Paus Paulus VI Berkunjung ke Indonesia dalam Sejarah Hari Ini, 3 Desember 1970
Kedatangan pemimpin besar umat Katolik, Paus Paulus VI disambut langsung oleh Presiden Soeharto. (Perpusnas)

Bagikan:

JAKARTA – Sejarah hari ini, 52 tahun yang lalu, 3 Desember 1970, Sri Paus Paulus VI berkunjung ke Indonesia. Ia disambut langsung oleh Presiden Soeharto dan segenap rakyat Indonesia di Jakarta. Kunjungan pemimpin besar umat Katolik dunia itu dalam rangka memilihara semangat perdamaian dunia. Utamanya menjaga kerukunan antar umat beragama.

Sebelumnya, Indonesia telah menjalin hubungan baik dengan Vatikan sejak masa revolusi. Kala itu, Paus Pius XII pernah memberikan dukungan dan doa untuk perjuangan Indonesia mempertahankan kemerdekaan.

Masa revolusi adalah momentum penting dalam sejarah perjalanan bangsa. Pejuang kemerdekaan mencoba berkorban sekali lagi untuk memertahankan Indonesia. Semua itu karena Belanda kembali kepincut ingin menjajah Indonesia untuk kali kedua.

Pemimpin bangsa pun –Soekarno, Hatta, Sjahrir, dan lain-lainnya—memainkan siasat. Ada yang memilih angkat senjata dengan lewat jalur perang. Sisanya memilih menyalakan api perjuangan lewat diplomasi. Mereka yang memiliki kapasitas membangun hubungan dengan dunia luar diminta bergerak cepat. Mereka jadi andalan dalam membuka jalan supaya Indonesia dapat dukungan internasional.

Paus Paulus VI memberikan cendera mata untuk Presiden Soeharto. (Istimewa)

Raden Said Soekanto Tjokrodiatmodjo pun kebagian tugas. Kapolri pertama Indonesia itu diminta Bung Hatta untuk menggalang dukungan ke Amerika dan Eropa pada 1948. Ia bahkan menjalankan misi mencari dukungan hingga ke Vatikan.

Soekanto pun diterima baik oleh pemimpin besar umat Katolik dunia, Paus Pius XII. Paus Pius XII yang notabene memiliki misi menjaga perdamaian terharu dengan perjuangan Indonesia mempertahankan kemerdekaan. Ia pun memberikan dukungan dan doa untuk Indonesia. Peristiwa itu jadi pertama kalinya hubungan baik antara Indonesia dan Vatikan terjalin.

“Dengan sisa waktu, Soekanto mengunjungi Paus Pius XII di Roma. Soekanto memakai pakaian Teluk Belana dari kain songket dengan menyandang keris pusaka keluarga. Soekanto diterima dengan ramah. Kardinal yang menerima Soekanto bergabung dengan sikap berlutut di atas babut warna merah. Kemudian, Paus berdoa untuk keselamatan Indonesia, Soekanto bergumam Indonesia menang. Selepas pertemuan di Istana Paus Pius XII, Soekanto sempat difoto di pintu gerbang dengan pengawal Paus dari Swiss.”

“Foto tersebut dimuat di majalah Observator Romano di London dan sampai di Indonesia. Setelah Soekanto muncul di majalah tersebut beberapa negara mengetahui bahwa ia sedang berada di Roma dan sedikit mengetahui usahanya minta bantuan kepada Amerika. Hal itu telah mengakibatkan beberapa negara datang ke Roma, mereka berusaha bertemu Soekanto guna memperoleh informasi yang sebenarnya tentang bantuan Amerika kepada Indonesia,” ungkap Awaloedin Djamin dan G. Ambar Wulan dalam buku Jenderal Polisi R.S. Soekanto Tjokrodiatmodjo (2016).

Pemimpin tahta suci Vatikan 1963-1978, Paus Paulus VI. (Wikimedia Commons)

Nyatanya hubungan baik antara Indonesia dan Vatikan tetap terjaga dalam waktu yang lama. Kedekatan kembali diperlihatkan oleh pemimpin umat Katolik lainnya, Sri Paus Paulus VI. Ia memasukkan Indonesia sebagai negara yang akan dikunjungi dalam lawatan Asianya.

Ia pun tiba di Jakarta via Bandara Kemayoran pada 3 Desember 1970. Kedatangannya dalam rangka misi perdamaian dunia. Kedatangannya langsung disambut Presiden Indonesia Soeharto dan Ibu Negara Siti Hartinah (Ibu Tien).

Keduanya pun dihadiahi oleh Paus Paulus VI sebuah foto dengan tanda tangan dan medali Vatikan. Setelahnya, Paus Paulus VI mengadakan kunjungan ke berbagai tempat. Dari Gereja Katedral hingga Gelora Bung Karno.

“Saya dapat merasakan makna dari percakapan kami dan ungkapan-ungkapan Ayah (Bon Setitit), besarnya keinginan dia untuk dapat diberi kesempatan lagi untuk pulang kampung halaman setelah itu. Semasa hidupnya, Ayah juga aktif dalam kegiatan politik di Partai Katolik bersama Bapak Drs Frans Seda.”

“Salah satu kegiatan mereka adalah penyambutan kedatangan Sri Paus Paulus VI ke Jakarta tahun 1970. Saat itu, dia terlibat dalam kepanitiaan inti penyambutan Sri Paus aulus VI di Gedung Olahraga Senayan", yang diubah menjadi tempat penyambutan dan menyelenggarakan Misa bersama,” terang Stephanus G. Setitit dalam buku Sebiji dari Tenggara: Biografi Bon Setitit (2021).