JAKARTA - Hari ini, 33 tahun yang lalu, 24 Agustus 1989, Presiden Soeharto membuka peresmian mengudaranya Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI). Peresmian itu begitu fenomenal. Bahkan, dikenang dalam sejarah. Sebab, RCTI jadi televisi swasta pertama yang hadir di Indonesia. Pemimpin RCTI adalah anak Soeharto sendiri, Bambang Trihatmojo yang bekerja sama dengan Hendri Pribadi. Kehadiran Keluarga Cendana di dunia pertelevisian semakin menujukkan dominasinya dalam dunia bisnis tanah air.
Kemunculan Keluarga Cendana –istri, anak, hingga menantu Soeharto—dalam peta bisnis tanah air tak dapat dianggap remeh. Nama besar Soeharto jadi ajian keluarganya mendapatkan proyek-proyek strategis. Tiada yang tak mungkin bagi keluarga Cendana.
Mereka dapat berbisnis apa saja. Jalannya sudah terbuka lebar. Cukup bawa nama Soeharto segala macam akses terbuka. Perbankan tanah air lalu dengan siap sedia memberikan pinjaman modal besar.
Soeharto mengetahui jejak bisnis yang dijalankan oleh keluarganya. Ia tak ambil pusing munculnya kritikan dari sana-sini. The Smiling General bahkan merestui kegiatan bisnis Keluarga Cendana. Pesannya cuma satu. Kalau keluarganya tak layak, maka jangan diberi jalan. Namun, ketika keluarganya memang layak untuk menekuni bisnis, maka tiada yang salah.
Pejabat elite tiada berani menentang perintah Presiden Soeharto. Alih-alih perintah, segala sesuatu yang membawa nama Soeharto sukar untuk mereka tolak. Untuk itu, Keluarga Cendana mampu menancapkan kuasanya dalam bisnis strategis tanah air. Dari perminyakan hingga perbankan.
“Soeharto dan anak-anaknya kemudian menancapkan kuku di bisnis yang sangat strategis. Yaitu mulai dari jalan tol, minyak, perbankan, televisi, sampai kepada papan reklame. Eh, ini bukan di Jakarta saja, tetapi juga hingga pelosok negeri.”
“Lantaran mereka adalah anak orang nomor satu di negeri ini, otomatis mereka memenangi setiap tender yang juga dibuka untuk umum. Pada tahun 1999, seorang konsultan bisnis asal Australia, Michael Backman mencatat setidaknya ada 1.251 perusahaan keluarga Soeharto yang terlibat kerja sama dengan 66 perusahaan multinasional,” ungkap Femi Adi Soempeno dalam buku Mereka Mengkhianati Saya (2008).
Usaha Keluarga Cendana pun merambah ke pertelevisian tanah air. Bambang Trihatmojo ada di baliknya. Ia bersama rekan-rekannya ingin menggagas televisi swasta Indonesia yang pertama. RCTI, namanya.
Keinginan Bambang langsung direstui oleh ayahnya, Soeharto. Dukungan pun diberikan. RCTI mulai melakukan siaran percobaan pada 13 November 1988. RCTI baru benar-benar diresmikan pada 24 Agustus 1989. Presiden Soeharto yang meresmikannya di Studio RCTI, Kebon Jeruk, Jakarta Pusat.
“Penguasaan media secara lebih langsung oleh keluarga dan kroni Cendana terlihat jelas di media televisi dan radio. Televisi swasta pertama yang beroperasi tahun 1989, RCTI, dikuasai Bambang Trihatmojo dan pengusaha yang dekat Soeharto, Henry Pribadi. Adik tiri Soeharto, Sudwikatmono dan menantunya Halimah Trihatmojo menguasai SCTV. TPI yang mulai beroperasi tahun 2000 dengan fasilitas transmisi dari TVRI dikuasai Siti Hardiyanti Rukmana (Tutut).”
“Sejumlah kroni Soeharto, Liem Soei Liong mendapat lisensi Indosiar dan tokoh Golkar Agung Laksono serta Aburizal Bakrie menguasai ANTV. Sedangkan di sektor radio, Tutut juga menancapkan pengaruh besarnya dengan menjabat sebagai Ketua Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional (PRSSNI) mulai tahun 1989 sampai 1998,” terang Rully Chairul Azwar dalam buku Politik komunikasi Partai Golkar di Tiga Era (2009).