Faisal Basri: Daripada Bentuk Holding, BRI Lebih Baik Akuisisi, Beli Bank Muamalat Misalnya
Ekonom senior Indef, Faisal Basri. (Foto: Dok. Antara)

Bagikan:

JAKARTA - Ekonom Senior Faisal Basri menyarankan agar BUMN perbankan, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) untuk mengakuisisi bank komersial lain ketimbang membentuk holding ultra mikro. Aksi itu menurutnya lebih efektif memperkuat inklusi keuangan di Indonesia dibandingkan membentuk holding ultra mikro yang terdiri dari BRI, PT Pegadaian (Persero), dan PT Permodalan Nasional Madani (Persero) atau PMN.

"Kalau saya boleh usul ke pemerintah, BRI itu untuk menjadi ujung tombak inklusi keuangan, ambil alih saja bank-bank komersial. Beli, akuisisi, nah jadi besar dia. Beli Bank Muamalat atau Bank Bukopin supaya konsolidasi bank terjadi. That's the way untuk konsolidasi bank, kan bank di Indonesia tidak konsolidasi," ujar Faisal dalam diskusi bertajuk Di Balik Rencana Merger BRI-Pegadaian: "Ketika Kultur yang Berbeda Terancam", Kamis 8 April.

Faisal menilai, holding tidak mampu mengentaskan permasalahan usaha ultra mikro. Pasalnya, menurut dia, masalah di lingkup ultra mikro tidak melulu pada keuangan, tetapi ada juga yang menyangkut pemasaran, bahan baku, BBM/energi, keterampilan, upah buruh, dan sebagainya.

Ekonom Core Indonesia Piter Abdullah berpendapat senada. Ia mengaku khawatir rencana penggabungan (merger) BRI, Pegadaian, dan PMN justru bisa mengurangi kualitas layanan dari Pegadaian dan PMN.

Peran BRI nantinya, kata Piter, menjadi lebih dominan usai merger.

"Kecenderungannya kalau merger pasti yang muncul BRI karena yang paling besar BRI. Jadi, kemungkinan besar BRI yang muncul. Kalau itu yang terjadi BRI akan menjadi lebih besar dan akan mengambil market PMN dan Pegadaian," jelasnya.