Konferensi Negara Persemakmuran di Ottawa, Kanada dan pada 1976 melakukan perjalanan ke AS untuk perayaan ulang tahun ke-200 kemerdekaan AS dari Inggris. Lebih dari seminggu kemudian dia berada di Montreal, Kanada, untuk membuka Olimpiade Musim Panas. 

Pada 1979, Elizabeth II juga diketahui mengunjungi pertemuan di negara timur tengah yaitu Kuwait, Bahrain, Arab Saudi, Qatar, Uni Emirat Arab, dan Oman, yang mendapat perhatian internasional dan rasa hormat kepada sang Ratu.

Pada 2011, Elizabeth II menunjukkan bahwa kedudukan seorang ratu masih memiliki kekuatan simbolis dan diplomatik ketika ia menjadi pemimpin kerajaan Inggris pertama yang mengunjungi Republik Irlandia sejak 1911 (ketika semua Irlandia masih menjadi bagian dari Inggris).

Usianya kini yang tak muda membuat banyak pihak menyarankan Ratu Elizabeth II untuk mundur dan segera memberikan takhtanya kepada Pangeran Charles. Namun sang ratu teguh dalam tugas kerajaannya hingga usianya yang memasuki angka ke-90. Elizabeth II terus ikut lebih dari 400 acara per tahun, mempertahankan dukungannya terhadap ratusan organisasi dan program amal.

Pada Agustus 2019, Elizabeth II "ikut campur" yang jarang terjadi dalam politik. Elizabeth II saat itu menyetujui permintaan Perdana Menteri Inggris Boris Johnson untuk memundurkan pertemuan parlemen hingga 14 Oktober, kurang dari tiga minggu sebelum rencana keluarnya Inggris dari Uni Eropa.

Brexit dan Keluarnya Harry-Meghan dari Kerajaan 

Dikutip dari Express, Elizabeth II wajib mematuhi aturan kerajaan yang menyatakan bahwa ratu harus tetap netral secara politik. Melihat Brexit sebagai sebuah diskusi yang memecah belah orang-orang di Inggris, Ratu Elizabeth II sangat berhati-hati untuk mempertahankan sikap apolitisnya. Pada 31 Januari 2020, di mana Britania Raya resmi keluar dari Uni Eropa, Ratu menjauh dari tempat perayaan di Sandringham.

Selain itu, Elizabeth II juga menghadapi kenyataan bahwa cucunya, Pangeran Harry dan sang Istri Meghan Markle memutuskan untuk keluar dari keanggotaan kerajaan. Alasan Harry dan Meghan memutuskan keluar karena mereka ingin mandiri secara finansial dan menjalankan "peran baru yang progresif".

Keputusan tersebut mengejutkan karena Harry belum pernah mendiskusikannya dengan Ratu dan anggota keluarga lainnya sebelumnya. Meski demikian, Elizabeth II memberi restu untuk sang cucu.