Hari Terakhir Misi Perdamaian Presiden Megawati Soekarnoputri di Korea Utara dalam Memori Hari Ini, 30 Maret 2002
Megawati Soekarnoputri saat bertemu Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Il dalam kunjungan ke Pyongyang pada Maret 2002. (Dok. Kemenlu RI)

Bagikan:

JAKARTA – Memori hari ini, 21 tahun yang lalu, 30 Maret 2002, Presiden Megawati Soekarnoputri mengakhiri lawatannya di Korea Utara (Korut). Megawati dan rombongan kemudian melanjutkan perjalanannya ke Korea Selatan (Korsel). Perjalanan itu sengaja dilakukan dalam rangka mendamaikan kedua negara.

Sebelumnya, kedatangan Megawati ke Korut disambut dengan gegap gempita. Ia diperlakukan dengan istimewa. Apalagi Megawati adalah Presiden Indonesia kedua yang melangkahkan kaki ke Korut setelah ayahnya, Soekarno.

Kehebatan Bung Karno dalam menjalin hubungan akrab dengan pemimpin dunia tiada dua. Bung Besar bahkan mampu membangun kedekatan emosional. Termasuk dengan pemimpin besar Korea Utara, Kim Il Sung.

Bung Karno tak sungkan untuk melawat lebih dulu ke Korea Utara pada 1964. Ia disambut dengan gegap gempita. Alih-alih hanya mengajak Bung Karno keliling Korut semata, Kim Il Sung turut pula memberikan gelar Dokter Honoris Causa dalam bidang Ilmu Politik dari Universitas Pyongyang kepada Bung Karno.

Pemberian gelar itu membuat Bung Karno senang bukan main. Ia segera mengajak Kim Il Sung melawat ke Indonesia. Pucuk dicinta ulam tiba. Undangan Soekarno tak disia-siakan oleh Kim Il Sung. Pemimpin Korut itu membalas kunjungan Soekarno dengan mengunjungi Indonesia pada 1965.

Megawati Soekarnoputri saat remaja bersama ayahnya, Presiden Soekarno. (Wikimedia Commons)

Soekarno menjamunya dengan maksimal. Lagi pula kunjungan itu bertepatan dengan peringatan satu dasawarsa Konferensi Asia Afrika. Ia pun mengajak Kim Il Sung ke Kebun Raya Bogor. Di sana, pemimpin Korut itu diberikan hadiah spesial. Sebuah bunga anggrek yang oleh Soekarno dinamakan Kimilsungia. Sebuah simbol hangatnya hubungan Pyongyang dan Jakarta.

“Bahkan, sampai saat ini warga Korea Utara secara rutin menggelar Festival Kimilsungia pada setiap tanggal 15 April untuk memperingati hari kelahiran Kim Il Sung. ‘Kimilsungia’ adalah bunga angrek yang diberi nama sesuai nama pemimpin Korea Utara itu oleh Presiden Soekarno sebagai hadiah saat Kim mengunjungi Kebun Raya Bogor di tahun 1965,” ungkap Michael Wicaksono dalam buku Perang Korea: Pertikaian Terpanjang Dua Saudara (2020).

Hangatnya hubungan dengan Korut-Indonesia terus dijaga, sekalipun Soekarno telah tiada. Pemimpin Korut menganggap Indonesia adalah negara sahabat dan istimewa. Narasi itu dibuktikan dengan lawatan Megawati selama tiga hari ke Korut pada 28 hingga 30 Maret 2002.

Megawati disambut dengan Gegap Gempita oleh Pemimpin Besar Korut, Kim Jong Il (Anak Kim Il Sung, sahabat Bung karno). Penghormatan khusus diberikan kepada Megawati. Sebab, Megawati adalah Presiden Indonesia kedua yang pernah ke Korea Utara setelah Bung Karno. Kim Il Sung bahkan mendatangi tempat Megawati menginap, Wisma Negara di Pyongyang. Keduanya pun berbicara empat mata. Megawati lalu tak lupa dengan misinya untuk mendamaikan dua Korea: Korsel dan Korut.

Saran Megawati Soekarnoputri diterima oleh Kim Il Sung dengan menyatakan niatan untuk berdialog dengan pemimpin Korsel. Megawati pun lalu diajak berkeliling Korut dan menikmati ragam kesenian. Lawatan itu berakhir pada 30 Maret 2002. Megawati pun segera melakukan perjalanan ke Korsel untuk membawakan pesan dari Kim Jong Il kepada Presiden Korsel, Kim Dae Jung.

“Pemahaman seorang pemimpin tentang politik luar negeri ikut menentukan berhasilnya politik luar negeri. Ibu Megawati dekat dan mempunyai feeling tentang masalah luar negeri. Sebagai anak presiden, beliau menyaksikan bagaimana Bung Karno hadir pada forum internasional menerima kepala negara/pemerintahan serta para duta besar asing di Jakarta.”

“Contoh yang konkret, Bu Mega memiliki hubungan yang baik dengan Kim Jong Il karena ketika Presiden Kim Il Sung, ayah Kim Jong Il dari Korea Utara berkunjung ke Indonesia, Kim Jong Il menyertai ayahnya. Ketika Ibu Megawati menjadi Presiden RI dan Kim Jong Il menjadi pemimpin Korea Utara, maka lumrah apabila kedekatan kedua pemimpin membawa kedekatan hubungan kedua negara,” terang Menteri Luar Negeri Indonesia, Hassan Wirajuda (2001-2009) dalam buku The Brave Lady: Megawati dalam catatan Kabinet Gotong Royong (2018).