Bagikan:

JAKARTA - Botswana pernah jadi rumah yang nyaman bagi habitat gajah. Populasi gajah meningkat dan hewan punya belalai panjang itu dilindungi. Namun, permintaan gading yang meninggi di pasar internasional mengubah segalanya. Gajah Botwana banyak diburu.

Perburuan gajah sempat mendapatkan perhatian dunia internasional. Namun, itu bukan satu-satunya peristiwa gajah meninggal dunia. Ada peristiwa lain yang menyebabkan gajah meninggal dunia. Botwana pernah dipusingkan dengan kematian ratusan gajah secara misterius.

Tak banyak negara di dunia yang memiliki ekosistem nyaman untuk gajah di dunia. Minimal suatu tempat itu harus kaya air, punya padang rumput, dan hutan yang menyediakan pasokan makanan. Istimewanya semua kriteria itu hadir di Botswana.

Negara di benua Afrika itu memiliki populasi gajah yang besar 130 ribuan ekor gajah. Pemerintah Botswana memberikan pelindungan lebih untuk gajah. Bahkan, populasi gajah yang bejibun dapat menjadi tulang punggung ekonomi nasional – lewat pariwisata.

Belakangan masalah muncul. Kemiskinan dan tingginya permintaan gading gajah jadi muaranya di era 1990-an. Peningkatan kematian gajah karena perburuan warga lokal jadi meninggi. Pemburu tak bertanggung jawab. Mereka membunuh dan mengambil keuntungan dari terbunuhnya gajah.

Potret gajah hidup di dalam habitatnya di Botswana. (Wikimedia Commons)

Perburuan pun kian gencar di era 2018. Perburuan gajah tercatat mencapai angka 87 ekor dalam waktu yang dekat. Namun, keterangan itu segera dibantah pemerintah. Pemerintah setempat yang punya hukum tembak mati pemburu gajah sedari 2013 menyebutkan tak banyak yang gajah mati karena perburuan.

Sisanya gajah banyak mati karena alasan lainnya. Namun, dunia tak mempercayainya begitu saja karena banyak gajah mati tanpa gading. Komitmen pemerintah melindungi gajah yang membawa pemasukan besar diragukan.

“Namun pemerintah segera membantah jumlah kelompok tersebut dan asumsi bahwa semua gajah yang mati telah diburu untuk diambil gadingnya, dengan menyebut laporan tersebut salah dan menyesatkan. Survival International, yang mengadvokasi hak-hak masyarakat adat, setuju.”

“Dalam kunjungan ke Taman Nasional Chobe minggu lalu, para pejabat menghitung 19 gajah mati, hanya enam di antaranya yang dibunuh oleh pemburu liar, kata pemerintah. Sisanya mati karena sebab alamiah atau dalam konflik dengan penduduk desa, kata pemerintah. Berbicara kepada wartawan dalam perjalanan itu, Churchill Collyer, wakil direktur departemen satwa liar, mengatakan, Kami belum mencatat adanya pembunuhan massal," tertulis dalam laporan laman The New York Times berjudul Doubts Mount in Botswana Over Charity’s Claim of Elephant ‘Poaching Frenzy’ (2018).

Mati Misterius

Perburuan liar gajah memang membawa mudarat bagi populasi gajah di Botswana. Namun, hal itu bukan jadi kematian yang paling parah. Kejadian kematian yang paling parah terjadi pada tahun 2020. Atau pada tahun pandemi COVID-19 menyapa dunia.

Manusia kewalahan hingga meninggal dunia menghadapi COVID-19. Gajah-gajah di Botswana juga berjuang supaya tak mati. Sebab, gajah-gajah banyak ditemukan mati secara misterius di Botswana. Gajah-gajah dari segala lapisan usia itu tampak berjalan kemudian pingsan dan mati.

Kondisi itu menjadikan kematian gajah terbesar dalam kurun waktu dekat dari Mei ke Juni 2020. Kematian itu menghebohkan dunia. Beberapa menyebutnya sebagai bencana konservasi.

Mulanya perburuan sempat dijadikan kambing hitam. Belakangan penelitian mulai dilakukan dan hasilnya bukan perburuan. Peneliti dari berbagai negara dunia mengindikasi terjadinya kematian gajah secara misterius karena perubahan iklim.

Perubahan iklim membuat bakteri-bakteri yang dulunya mati suri nyatanya berbaur dengan tempat minum air gajah. Alhasil, gajah jadi korban.

Kondisi itu memungkinkan karena perubahan iklim memiliki dampak yang luar biasa. Suatu populasi bisa segera hilang. Bahkan, perubahan iklim membuat tempat yang tadinya aman dan nyaman jadi mencekam. Semuanya karena suhu bumi kian panas.

“Studi itu memberikan penjelasan yang meyakinkan tentang kematian massal gajah yang menggemparkan dunia pada tahun 2020. Penelitian tersebut menambah bukti yang semakin kuat bahwa perubahan iklim dapat menimbulkan berbagai dampak mematikan.”

“Utamanya, pada satwa liar (serta ternak dan manusia), mulai dari mengubah ketersediaan air secara drastis, hingga menyediakan kondisi bagi bakteri dan alga berbahaya untuk berkembang biak dan mengalahkan populasi hewan,” ujar Phoebe Weston dalam tulisannya di laman The Guardian berjudul ‘Climate-induced poisoning’: 350 Elephants Probably Killed by Toxic Water (2024).