Masjid Agung Palembang Diresmikan Presiden Megawati Soekarnoputri dalam Memori Hari Ini, 16 Juni 2003
Bentuk Masjid Agung Palembang era Hindia Belanda. (Wikimedia Commons)

Bagikan:

JAKARTA – Memori hari ini, 20 tahun yang lalu, 16 Juni 2003, Presiden Megawati Soekarnoputri meresmikan Masjid Agung Sultan Mahmud Badaruddin I atau yang lebih dikenal Masjid Agung Palembang yang baru saja direnovasi. Peresmian itu menegaskan komitmen Megawati sebagai figur yang dekat dengan Islam.

Sebelumnya, kedekatan Megawati dengan Islam bermuara dari kakek pihak ibu (Hassan Din) dan ayahnya, Soekarno yang jadi bagian Muhammadiyah. Fakta itu membuat Megawati dekat dengan banyak tokoh Islam. Apalagi ia siap sedia membantu segala macam kebutuhan umat Islam.

Islam dan Megawati adalah dua hal yang tak bisa dipisahkan. Kedekatan itu bahkan telah mengakar sedari dulu dalam keluarganya. Ayahnya, Soekarno sedari muda telah aktif dalam diskusi-diskusi yang dilanggengkan oleh Muhammadiyah.

Bung Karno akhirnya mendalami Islam. Tindak-tanduk itu membuat Bung Karno berteman dan berguru kepada banyak ulama. Utamanya, kala Bung Karno diasingkan ke Bengkulu. Ia banyak mengenal tokoh Muhammadiyah di Bengkulu, termasuk ayah dari calon istrinya Fatmawati, Hassan Din. Sosok yang kemudian jadi kakek dari Megawati.

Garis keluarga itulah yang membuat Megawati banyak memahami dunia Islam. Sekalipun kakek dan ayahnya telah tiada. Ia mampu berdiri membela kepentingan Islam. Apalagi kala jadi orang nomor satu Indonesia.

Tampilan depan Masjid Agung Sultan Mahmud Badaruddin I atau yang lebih dikenal Masjid Agung Palembang setelah direnovasi. (Wikimedia Commons)

Megawati tak ingin Islam dipandang rendah oleh dunia. Ia bahkan turut andil bagian menggerakkan jajarannya untuk aktif merenovasi madrasah hingga masjid yang memiliki nilai sejarah tinggi. Semuanya supaya umat Islam dapat beribadah dengan nyaman. Karenanya, kepemimpin Megawati dianggap sebagai salah satu tonggak penting dalam sejarah bangsa.

“Dalam perspektif ini, tampilnya Bu Mega sebagai presiden wanita pertama menjadi tonggak penting untuk merubuhkan pendapat kuno tentang posisi perempuan dalam ungkapan: suwarga nunut, naraka katut (masuk surga ikut –suami--, masuk neraka pun terbawa).”

“Ungkapan ini adalah gambaran kultur feodal yang pekat, di mana kaum perempuan tidak lebih dari pelayan. Fenomena abad modern telah melumpuhkan pandangan yang tidak adil dan tidak manusiawi itu,” ungkap Ahmad Syafii Maarif dalam buku Megawati: Anak Putra Sang Fajar (2012).

Kepedulian Megawati dalam merenovasi masjid juga merambah Palembang, Sumatra Selatan. Kuasanya membuat Masjid Agung Palembang direnovasi. Kegiatan renovasi itu dilanggengkan untuk menegaskan kemegahan Masjid Agung Palembang sebagai ikon kota.

Lebih lagi, supaya masjid dapat menampung lebih banyak umat Islam. Renovasi masjid yang bercorak budaya Melayu, China, dan Eropa dimulai pada 2000. Renovasi masjid pun rampung pada 2003. Megawati pun bertindak sebagai sosok yang meresmikan Masjid Agung Palembang pada 16 Juni 2003.

Masjid Agung Palembang pada masa kini. (Instagram)

“Sejak tahun 2000, Masjid Agung dilakukan renovasi kembali, dan selesai pada tanggal 16 Juni 2003 bertepatan dengan peresmiannya olch Presiden RI Hj. Megawati Soekarnoputri. Masjid Agung Palembang yang megah dan berdiri kokoh kini mampu menampung 9000 jema'ah.”

“Tempat Pusat Kajjan Islam di Palembang Arsitektur. Masjid Agung dan masijid tua lainnya di Palembang secara simbolik memiliki nilai filosofis yang tinggi,” terang Jimly Asshiddiqie dalam buku 60 Tahun Jimly Asshiddiqie: Sosok, Kiprah, dan Pemikiran (2016).