JAKARTA - Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi memastikan tidak ada impor beras saat memasuki masa panen raya. Sehingga, harga beras di pasaran akan aman. Ia menekankan, rencana impor 1 juta ton beras bukan untuk menghancurkan harga beras petani.
"Saya jamin tidak ada impor saat panen raya. Dan hari ini tidak ada beras impor yang menghancurkan harga petani, karena memang belum ada yang diimpor," katanya dalam konferensi pers virtual, Jumat, 19 Maret.
Lebih lanjut, Mendag Lutfi berujar pemerintah tidak pernah menyatakan produksi beras dalam negeri kurang atau berlebih. Tetapi yang selalu ditekankan adalah Bulog harus memiliki stok cadangan atau iron stock sebanyak 1 juta hingga 1,5 juta ton.
"Angka stok itu merupakan prinsip dasar pemerintah yang sudah kita punya bertahun-tahun. Kemudian Bulog akan mengadakan pengadaan itu baik lokal maupun internasional," tuturnya.
Lebih lanjut, Lutfi berujar impor yang dimaksud adalah kebijakan untuk pemenuhan stok di Bulog. Menurut dia, hal ini untuk berjaga-jaga mengingat rendahnya daya serap gabah oleh Bulog pada Maret, di mana faktor musim hujan yang berdampak pada basahnya gabah.
Kata Lutfi, dalam Permendag Nomor 24 Tahun 2020 diatur syarat dalam menyerap gabah. Salah satunya adalah masalah tingkat kekeringan atau kadar air dari gabah tersebut. Karena itu, Bulog hanya bisa menyerap 85 ribu ton gabah.
"Jadi di sini, sampai Maret hanya 85.000 yang terserap, sedangkan di bayangan saya mereka seharusnya bisa menyerap paling tidak 400.000-500.000 ton per hari ini. Jadi karena situasinya seperti itu, ini adalah situasi yang dinamis," tuturnya.
Lutfi menjelaskan, saat ini gabah basah, Bulog tidak bisa membeli, dan petani pun harus berhadapan langsung dengan pedagang. Namun, pedagang juga tidak punya pengering. Sementara, gabah yang basah saat dimasukkan ke rice milling itu akan pecah dan kualitasnya jelek.
BACA JUGA:
"Ini salah siapa? Enggak ada yang salah. Bulog punya peraturan, pedagang punya prioritas gimana beli gabah petani, tetapi saya juga punya acuan," jelasnya.
Sementara itu, Lutfi berujar berdasarkan hitungannya, Bulog memiliki stok akhir 800 ribu, dikurangi stok impor tahun 2018 sebanyak 300 ribu ton.
"Berarti stok itu tidak mencapai 500 ribu ton, ini yang paling rendah dalam sejarah Bulog," tuturnya.
Berdasarkan proyeksi Badan Pusat Statistik (BPS), kata Lutfi, memang produksi beras dalam negeri tahun ini akan baik seperti tahun lalu. Namun, hal itu tentu masih bersifat ramalan dan pemerintah perlu mengantisipasinya.
Lebih lanjut, kata Lutfi, bila pada akhirnya pengadaan beras dalam negeri bisa memenuhi syarat stok beras Bulog, maka importasi beras tidak perlu dilakukan.
"Nah kita lihat di panen tersebut. Kalau memang baik, saya tidak masalah kita tidak impor selama stok Bulog mencapai 1 juta," jelasnya.