Memori Hari Ini, 5 Desember 2002: Pengemboman Restoran Cepat Saji dan Ruang Pamer Mobil di Makassar Tewaskan Tiga Korban
Ilustrasi ledakan bom. Pada 5 Desember 2002 terjadi ledakan bom di restoran cepat saji McDonald's dan ruang pamer mobil NV Haji Kalla di Makassar. (Unsplash/Jack Kingma)

Bagikan:

JAKARTA – Memori hari ini, 20 tahun yang lalu, 5 Desember 2002, kelompok teroris melancarkan aksi pengeboman di dua tempat di Makassar. Lokasi yang menjadi target adalah restoran cepat saji, McDonald's Mall Ratu Indah dan showroom mobil, NV Haji Kalla. Akibat peristiwa itu tiga orang meninggal dunia dan 11 orang luka-luka.

Segenap rakyat Indonesia pun berduka. Apalagi beberapa bulan sebelumnya Indonesia telah menjadi target pengeboman dalam Bom Bali I. Presiden Megawati pun berang. Ia segera meminta Kapolri mengusut perihal pengeboman.

Masa pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri penuh ujian. Peristiwa pengeboman oleh sekelompok teroris, terutama. Aksi teror itu hadir tak berkesudahan menejang Nusantara. Bahkan, Pulau Bali yang dikenal sebagai Negeri Para Dewa tak luput menjadi target aksi teroris.

Teror itu dilancarkan pada 12 Oktober 2002. Mereka –teroris—menjadikan Sari Club, Paddy’s Pub, dan di dekat kantor Konsulat Amerika Serikat sebagai lokasi utama pengeboman. Pelaku mengetahui pasti Bali takkan pernah sepi. Karenanya, bom yang meledak membuat korban berjatuhan.

Mall Ratu Indah di Makassar yang pernah dibom pada 5 Desember 2002. (Wikimedia Commons)

Ratusan nyawa melayang. Rakyat Indonesia dan warga negara Australia banyak yang menjadi korban. Peristiwa pengeboman itu membawa kedukaan yang mendalam bagi seisi dunia. Presiden Megawati, apalagi. Orang nomor satu Indonesia itu langsung terbang ke Bali di hari yang sama untuk mengucapkan kedukaan.

Ia pun tak kuasa menahan kesedihan melihat kekejaman yang dilakukan sekelompok teroris. Satu hari setelahnya, atau 13 Oktober 2002, Megawati melanggengkan sidang kabinet paripurna. Pengusutan kelompok teroris jadi tujuan utama. ia meminta tanggung jawab dan memberi arahan Kapolri untuk segera mengusut dan menuntaskannya.

“Langkah Presiden Megawati Soekarnoputri pada hari yang sama Minggu, 12 Oktober 2002, langsung meninjau lokasi untuk melihat para korban maupun kerusakan yang ditimbulkan, sekaligus memberikan petunjuk dan arahan kepada semua pihak, terutama Polri dan Pemda Bali. Setelah melakukan peninjauan, Presiden memerintahkan sidang kabinet paripurna pada hari Senin, 13 Oktober 2002, di kantor Kepresidenan di Jakarta.”

Pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri pada 2001-2004 kerap diteror kasus peledakan bom di Indonesia. (Wikimedia Commons)

“Dalam sidang kabinet, saya sebagai Kapolri diminta memaparkan peristiwa tersebut disertai langkah-langkah yang dilakukan dan akan dilakukan. Kesan yang ditangkap dari peserta sidang kabinet, ‘menyesalkan’ terjadinya peristiwa tersebut, bahkan ada risiko yang harus ditanggung oleh penanggung jawab keamanan, yaitu Kapolri, untuk dicopot,” ungkap Jenderal Da’i Bachtiar dalam buku The Brave Lady (2019).

Alih-alih mereda, teror bom terus terjadi. Makassar jadi kawasan yang diincar oleh kelompok teroris. Aksi pengeboman itu dilakukan di dua tempat pada 5 Desember 2002. Kelompok teroris mengicar restoran McDonald's yang berada di Mall Ratu Indah dan showroom mobil NV Haji Kalla.

Ledakan itu memakan korban tiga orang tewas. Sisanya, 11 orang luka-luka. Akibat ledakan, kepanikan melanda seisi Makassar. Presiden Megawati pun segara mengistruksikan supaya pelaku segara diamankan.

Ilustrasi penangkapan teroris pelaku peledakan bom di Indonesia. (Antara)

“Bom meledak di restoran McDonald's tepatnya di Mal Ratu Indah sekitar pukul 18:00 WITA. Ledakan ini berasal dari bom rakitan yang dibungkus wadah pelat baja yang meledak saat puluhan pengunjung mémadati tempat itu untuk buka puasa dan makan malam. Ledakan tersebut menewaskan tiga orang dan melukai 11 orang.”

“Aparat menetapkan enam tersangka kasus peledakan restoran cepat saji McDonald's itu serta peledakan show room NV Haji Kalla pada tanggal 8 Desember 2002 malam. Mereka adalah Azhar Daeng Salam -- tersangka yang tewas di lokasi kejadian- Mukhtar Daeng Lau, Masnur, Agung Hamid, Usman, dan Ilham. Tiga nama terakhir masih diburu,” ungkap Obsatar Sinaga, Prayitno Ramelan, dan Ian Montratama dalam buku Teroris Kanan Indonesia (2018).