Sejarah Hari Ini, 3 Agustus 1921: Bung Hatta Berangkat Menuntut Ilmu ke Belanda
Bung Hatta dalam sebuah kunjungan ke Belanda sebagai Wakil Presiden Republik Indonesia. (geheugen.delpher.nl)

Bagikan:

JAKARTA – Sejarah hari ini, 101 tahun yang lalu, 3 Agustus 1921, Mohammad Hatta berangkat ke negeri Belanda untuk melanjutkan pendidikan. Ia menumpang kapal Tambora milik Rotterdam Lloyd. Bung Hatta berencana melanjutkan pendidikannya di sekolah tinggi ekonomi di Rotterdam.

Sebelumnya, Bung Hatta sempat dilarang oleh ibunya menempuh pendidikan jauh.  Ia diminta untuk menghabiskan rasa ingin tahunnya di tanah Minang saja. Namun, Bung Hatta pantang menyerah. Ia memilih melanjutkan pendidikannya ke Batavia, kemudian Belanda.

Bung Hatta terlahir dalam keluarga yang amat peduli pendidikan. Tergolong keluarga mampu pula. Bung Hatta dapat bersekolah di mana saja di tanah Minang. Sebab itu hal yang memungkinkan. Bung Hatta masuk Sekolah Melayu, Bukittinggi, dan kemudian pada tahun 1913-1916 melanjutkan studinya ke Europeesche Lagere School (ELS) di Padang.

Namun, masalah muncul ketika Bung Hatta ingin melanjutkan studinya ke Hoogere Burgerschool (HBS) di Batavia. Ibunya, Siti Saleha tak memperkenankan anaknya pergi menuntut ilmu ke kota yang berjuluk Ratu dari Timur. Bung Hatta masih tergolong muda (14 tahun), katanya.

Potret Bung Hatta (berdiri kedua dari kiri) saat menjadi mahasiswa di Belanda pada 1925. (Repro Untuk Negeriku)

Bung Hatta pun nurut. Sekalian pun ia bingung dan patah hati. Ia sempat tak ingin melanjutkan pendidikan. ia memilih bekerja sebaai asisten pos. Gaji yang diterima Bung Hatta relatif tinggi kala itu. Ia pun mewanti-wanti pekerjaannya dapat membawanya ke Batavia.

Perlahan-lahan Bung Hatta luluh juga. Ia mengikuti nasihat ibunya untuk melanjutkan sekolah di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO), Padang. Nyatanya bersekolah di MULO mampu membukakan celah untuk mewujudkan mimpinya sekolah di Batavia.

“Meskipun prospek pekerjaan itu cukup menarik bagi Hatta, apalagi sekaligus juga menjadi pelipur lara, akan tetapi akhirnya ia toh menyerah pada bujukan ibu dan pamannya untuk memasuki MULO di Padang. Ia lulus dalam bulan Mei 1919 sehingga dapat melanjutkan ke Sekolah Dagang Prins Hendrikschool te Batavia (PHS)di Batavia,” ungkap P. Swatoro dalam buku Dari Buku ke Buku: Sambung Menyambung Menjadi Satu (2016).

Bung Hatta tak lantas berpuas diri. Ia ingin segera melanjutkan studinya ke Belanda. Padahal, Bung Hatta yang mampu mendapatkan rangking tiga di PHS sudah mendapatkan tawaran dengan gaji bejibun. Ia pun kuat dengan keinginannya. Pun guru-gurunya di PHS, utamanya Stigter dan De Kock ikut mendukungnya.

Bung Hatta beruntung karena berasal dari keluarga berada, sehingga mampu mengenyam pendidikan tinggi di zamannya. (Wikimedia Commons) 

Uang bisa dicari, kesempatan menuntut ilmu jarang bersua. Begitulah nasehatnya. Karenanya, Bung Hatta secara paripurna memilih untuk kuliah di Belanda. Ia pun mendapatkan beasiswa untuk kuliah di Belanda. namun, beasiswanya baru di dapat ketika Bung Hatta menginjakkan kaki di Belanda.

Biaya untuk berangkat dan lain-lain ditanggung oleh orang tua Bung Hatta dan pamannya. Berkat sokongan dana itu, Bung Hatta akhirnya berangkat ke Belanda via Teluk Bayur, padang pada 3 Agustus 1921. Ia menumpang kapal Tambora milik perusahaan pelayaran Rotterdam Lloyd.

“Di Belanda, Hatta kuliah di Handels Hoogere School, yaitu sebuah sekolah tinggi ekonomi di Rotterdam. Dia mengambil jurusan ekonomi perdagangan. Dua tahun kemudian dia telah meraih gelar sarjana muda. Bung Hatta kemudian melanjutkan ke tingkat sarjana tetapi ketika dia bersiap-siap menempuh ujian sarjana lengkap dia pindah ke jurusan lain. Jurusan yang dimasukinya adalah jurusan ekonomi kenegaraan, karena itu ia terpaksa memperpanjang masa kuliahnya. Kuliah ini baru diselesaikan Hatta dalam tahun 1932,” tutup Anwar Abbas dalam buku Bung Bung Hatta dan Ekonomi Islam (2010).