Bagikan:

JAKARTA - Perum Bulog memastikan stok beras hingga memasuki bulan puasa dan Idulfitri 2021 aman. Hal itu meskipun hujan deras yang terjadi dalam beberapa hari terakhir telah menyebabkan 32 ribu hektare lahan persawahan terendam banjir di sebagian wilayah di Indonesia.

Direktur Supply Chain dan Pelayanan Publik Perum Bulog Mokhamad Suyamto mengatakan lahan persawahan yang terendam banjir tidak signifikan mempengaruhi stok ketersediaan beras. Sebab, Bulog memiliki stok beras yang cukup.

Terkait dengan kebutuhan beras, menurut Mokhamad, harus dipisahkan kebutuhan bulog dari sisi ketahanan dan kebutuhan masyarakat. Jika bicara ketahanan maka yang harus dihitung adalah berapa penyaluran stok Bulog. Kebutuhan ini menyesuaikan dengan kebutuhan pasar melalui kegiatan ketersediaan dan stabilisasi harga.

Artinya, kata Mokhamad, dengan stok bulog 1 juta ton, dengan kebutuhan stabilisasi sampai semester I 2021, rata-rata kebutuhan sekitar 60 ribu sampai 300 ribu. Sehingga, dari sisi kebutuhan stok bulog itu sangat cukup. Apalagi, akan ada tambahan penyerapan di saat panen raya di bulan Maret.

Mokhamad mengatakan sementara stok beras dikaitkan dengan kebutuhan masyarakat itu rata-rata 2,3 juta sampai 2,5 juta ton. Namun, jumlah ini dapat dicukupi. Sebab, berdasarkan data BPS surplus produksi di akhir tahun itu 7 juta ton.

Apalagi, kata Mokhamad, prakiraan panen produksi gabah kering giling (GKG) di bulan Februari sekitar 4,2 juta ton, setelah dibersikan menjadi beras sekitar 2,4 juta ton. Di bulan ini juga terjadi surplus, namun hanya sekitar 100 ribu ton. Bulog juga memiliki stok cadangan akhir tahun.

"Kita juga panen (raya) di bulan Maret setara gabahnya itu 5,7 juta ton. Artinya ini sangat aman untuk kebutuhan itu. Jadi dengan melihat data yang dirilis BPS tadi untuk kebutuhan beras sampai dengan semester 1 menjelang nanti pada puncaknya memasuki bulan puasa dan Idulfitri sangat aman," katanya, di Jakarta, Rabu, 24 Februari.

Panen di sebagian wilayah Indonesia akan mundur

Mokhamad mengatakan 32 ribu hektare lahan persawahan yang terendam banjir di sebagian wilayah di Indonesia akan mempengaruhi waktu panen. Namun, tidak akan mempengaruhi stok beras.

Menurut dia, saat terjadi banjir, dirinya langsung turun ke Karawang, Cirebon, dan Subang untuk mengecek area persawahan yang terendam banjir. Kata dia, lahan persawahan yang terdampak rata-rata yang usia tanamnya baru satu bulan.

Lebih lanjut, Mokhamad mengatakan, petani yang lahan persawahan terendam banjir harus melakukan tanam ulang bibit. Hal ini yang menyebabkan mundurnya waktu panen.

"Dampaknya tidak signifikan (kepada stok beras), namun akan terjadi kemunduran masa panen raya yang nanti (dilakukan) April bisa Juni atau Juli," jelasnya.

Meski begitu, Mokhamad menilai, hal ini justru menguntungkan bagi petani. Sebab, ketika panen raya dilakukan serentak, harga jual gabah akan lebih murah. Sementara, jika panen mundur, harganya akan lebih tinggi.

"Justru itu lebih menguntungkan stabilitas harga di tingkat petani, karena apa? Panen mundur, tidak semuanya panen puncak di Maret sehingga harga yang diterima petani yang dia panen mundur akan lebih tinggi," tuturnya.