Bagikan:

JAKARTA – Sejarah hari Ini, 59 tahun yang lalu, 2 November 1963, Presiden Soekarno dan Presiden Jerman Barat, Heinrich Luebke makan malam bersama di Hotel Indonesia. Jamuan resmi itu sebagai bukti kedekatan kedua negara.  Apalagi lokasi jamuan adalah sebuah hotel yang diinisiasi sendiri oleh Bung Karno.

Sebelumnya, Luebke telah berkunjung mengelilingi negara-negara sahabat. Kunjungan itu dilakukan sebagai lawatan persahabatan. Tujuannya untuk menggalang kebersamaan dan kerja sama di segala bidang.

Narasi mempercantik Jakarta bukan pepesan kosong belaka. Bung Karno ada di baliknya. Keinginan orang nomor satu Indonesia menjadikan Jakarta sebagai mercusuar peradaban bangsa tak terbendung. Proyek mercusuar jadi andalan.

Upaya itu jadi ajian untuk membentuk wujud Indonesia sebagai bangsa yang besar. Lagi pula, Bung Karno tak mau setengah-setengah dalam membangun. Pembangunan banyak bangunan dan monumen dicanangkan. Pematung hebat dilibatkan. Idenya semuanya berasal dari Bung Karno.

Pembangunan itu mencapai puncaknya saat Indonesia menjadi tuan rumah Asian Games 1962. Soekarno ingin Indonesia memiliki kompleks pusat olahraga terbesar di Asia. Kompleks olahraga itu kemudian dikenal sebagai Gelora Bung Karno.

Presiden Soekarno menari di hadapan rombongan Presiden Jerman Barat, Heinrich Luebke yang berkunjung ke Indonesia pada 28 Oktober-3 November 1963. (Picture Alliance/DPA/Bridgeman Images)

Ia pun mencoba melengkapi pembangunan Gelora Bung Karno dengan seperangkat fasilitas pendukung. Hotel Indonesia, salah satunya. Bangunan itu jadi gedung pencakar langit pertama di Indonesia. Kemudian Hotel Indonesia sukses menampung tamu-tamu dari berbagai negara peserta Asian Games.   

“Di samping harus memperluas jalan biasa menjadi sebuah jalan raya, pemerintah pada masa itu juga sedang menyelesaikan pembangunan Hotel Indonesia berikut bangunan Press House, yang nantinya akan lebih dikenal dengan sebutan khusus, Wisma Warta. Hotel Indonesia adalah hotel terbesar masa itu dan sekaligus merupakan bangunan pencakar langit pertama di Jakarta.”

“Hotel tersebut juga merupakan chains hotel internasional pertama, Intercontinental Hotels, masuk di Indonesia, dibangun dengan dana kompensasi pampasan perang dari pemerintah Jepang. Hotel Indonesia diresmikan Presiden Soekarno pada tanggal 3 Agustus 1962. Upacara peresmian berlangsung sesuai dengan target waktu yang telah ditetapkan sendiri oleh Bung Karno, minimal tiga minggu sebelum dilangsungkannya upacara pembukaan Asian Games IV,” ungkap Arifin Pasaribu dalam buku Hotel Indonesia (2014).

Hotel Indonesia pun semakin eksis setelah hajatan Asian Games. Jamuan resmi kadang-kala dilakukan di Hotel Indonesia. Pun saat rombongan Presiden Jerman barat Luebke datang ke Indonesia. Kedatangan disambut dengan penuh suka cita oleh Presiden Soekarno.

Keduanya pun melanggengkan state dinner di Hotel Indonesia pada 2 November 1963. Suasana penuh kehangatan itu makin mempererat hubungan kedua negara. Apalagi disela-sela pembahasan kerja sama, Bung Karno banyak menceritakan terkait perkembangan dan keindahan Indonesia.

Presiden Soekarno saat meresmikan pembukaan Hotel Indonesia Jakarta pada 5 Agustus 1962. (Dok. Hotel Indonesia)

“Selama berada di Indonesia, Presiden Luebke dan nyonya dengan didampingi oleh Presiden Soekarno dan  telah mengunjungi Jakarta, Bogor, Bandung, Yogyakarta, dan Bali. Presiden Luebke dan Menteri Luar Negeri Shruder telah mengadakan pembicaraan yang mendalam dengan Presiden Soekarno dan Menteri Luar Negeri Soebandrio.”

“Pertukaran pikiran yang dilakukan secara terus terang antara kedua belah kepala negara. Pertemuan itu telah berjalan dalam suasana persahabatan yang merupakan ciri-ciri dari hubungan Indonesia dan Republik Federal Jerman,” tertulis dalam Majalah Mimbar Penerangan (1963).