Jalan Tol Jagorawi Diresmikan Presiden Soeharto dalam Sejarah Hari Ini, 9 Maret 1978
Presiden Soeharto menandatangani prasasti peresmian Jalan Tol Jagorawi pada 8 Maret 1978. (Perpusnas)

Bagikan:

JAKARTA – Sejarah hari ini, 45 tahun yang lalu, 9 Maret 1978, Presiden Soeharto meresmikan Jalan Tol Jagorawi (Jakarta, Bogor, Ciawi). Kehadiran jalan berbayar pertama di Indonesia itu jadi simbol keberhasilan pembangunan Orde Baru (Orba). Pun kehadiran Jagorawi dianggap mampu membawa peningkatan ekonomi.

Sebelumnya, Soeharto dan Orba kerap menggencarkan pembangunan infrastruktur. Orba menyakini kehadiran infrastruktur dapat menunjang peningkatan ekonomi. Lebih lagi, sebagai bentuk legasi empunya kuasa bekerja dengan serius.

Perihal pembangunan Indonesia adalah urusan berat. Soeharto pernah merasakannya. Orang nomor satu Indonesia itu sempat kelimpungan kala melalui krisis warisan Orde Lama. Alih-alih membangun, membayar utang Indonesia sulit bukan main.

Namun, soeharto tak menyerah. Ia menginginkan ekonomi Indonesia meningkat. Soeharto lalu mempercayakan ekonomi Indonesia kepada ekonom lulusan luar negeri –kemudian dikenal sebagai Mafia Berkeley. Ajian itu berhasil.

Rancangan gambar akses masuk Jalan Tol Jagorawi via Cawang, Jakarta Timur. (Perpusnas)

Indonesia yang awalnya condong kepada Uni Soviet, berubah haluan ke Amerika Serikat. Modal pun melimpah. Indonesia akhirnya dapat terbebas dari krisis karena ekonomi melesat naik. Pemerintah pun dapat membangun apa saja, untuk merajut mimpi Indonesia jadi bangsa yang besar.

Segala macam pembangunan infrastruktur digalakkan. Dari pembangunan perkantoran hingga jalan raya. Pembangunan itu dilakukan di mana-mana. Euforia pembangunan itulah yang kemudian membuat Soeharto dikenal sebagai Bapak Pembangunan.

Kabar Soeharto sebagai Bapak Pembangunan bermunculan. Dari muncul di media massa hingga baliho-baliho di perkotaan. Seiring itu Orba terus tancap gas dalam pembangunan. Tiada yang menghentikan langkah itu, kecuali kalau terjadi resesi.

“Selama rezim tersebut berkuasa, masyarakat Indonesia disodori dengan tontonan-tontonan atau siaran-siaran yang menyelipkan propaganda-propaganda politik Orde Baru, terutama melalui stasiun televisi TVRI dan radio RRI.”

“Kedua kanal pemberitaan utama di Indonesia tersebut tidak pernah berhenti menyuguhkan kabar-kabar terkait keberhasilan program Repelita (Rencana Pembangunan Lima Tahun), juga sosok Soeharto sebagai Bapak Bangsa, Bapak Pembangunan,” ungkap Dhianita Kusuma Pertiwi dalam buku Mengenal Orde Baru (2021).

Boleh jadi pemerintah Orba telah membangun banyak hal. Namun, khalayak umum hanya mengenal yang monumental saja sebagai tonggak pembangunan nasional. Pembangunan Tol Jagorawi, salah satunya. Pembangunan tol yang menghubungkan Jakarta dengan Bogor (59 KM) itu telah direncakan pada 1963.

Jalan Tol Jagorawi pada masa kini. (Jasa Marga)

Namun, pembangunannya baru dapat teralisasi pada masa Orde Baru pada 1973. Pembangunannya didanai dari 40 persen utang luar negeri dan 60 persen dari APBN. Akhirnya, Jalan Tol Jagorawi sebagai jalan tol pertama Indonesia diresmikan oleh Presiden Soeharto pada 9 Maret 1978.

Ia secara seremonial menandatangani prasasti peresmian Jalan Tol Jagorawi di depan pintu tol Jembatan Taman Mini, Jakarta Timur. Soeharto menganggap kehadiran Jagorawi dapat membuka keran ekonomi. Pun kehadiran Jagorawi membuat pemerintah Indonesia jadi lebih percaya diri dalam membangun infrastruktur lainnya.

“Bagi Pemerintah sendiri, Jalan Tol Jagorawi dianggap sebagai simbol pembangunan dengan skema swakelola. Keberhasilan dan penerimaan masyarakat terhadap Jagorawi ini pun membuat Pemerintah lebih percaya diri untuk mengembangkan infrastruktur lain.”

“Padahal, pada awalnya, Soeharto yang meresmikan Jagorawi pada 9 Maret 1978, dalam sambutannya menyiratkan kehati-hatian agar masyarakat tidak salah paham tentang konsep jalan berbayar. Menurut Presiden Soeharto, sistem jalan tol hanya diberlakukan untuk daerah-daerah yang telah menunjukkan perkembangan tinggi. Dengan kata lain, tidak semua jalan akan diberlakukan sistem tol,” ungkap Samudra Eka Cipta dan Iryan Ali Herdiansyah dalam Jurnal Seuneubok Lada berjudul Dinamika Pembangunan Tol Jagorawi 1978-1979 (2022).