Bung Karno Dapat Hadiah Mobil Sedan dari Dokter Pribadinya, R. Soeharto
Mobil Presiden Soekarno tiba di Gedung Pegangsaan Timur No. 56 untuk melakukan upacara peletakan karangan bunga di Tugu Pegangsaan Timur. (ANRI)

Bagikan:

JAKARTA - Kemerdekaan Indonesia tak melulu bermodalkan semangat belaka. Segenap kaum bumiputra ikut andil bagian dalam perjuangan melawan penjajah. Mereka berkorban segalanya. Dari nyawa hingga harta benda. Dokter pribadi Soekarno-Hatta, R. Soeharto, apalagi.

Ia bak ‘mewakafkan’ dirinya untuk Indonesia merdeka. Bahkan, ia rela meninggalkan kehidupannya yang nyaman sebagai dokter umum dengan pendapatan melimpah di masa penjajahan. Puncaknya, ia menghadiahkan mobil sedan kesayangannya, Oldsmobile (kemungkinan F-Series) kepada Bung Karno.

Hidup di bawah belenggu penjajahan adalah nestapa. Tiap kaum bumiputra merasakannya. Mereka tak dapat hidup tenang. Dari level priayi hingga jelata. Pun itu belum termasuk perlakuan rasisme yang harus diterima kaum bumiputra. Mereka acap kali disejajarkan dengan hewan ternak bila naik transportasi massal – kereta api atau trem.

Fakta itu membuat segenap kaum bumiputra terbakar amarah. Nyala api kemerdekaan mengalun di mana-mana. Sederet pejuang kemerdekaan mulai secara terang-terangan memengaruhi kaum bumiputra untuk bergerak melawan penjajahan. Sekalipun penjara, pengasingan, atau dibunuh jadi ancaman.

Nyala api kemerdekaan pun makin terlihat ketika penjajah Jepang hadir menggantikan penjajah Belanda pada 1942. Pejuang kemerdekaan diberi ruang untuk melantunkan kemerdekaan. Mereka mengajak tokoh bangsa berkolaborasi ke dalam organisasi bentukan Jepang, Pusat Tenaga Rakyat (Putera), kemudian Jawa Hokokai.

dr. R. Soeharto, dokter pribadi Presiden Soekarno yang ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional pada 3 November 2022. (Twitter)

Sederet kaum bumiputra memanfaatkan benar posisi itu. Alih-alih banyak bekerja untuk kepentingan Jepang, tokoh bangsa justru bekerja untuk meraih kemerdekaan. Alhasil, muncul keinginan mengadakan saweran untuk Fonds Kemerdekaan, yang ditujukan untuk mendanai persiapan Indonesia sebagai negara merdeka seperti yang dijanjikan PM Kuniaki Koiso pada September 1944.

Karenanya, semua kaum bumiputra dapat berpartisipasi menyumbang segala untuk kemerdekaan Indonesia. Ada yang menyumbang uang, perhiasan, hingga harta benda lainnya. Kehadiran Fonds Kemerdekaan kemudian menjadi bukti bahwa kemerdekaan Indonesia bukan melulu bermodal semangat belaka.   

“Untuk itu Jawa Hokokai menetapkan mengadakan Fonds Perang dan Kemerdekaan pada 6 Februari 1945 dan mengatur harga benda yang disumbangkan oleh penduduk Jawa buat mencapai kemenangan dalam peperangan ini dan bagi dasar kemerdekaan Indonesia. Harta benda itu akan dipakai untuk pembelaan negeri, menolong dan memimpin penduduk, memperkuat tenaga perang, serta menegakkan dasar kemerdekaan,” tertulis dalam laporan Majalah Kan Po, 10 Maret 1945.

Hadiahkan Mobil untuk Soekarno

Perjuangan dengan cara saweran itu membawa angin segar bagi perjuangan kaum bumiputra. Dana-dana sumbangan itu mampu digunakan secara maksimal untuk kemerdekaan Indonesia. Pun dana itu digunakan pula untuk mempersiapkan proklamasi kemerdekaan Indonesia dan menyebarkan berita kemerdekaan di seantero negeri.

Perjungan mengumpulkan dana dari seisi Indonesia pun terus berlanjut hingga Indonesia masuk ke dalam fase perang revolusi (1942-1949). Semua orang ingin mengabdikan dirinya untuk bangsa dan negara, termasuk dokter pribadi Soekarno dan Hatta, R. Soeharto.

Ia sama seperti pejuang kemerdekaan lainnya yang mau mengorbankan segalanya demi nusa dan bangsa. Ia tak pernah perhitungan dengan pemerintah Indonesia dari sebelum dan sesudah kemerdekaan.

Kala itu ia berani meninggalkan zona nyamannya hidup sebagai dokter dengan berkecukupan demi mendukung agenda Soekarno dan Hatta. Ia bahkan turut merelakan mobil sedan kesayangannya, Oldsmobile untuk diberikan kepada Bung Karno.

Oldsmobile F Series produksi tahun 1937 dari pabrikan General Motors, Amerika Serikat. (Toyota Automobile Museum/Wikimedia Commons) 

R. Soeharto menyerahkan mobilnya sebagai hadiah untuk digunakan sehari-hari oleh Presiden Indonesia ke-1, selain menggunakan mobil dinasnya. Sekalipun kemudian mobil itu rusak parah diserang oleh sedadu Pemerintah Sipil Hindia Belanda (NICA).

 “Dalam revolusi kemerdekaan Indonesia sejak awal (17 Agustus 1945) R. Soeharto sebagai putra Indonesia sudah ikut serta berjuang secara aktif termasuk pengorbanan harta benda yang beliau miliki. Bahkan mobil yang dipakainya sendiri pada waktu itu diserahkan kepada Presiden Soekarno. Setiap saat tenaganya diperlukan Bung Karno, R. Soeharto selalu siap sedia.”

“Saya masih ingat suatu kejadian yang tetap menjadi kenang-kenangan bagi diri saya sendiri dan sahabat baik saya R. Soeharto. kejadian ini terjadi kira-kira satu minggu sebelum Presiden Soekarno dan teman-teman beliau hijrah ke Yogyakarya (1946). Pada waktu itu Presiden Soeharto datang ke rumah R. Soeharto di Jalan Kramat Raya No. 128. Mobil yang ditumpangi (mobil pemberian R. Soeharto) diserang/dijebak oleh pasukan tentara NICA campuran, di muka rumah R. Soeharto,” ungkap kesaksian Thotib Sher terkait R. Soeharto dalam buku Saksi Sejarah (1988).