Bendungan Batutegi Diresmikan Presiden Megawati Soekarnoputri dalam Memori Hari Ini, 8 Maret 2004
Petinggi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) yang juga Presiden Indonesia ke-5, Megawati Soekarnoputri. (Wikimedia Commons)

Bagikan:

JAKARTA – Memori hari ini, 19 tahun yang lalu, 8 Maret 2004, Presiden Megawati Soekarnoputri meresmikan Bendungan Batutegi di Tanggamus, Lampung. Megawati menganggap kehadiran Bendungan Batutegi sebagai ajian pemeliharaan dan dan pelestarian sumber daya air bersih.

Sebelumnya, komitmen megawati menggalakkan masalah pembangunan nasional tiada dua. Ia bahkan ingin menyelaraskan seluruh cangkupan pembangunan. Dari pembangunan fisik material hingga pembangunan yang bersifat mental spritual. Semuanya demi Indonesia maju.

Kepemimpinan Megawati Soekarnoputri sebagai Presiden Indonesia memang sebentar, namun pengaruhnya cukup besar. Utamanya, dalam mengembangkan konsep pembangunan Indonesia. Ia menganggap pembangunan Indonesia pada era Orde Baru (Orba) unggul.

Namun, Orba kebanyakkan hanya mengadopsi paradigma proyek yang tak berdasarkan realitas di masyakarat. Rakyat ingin apa, pemerintah ingin apa. Tiada titik temu. Megawati pun coba mendobraknya. Cara-cara pembangunan Orba yang buruk mulai ditingga, sedang yang baik dilanjutkan.

Megawati mulai melanjutkan proyek mangkrak Orba yang memiliki nilai manfaat. Sekalipun terbatas dana karena Indonesia sedang berusaha keluar dari dampak krisis ekonomi 1998. Megawati lalu menggelorakan supaya pembangunan apapun itu – fisik material hingga spiritual—dilandasi dengan melirik budaya.

Bendungan Batutegi di Kabupaten Tanggamus, Lampung yang diresmikan Megawati Soekarnoputri pada 8 Maret 2004. (Antara)

Semua itu dilakukan untuk menyelaraskan semua pembangunan yang ada di Indonesia memiliki nilai manfaat bagi rakyat luas. Alias tak melulu hanya dinikmati oleh kaum kaya dan sangat kaya. Pembangunan harus memiliki nilai hingga konsep yang jelas. Bukan cuma asal bangun, atau asal jadi.

“Memperhatikan kondisi bangsa yang menghadapi krisis multidimensi, terutama berpangkal pada kurang diperhatikannya nation and character building. Arahan yang sangat mendasar yang digariskan oleh Presiden Megawati adalah agar pembangunan menjadikan budaya sebagai pegangan.”

“Pembangunan haruslah berbudaya, didasarkan pada nilainilai Pancasila, TAP MPR, termasuk Trisila Bung Karno sebagai landasan pembangunan di semua bidang yang disebut sebagai Pembangunan Berwawasan Budaya,” ungkap I Gede Ardika dalam buku The Brave Lady: Megawati dalam Catatan Kabinet Gotong Royong (2019).

Pembangunan itu kemudian diterapkan dalam penyelesaian proyek Bendungan Batutegi Lampung. Bendungan yang kontruksinya sudah dilanggengkan sejak 1995 mampu diselesaikan di era Megawati pada 2003.

Kehadiran bendungan yang memakan biaya Rp920 miliar itu dianggapnya sebagai sumber kehidupan dan ekonomi bagi warga sekitar. Sebab, kehadirannya digadang-gadang mampu menjadi sumber air bagi 66.573 hektare milik petani di empat titik: Lampung Tengah, Lampung Timur, Lampung Selatan, dan Kota Metro.

Alhasil, Megawati meresmikan Bendungan Batutegi pada 8 Maret 2004. Ia pun mengajak seluruh hadirin untuk menjaga bendungan itu bersama-sama. Pesan itu disampaikannya dengan harapan Bendungan itu dapat memberikan banyak manfaat dalam waktu yang akan datang.

Megawati juga tak lupa berterima kasih kepada 1.500 keluarga yang harus berpindah karena pembangunan bendungan. Sederet keluarga itu menghuni lahan seluas 3.560 hektare di tujuh desa.

“Dilihat dari debit airnya, Bendungan Batutegi adalah tertinggi di Indonesia. Saya minta agar dua sungai menjadi penopang bendungan tersebut, Way Seputih dan Way Sekampung, di jaga," kata Megawati dikutip laman Tempo, 8 Maret 2004.