<i>Rasa yang Salah</i>, Bukti Absolut Samsons Bukan Sekadar Jualan Musik tapi Juga Elegansi
Samsons (Dok. Samsons)

Bagikan:

JAKARTA - Berbicara tentang Samsons, sudah bukan zamannya lagi membahas nama Bams. Karena, siapa pun vokalisnya, band ini sudah punya merek dagang sendiri lewat musik elegan yang mereka hidangkan.

Musik Samsons bukan sekadar untuk jualan. Seringkali ada idealisme personel yang tertuang dalam setiap jengkal komposisi lagu-lagunya, tanpa mengesampingkan kalau band ini ada di industri.

Melalui single anyar bertajuk Rasa yang Salah, band yang akan menginjak usia ke-20 pada tahun depan ini, kembali membuktikan 'stigma' tersebut. Lagu ini tidak bisa dibilang sulit, tapi tidak juga gampang dikulik. Singkatnya, Samsons kembali membuat musik yang penuh intrik.

Rasa yang Salah adalah single kedua dari trilogi yang mereka siapkan pada tahun 2022 ini. Menindaklanjuti single Rayu yang dirilis sebelumnya, melalui lagu ini, Samsons memperkenalkan vokalis baru bernama Adrian Martadinata yang bergabung sejak 25 Maret. 

Lagu ini tetap menunjukkan ciri khas Samsons dari sisi aransemen. Irfan Aulia - gitaris sekaligus konseptor band ini - masih doyan menyelipkan modulasi secara tidak terduga. Seperti yang telah ia lakukan dalam karya-karya Samsons sebelumnya - dari album pertama sampai kelima: Naluri Lelaki (2005), Penantian Hidup (2007), Samsons (2009), Perihal Besar (2013), V (2020). Modulasi adalah mengganti nada dasar dalam lagu agar terdengar megah. 

Dan pada lagu Rasa yang Salah, modulasi itu muncul pada bagian interlude. Hook-nya sangat terasa sehingga lagu ini mencapai klimaks. Diakui Irfan dalam konferensi pers di Jakarta pada Rabu kemarin, pembuatan sekaligus penempatan modulasi tersebut baru ditentukan dua hari sebelum rekaman.

"Dan harus gue akui, kami banyak banget bongkar pasang aransemen," tutur Irfan kepada media. Untungnya, Samsons punya Yessi Kristianto. Meski berstatus sebagai additional keyboardist, Yessi kerap kali terlibat dalam pembuatan bagan lagu sekaligus aransemennya.

Hanya saja, dengan Adrian sebagai vokalis yang menggantikan Ariadinata, proses penulisan lagu Rasa yang Salah - dan Rayu - mutlak mengalami perubahan jika dibandingkan dengan lagu-lagu sebelumnya. Adrian adalah singer-songwriter mumpuni yang pada akhirnya membuat kerja Irfan, Erik (gitar) dan Aldri (bass) jauh lebih ringan.

Rasa yang Salah adalah lagu ciptaan Adrian yang diaransemen oleh Irfan. Kebalikan dari Rayu yang ditulis oleh Irfan tapi disentuh oleh tangan Adrian sebagai pembuat aransemen.

Pada single Rasa yang Salah, Samsons memberikan ruang kolaborasi apik kepada Adrian untuk menciptakan lagu dengan nuansa kekinian yang diberikan pada bagian awal dan dielevasi secara bertahap menjadi sebuah balutan aransemen megah yang tetap mudah didengar dan dinikmati sampai akhir lagu.

Lirik Rasa yang Salah sendiri bercerita tentang kelanjutan dari cerita lirik dalam Rayu, yakni menggambarkan kebimbangan sebuah rasa. Diksi yang digunakan untuk menggambarkan narasi 'galau' dirangkai dengan cara elegan oleh Adrian dan Irfan untuk dijadikan representasi perasaan pendengar lagu ini.

Hal ini juga diperkuat visualisasi dalam video klip Rasa Yang Salah yang merupakan kelanjutan cerita single Rayu. Lagu tersebut jadi jembatan untuk single penutup yang akan menyempurnakan narasi trilogi Samsons pada tahun ini.

"Pada lagu ketiga nanti kami akan memadukan dua ide - gue dan Adrian - yang sekaligus jadi konklusi (cerita) dari dua lagu sebelumnya. Bentuk musiknya seperti apa? Pastinya sih kejutan," pungkas Irfan.

Jelas sudah, melalui Rasa yang Salah, Samsons bukan sekadar jualan musik. Tapi juga elegansi.