JAKARTA – Sejarah hari ini, 60 tahun lalu, 5 Agustus 1962, Soekarno meresmikan Hotel Indonesia (HI). Peresmian itu disambut gegap gempita oleh rakyat Jakarta, kemudian Indonesia. Bung Karno ngebet Indonesia punya hotel termegah di Asia Tenggara.
Semuanya untuk mengangkat martabat Indonesia yang menjadi tuan rumah Asian Games IV 1962. Apalagi HI digunakan untuk menampung tamu-tamu penting dan kontingen-kontingen peserta Asian Games. Sekali lagi politik mercusuar Bung Karno berhasil. Derajat Indonesia meninggi karenanya.
Hajatan Asian Games IV jadi ajang Indonesia unjuk gigi. Segala macam persiapan dilakukan dengan serius dari 1958 hingga 1962. Presiden Indonesia yang juga pemimpin besar revolusi, Soekarno ikut turun tangan menyukseskannya. Ia tak pernah setengah-setengah dalam membantu.
Bung Karno kerap mengedepankan totalitas. Demi Indonesia, pikirnya. Asian Games IV baginya dianggap sebagai batu pijakan menunjukkan kekuatan Indonesia kepada dunia. Sebuah kekuatan yang membawa pesan Indonesia mampu menjelma sebagai pusat kegiatan olahraga besar dan mewah.
Dalam pada itu, Bung Karno mulai mempercantik Jakarta. Dana pembangunan ikut dicarinya. Ia lalu membangun Kompleks olahraga megah yang diberi nama Gelora Bung Karno. Di tiap sudut Jakarta Soekarno pun menginsiasi ragam monumen. Semuanya bernuasa romantisme revolusi. Soekarno tak lupa pula menargetkan pembangunan sebuah hotel. Hotel Indonesia, namanya. Hotel itu digadang-gadang dijadikan tempat tempat akomodasi tamu dan kontingen luar negeri.
“Masih terkait Asian Games, dibangunlah gedung bertingkat pertama di Jakarta, yaitu Hotel Indonesia (HI). Di depan hotel bertingkat 14 ini dibuat bunderan dan kolam air mancur (atau air muncrat) yang kini menjadi ciri khasnya.”
“Banyak orang yang mengagumi arsitektur hotel ini, begitu juga dengan kolam air mancur di depannya. Selain air mancur di depan HI, dibangun pula kolam air mancur di depan gedung Bank Indonesia (BI) di ujung Jalan M.H. Thamrin,” ungkap Firman Lubis dalam buku Jakarta 1950-1970 (2018).
Tiap ada waktu luang, Bung Karno acap kali mampir untuk melihat kemajuan pembangunan HI. Ia pun kerap memberikan masukan kepada arsitek perihal pandangan-pandangannya. Utamanya perihal karya seni yang nantinya harus hadir di HI.
Akhirnya, waktu yang ditunggu-tunggu tiba. Bung Karno pun meresmikan HI pada tanggal 5 Agustus 1962. Soekarno juga tak lupa memberikan sambutan sekaligus pidato berjudul Tunjukkanlah Kepribadian Indonesia. seperti biasa, Soekarno membawakan retorikanya dengan berapi-api.
“Sewaktu HI dibuka pada tanggal 5 Agustus 1962, fungsinya adalah sebagai pintu gerbang, penghasil devisa negara, serta pusat pendidikan dan pelatihan tenaga perhotelan. Sejak pembukaan HI dikelola Intercontinental Hotels Corporation (IHC). Ada sekitar 38 tenaga asing ikut mengelola hotel ini.”
“Sebanyak 20 orang executive trainee, semuanya pemuda, telah menyelesaikan Summer Course di Cornell University, AS, dan melakukan on the job training di beberapa hotel terkenal di New York. Antara lain The Waldorf Astoria, Kedua puluh eksekutif tersebut, bersama 400 pramubakti dan 60 calon tenaga juru masak, bergabung menjadi satu tim yang kuat,” tegas Arifin Pasaribu dalam buku Hotel Indonesia (2014).
Peresmian Hotel Indonesia oleh Presiden Soekarno pada 5 Agustus 1962 menjadi catatan sejarah hari ini.