Bagikan:

JAKARTA - Tiada yang mampu memastikan bahwa hidup anak diktator Korea Selatan (Korsel) akan nelangsa. Park Geun Hye, misalnya. Anak dari mantan penguasa Korsel era 1962-1979, Park Chung Hee justru punya potensi besar jadi pemimpin Korsel selanjutnya.

Ia mampu menjadi Presiden Wanita Pertama Korsel sedari 2013. Kepemimpinan Park Geun Hye mulanya dianggap bawa perubahan. Namun, yang terjadi sebaliknya. Park hanya aib dalam sejarah Korsel. Ia dianggap tak becus bekerja dan korup.

Rakyat Korsel tak pernah benar-benar melupakan sosok Park Chung Hee. Satu sisi ia jadi seorang diktator terkutuk. Sisi lain, ia dianggap presiden terbaik Korsel sepanjang massa. Masa pemerintahannya mengundang puja-puji.

Ekonomi Korsel melejit. Hajat hidup rakyat pun meningkat. Satu-satunya masalah adalah Park Chung Hee lupa cara turun takhta. Ia membabat habis lawan politiknya. Ia juga tak memberikan ruang kritik. Akhirnya, hanya peluru pistol yang mampu mengakhiri kuasanya.

Presiden Park Geun Hye saat melakukan wawancara dengan media di Korea Selatan. (Wikimedia Commons)

Kematian Park Chung Hee membawa kesedihan yang amat dalam bagi rakyat Korsel. Kesedihan itu kian menjadi-jadi kala mereka mengetahui era Park Chung Hee lebih baik daripada seluruh tokoh yang pernah memimpin Korsel.

Kondisi itu dibuktikan dengan gelora rakyat Korsel mendukung anaknya, Park Geun Hye dalam kontestasi Pilpres Korsel 2012. Partai Kebebasan Korsel yang membawa Park Geun Hye merasa wanita itu akan mampu membawa stabilitas ekonomi di Korsel.

Ia akan memberikan ruang bagi kaum wanita Korsel bergerak membuat perubahan dalam bidang politik. Faktor-faktor itu memang ada. Namun, pengaruh paling besar dari terpilihnya Park Geun Hye tetap kepada dirinya anak Park Chung Hee.

Ketokohan bapaknya membuat Park Geun Hye unggul dalam banyak jejak pendapat. Kondisi itu kemudian mampu membuat Park Geun Hye menang dalam Pilpres 2012. Ia kemudian dilantik pada 25 Februari 2013.

“Pemerintahan ayahnya yang keras selama 18 tahun dikenang oleh banyak orang dengan penuh kepahitan. Pemerintahannya memenjarakan dan menyiksa banyak pembangkang — yang Park Chung Hee gambarkan sebagai simpatisan Komunis yang membantu Korea Utara — dan bahkan melarang musik rock dan rok mini.”

“Namun, ia secara konsisten terpilih sebagai mantan presiden paling populer dalam jajak pendapat atas perannya dalam melahirkan ekonomi Korea Selatan yang bergairah. Kebangkitan cepat dari reruntuhan Perang Korea yang telah membangun kelas menengah yang berkembang, membuat perusahaan-perusahaan Korsel ditakuti oleh para pesaingnya, dan memulihkan martabat bangsa,” ujar Choe Sang Hun dalam tulisannya di majalah Tempo berjudul Ex-Dictator’s Daughter Elected President as South Korea Rejects Sharp Change (2012).

Park Geun Hye Dimakzulkan

Awal kepemimpinan Park Geun Hye disambut dengan gegap gempita. Ia dianggap akan mampu mengatasi tantangan pertumbuhan ekonomi. Ia mencoba menyediakan lapangan kerja. Ia pun ingin bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan besar asal Korsel untuk itu.

Nyatanya, rakyat Korsel telah salah memilih presiden hanya karena dia adalah anaknya pemimpin populer. Ia bak boneka yang dikendalikan temannya, Choi Soon Sil – seorang anak pendeta. Choi yang bukan siapa-siapa dalam pemerintahan justru banyak ikut campur urusan negara.

Choi memanfaatkan kedekatannya dengan Park Geun Hye untuk memeras perusahaan-perusahaan besar di Korsel, dari Samsung hingga Lotte. Choi pun mampu mengakses banyak rahasia negara. Bahkan, ia dapat mengakses pidato hingga mengubah pidato. Konon, ia memperdagangkan rahasia negara.

Choi pun memasukan uang-uang hasil memeras itu ke dalam yayasannya – kurang lebih sampai 70 juta dolar AS. Park Geun Hye sendiri dianggap telah menikmati hingga 25 juta dolar AS atas aksi Choi. Kondisi itu membuat Choi sering kali disebut sebagai Rasputin oleh rakyat Korsel.

Choi Soon Sil (tengah) diadili karena berperan menyalahgunakan wewenang sahabatnya yang juga Presiden Korea Selatan, Park Geun Hye. (Korea JoongAng Daily)

Nama itu merujuk kepada dukun dan penasehat Kekaisaran Rusia, Nicolai II (Tsar terakhir Rusia) yang memanfaatkan kedekatannya untuk memuluskan keinginan. Rakyat Korsel pun berang kala skandal itu mencuat ke publik pada 2016.

Aksi rakyat Korsel turun ke jalan digelar. Mereka yang turun ke jalan mencapai ratusan ribu orang. Mereka serempak membawakan sebuah pesan penting: Park Geun Hye turun dari kursi presiden.  

Rencana pemakzulan Park Geun Hye mulai digelar di Parlemen Korsel pada akhir 2016. Hasilnya 235 dari 300 anggota Majelis Nasional memilih untuk memakzulkan Park Geun Hye. Puncaknya, Mahkamah Konstitusi jadi penentu nasibnya di kursi kepresidenan.

Alhasil, Park Geun Hye dianggap telah melanggar konstitusi dan hukum Korsel. Park Geun Hye dimakzulkan pada 10 Maret 2017. Baik Park Geun Hye dan Choi kemudian sama-sama divonis hukuman penjara atas perbuatannya yang mengacak-ngacak konstitusi.

Pendemo mengenakan topeng Park Geun Hye (kanan) dan Choi Soon Sil saat melakukan unjuk rasa di Seoul. (BBC/Reuters)

“Mantan presiden Korea Selatan Park Geun Hye telah dijatuhi hukuman 24 tahun penjara karena penyalahgunaan kekuasaan dan korupsi, dalam skandal yang mengungkap jaringan penipuan antara pemimpin politik dan konglomerat, serta kekuasaan tokoh seperti Rasputin di puncak pemerintahan.”

“Park, tidak hadir dalam putusan pada hari Jumat, dengan alasan sakit, dan telah memboikot persidangan sejak Oktober. Park memiliki waktu satu minggu untuk mengajukan banding atas serangkaian tuduhan terhadapnya yang berkisar dari korupsi hingga mempertahankan daftar hitam artis,” ujar Benjamin Haas dalam South Korea: Former President Park Geun Hye Sentenced to 24 Years in Jail (2018).