Cerita di Balik Lagu <i>Anyer 10 Maret</i> dari Slank
Kaka Slank (Instagram @fishgod)

Bagikan:

JAKARTA - Anyer 10 Maret, sebuah lagu magis yang bersemayam di album ketiga Slank, Piss. Lagu ini hanya diiringi bebunyian kibor Indra Q yang ditimpali erangan gitar Pay Siburian.

Bagi sebagian Slanker, lima album pertama Slank merupakan karya seni kekal yang meninggalkan memori. Dari sisi musik hingga lirik, mewakili setiap jejak langkah anak muda era 90-an.

Piss, dirilis 14 September 1993. Album ini merepresentasikan kematangan para personel Slank formasi 13. Salah satu lagunya, Anyer 10 Maret, diselimuti nada-nada indah sekaligus emosional.

Cerita di balik lagu Anyer 10 Maret masih mengundang perdebatan. Namun, dalam sebuah diskusi bertajuk Alam Pikir Slank yang digelar portal media Beritagar.id di jalan Potlot III empat tahun lalu, Kaka mengungkap.

Kaka Slank dalam sebuah konser (Instagram @fishgod)

Kata pria bernama lengkap Akhadi Wira Satriaji, Anyer 10 Maret merupakan lagu patah hati. Ada dua orang yang sedang dia rindukan saat dia menulisnya, pacar dan ibunya. Agar ide lagu ini tambah mencekam dan pedih, Kaka dan Bimbim pergi ke Anyer di hari ulang tahun Kaka, 10 Maret 1991.

Sementara itu, petikan lirik “tak hilang ditelan bergelas-gelas arak yang kutenggakkan" merupakan gambaran absolut bahwa minuman beralkohol yang dikonsumsi dalam jumlah banyak pun tidak mampu menyembuhkan rasa rindu sekaligus cemas yang sedang menjerat.

Namun, literatur lain mengungkap versi berbeda dari cerita di balik lagu Anyer 10 Maret. Disebutkan, lagu tersebut bercerita tentang rasa cinta Kaka kepada sang bunda, Hiruna yang meninggal pada 1980. Saat itu kaka berusia 6 tahun.

Kehilangan ibunda di usia yang masih sangat kecil membuat Kaka merindukan kasih sayang. Rasa rindu itu abadi, lalu berpadu dengan amarah sehingga  menghasilkan lagu penuh aura magis, Anyer 10 Maret.