Bagikan:

JAKARTA – Sejarah hari ini, 36 tahun yang lalu, 19 Maret 1987, Siti Hartinah (Ibu Tien Soeharto) meresmikan Studio Alam TVRI. Kehadiran Studio Alam digadang-gadang sebagai langkah revolusioner. Sebuah ajian untuk menunjang peningkatan mutu film nasional dan program TVRI.

Sebelumnya, kehadiran TVRI kerap dimanfaatkan pemerintah sebagai penyambung program pemerintah ke khalayak ramai. Peran itu bahkan dilanggengkan dari kuasa Orde Lama dan digunakan secara maksimal di masa Orde Baru (Orba).

Televisi adalah medium propaganda yang paling ampuh. Narasi itu diamini oleh Presiden Soekarno. Ia merasa kehadiran Jakarta sebagai tuan rumah Asian Games IV pada 1962 harus disaksikan oleh segenap rakyat Indonesia.

Ia tak ingin gaung Asian Games hanya dinikmati kalangan terbatas saja. Inisiasi menghadirkan stasiun televisi nasional pun lahir. Perencanaan hadirnya stasiun televisi itu dimasukkan dalam agenda proyek pembangunan Asian Games IV sedari 1961.

TVRI pun resmi mengudara pertama kali dengan mengadakan siara percobaan perayaan Kemerdekaan Indonesia ke-17 dan siaran langsung pembukaan Asian Games IV pada 1962. Hasilnya gemilang. TVRI kemudian jadi alat pemerintah untuk menyebarkan narasi pembangunan nasional dan program pemerintah yang lain.

Studio Alam TVRI yang kerap dijadikan lokasi pengambilan gambar film nasional. (Instagram/@studioalamtvri)

Narasi itu tak berubah ketika Orba menggantikan kuasa Orde Lama. Soeharto pun memanfaatkan secara maksimal TVRI untuk menyebarkan narasi keberhasilan Orba. Lebih lagi, TVRI jadi semacam penjaga stabiltas nasional.

Apalagi TVRI sempat berada di atas angin dengan menjadi televisi satu-satunya yang mengudara selama bertahun-tahun. Sebab, saingannya baru muncul pada 1989.

“Dalam dokumen sejarah pendirian TVRI, Pemerintahan Soekarno merumuskan fungsi TVRI sebagai perangkat pembangunan nasional, alat revolusi, dan alat pembentukan manusia sosialis Indonesia. Sementara rezim Orde Baru di bawah Soeharto, secara eksplisit mendeskripsikan kedudukan TVRI sebagai upaya menjamin tercapainya secara berhasil pembangunan nasional.”

“Tugas media massa adalah membangkitkan semangat pengabdian dan perjuangan bangsa, mengonsolidasikan kesatuan dan persatuan bangsa, memperkuat jati diri dan budaya nasional, dan mendorong partisipasi masyarakat dalam pembangunan,” ungkap Agus Sudibyo dalam buku Ekonomi Politik Media Penyiaran (2004).

Potensi yang melimpah itulah jadi alasan Orba giat membangun fasilitas TVRI. Pembangunan Studio Alam TVRI, misalnya. Pembangunan yang mengambil lokasi di Kota Depok itu dilakukan Orba sejak 1985 dan selesai pada 1987.

Studio Alam TVRI pun baru kemudian diresmikan oleh Ibu Tien Soeharto pada 19 Maret 1987. Ibu Tien yang kala itu dalam kapasitasnya sebagai Ibu Negara membubuhkan tanda tangan pada sebuah prasasti. Ibu Tien berharap Studio Alam TVRI dapat dimanfaatkan oleh insan perfilman dan tentu saja oleh TVRI sendiri.

“Ibu Tien Soeharto , Kamis, 19 Maret 1987, meresmikan Studio Alam TVRI di Desa Sidomukti , Kecamatan Sukmajaya , Depok , Jawa Barat , di atas tanah 30 ha dengan biaya Rp100 juta . Ibu Tien didampingi Menteri Penerangan, Harmoko dan Dirjen RTF (Radio, Televisi, Film), Soebrata,” tertulis dalam buku Presiden RI ke II Jenderal Besar H.M. Soeharto dalam Berita 1987 (2008).