Bagikan:

JAKARTA – Memori hari ini, 12 tahun yang lalu, 19 Desember 2012, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menerima penghargaan gelar doktor kehormatan Honoris Causa bidang pemimpin perdamaian dari Universiti Utara Malaysia. Pemberian penghargaan itu dilakukan karena perannya menjaga perdamaian.

Sebelumnya, SBY bukan melulu pemimpin yang mengandalkan politik dalam negeri semata. SBY justru kerap bergerak aktif melancarkan politik luar negerinya. Ia bertindak sebagai pemimpin yang menjunjung tinggi perdamaian.

Politik luar negeri punya porsi penting bagi eksistensi bangsa dan negara. Kekuatan politik luar negeri mampu mengharumkan nama Indonesia dalam segala macam hajatan internasional. Ambil contoh di era pemerintah Soekarno.

Gaung Bung Karno yang bersahabat dengan pemimpin negara dunia bawa keuntungan besar bagi Indonesia – pembangunan hingga politik. Keinginan Indonesia menjaga perdamaian dunia pun bisa lancar, bahkan mendapatkan dukungan besar.

Kondisi yang sama coba dilakukan di era pemerintahan Presiden SBY. Ia tak ingin disebut jago kandang saja. SBY coba memajukan politik luar negeri sebagai alat menjaga perdamaian dunia. Keinginan itu membuat SBY terlibat aktif dalam hajatan internasonal.

Ia juga kerap mendatangi negara-negara ASEAN yang berseteru dengan mengakomodir perdamaian. Misi perdamaian baginya memang bukan hal baru. Ia sebelum jabat presiden pernah jadi pejabat militer senior yang ikut dalam Peace Keeping Mission PBB di Bosnia.

Ia juga mengakhiri konflik bersenjata di Aceh, dan ia pernah menyelesaian residu masalah konflik dengan Timor Leste. Ia ingin supaya ASEAN dapat hidup dalam satu visi, identitas, dan komunitas. Tujuannya supaya urusan perdamaian di kawasan ASEAN jadi tanggung jawab bersama.

“Di kawasan Asia Tenggara dan Asia Pasifik, kita masih dihadapkan pada tantangan tradisional, seperti potensi konflik akibat sengketa perbatasan dan klaim wilayah. Kita juga masih menghadapi berbagai tantangan non tradisional,”

“Tantangan itu yang membawa dampak langsung terhadap keamanan dan kesejahteraan rakyat di kawasan. Kita menyadari, berbagai persoalan itu dapat memicu ketegangan baru, dan berdampak bagi upaya bersama untuk mewujudkan Komunitas ASEAN dan kerjasama di kawasan Asia Pasifik,” ujar SBY menyambut hari kemerdekaan Indonesia di Gedung DPR/MPR sebagaimana dikutip laman beritasatu, 16 Agustus 2012.

Universiti Utara Malaysia (UUM) yang didirikan pada 16 Februari 1984 dan berada di Sintok, Kedah. (Lembaga Indonesia Malaysia)

Prestasi itu membuat Universiti Utara Malaysia kepincut. Mereka kemudian ingin memberikan SBY sebuah penghargaan atas sumbangsihnya jadi tokoh perdamaian di kawasan ASEAN. Upaya pemberian gelar doktor kehormatan direncanakan.

Puncaknya, SBY diberikan gelar doktor kehormatan Honoris Causa bidang pemimpin perdamaian pada 19 Desember 2012. Pemberian itu lakukan di Istana Raja di Kuala Lumpur. SBY pun senang bukan main. Ia merasa senang kiprahnya menjaga perdamaian dilirik banyak pihak.

“Saya merasa bangga menjadi orang Indonesia pertama yang mendapatkan gelar terhormat ini. Saya juga merasa bangga dapat bergabung dengan sederetan tokoh penting seperti Margareth Thatcher, Tun Dr. Mahatir Muhammad, dan Tun Abdullah Badawi yang telah mendapatkan penghargaan serupa. Dengan kerendahan hati, saya dedikasikan  anugerah Doktor Honoris Causa ini kepada seluruh rakyat Indonesia,” kata Presiden SBY sebagaimana dikutip laman Sekretariat Negara, 19 Desember 2012.