JAKARTA – Sejarah hari ini, 70 tahun yang lalu, 15 Januari 1953, Soekarno meminta restu kepada Fatmawati untuk menikah lagi. Wanita yang akan dinikahinya adalah Hartini. Respon Fatmawati adalah menolak dipoligami dan memilih keluar dari Istana Negara.
Sebelumnya, Bung Karno secara terang-terangnya menyebut dirinya sebagai pecinta wanita cantik. Ia mengaku senang jika dikelilingi kaum hawa. Bahkan, kecintaannya akan wanita cantik setara dengan kecintaannya akan seni.
Urusan wanita, Soekarno bukan orang yang hipokrit. Ia akan berterus terang ketika berjumpa dengan wanita yang menarik hatinya. Ia dengan sendiri menawarkan diri untung sejenak berkenalan dan mengenal lebih jauh. Namun, tak semua wanita cantik lantas didekati Bung Karno.
Ia hanya mendekati seseorang yang ia kagumi saja. Selebihnya, Soekarno tak banyak memedulikan jika ada wanita lain yang ikut naksir. Ia pantang berhubungan dengan seorang wanita tanpa adanya ikatan pernikahan.
Namun, bukan berarti Bung Karno tak suka dikelilingi oleh wanita. Ia menyukainya. Pun ia memperlakukan semua wanita yang dikenal dengan sebaik-baiknya. Sikap itu membuat Bung Karno kerap mendapatkan penggemar dari kaum hawa.
Apalagi ia memproklamirkan dirinya sebagi pecinta banyak hal. Pecinta seni, Indonesia, dan tentu saja wanita cantik. Kadang kala sikapnya yang senang dikelilingi wanita cantik kerap membawa komentar miring. Utamanya, terkait tingginya seksualitas Bung Karno.
“Pertanyaan semacam itu sukar dijawab, pun sulit ditanggapi. Yang saya ketahui, seksualitas Bung Karno wajar saja, namun ia bukan seorang hipokrit dalam soal itu. Bung Karno tidak mungkin samen leven (hidup bersama) dengan seorang wanita tanpa ikatan pernikahan.”
“Karena hal itu bertentangan dengan asas pandangan hidupnya. En hij steekt dat niet onder stoelen en banken: Ia senang dikelilingi oleh wanita-wanita cantik. Dalam hal ini ia tidak suka berpura-pura. Bung Karno seorang he man, tampan, pribadinya menarik, dan hangat, charmeur (perayu),” ungkap dokter pribadinya, R. Soeharto dalam buku Saksi Sejarah (1984).
Akan tetapi, aktivitas Bung Karno dekat dengan wanita kerap membuat istrinya cemburu. Setidaknya bagi istrinya yang ketiga, Fatmawati. Hatinya sakit ketika Bung Karno mendatangi dirinya yang baru dua hari melahirkan, Guruh Soekarnoputra untuk meminta restunya nikah lagi.
BACA JUGA:
Peristiwa itu terjadi pada 15 Januari 1953. Wanita yang menjadi pilihan Bung Karno kala itu adalah Hartini. Fatmawati marah bukan main. Ia tak mau dipoligami. Alhasil, Fatmawati memilih untuk keluar dari Istana Negara.
“Kemudian Bung Karno berdiri dan berlalu dari dalam ruangan tempatku berbaring. Dapatkah saudaraku sekalian bayangkan dengan perasaan halus, kuatkah perasaan seorang istri untuk mendengarkan permintaan seorang istri untuk mendengarkan permintaan seorang suami seperti yang tersebut di atas jika ia tidak dibantu oleh Allah Yang Maha Penyayang untuk tetap tabah untuk mendengar permintaan serupa itu? terlepas dari perasaanku, satu hal yang patut dipuji: Bung Karno tidak hipokrit/sembunyi-sembunyi,” cerita Fatmawati Soekarno dalam buku Catatan Kecil Bersama Bung Karno (2016).