Rupiah Akhir Pekan Diprediksi Melemah, Ini Faktornya
Ilustrasi. (Foto: Dok. Antara)

Bagikan:

JAKARTA - Nilai tukar rupiah pada perdagangan jumat 12 Januari 2024 diperkirakan akan kembali bergerak fluktuatif namun ditutup melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) didorong data eksternal dan internal.

Mengutip Bloomberg, nilai tukar Rupiah hari kamis 11 Januari, Kurs rupiah spot menguat 0,13 persen ke Rp15.549 per dolar AS.

Sementara kurs rupiah Jisdor ditutup melemah 0,06 persen ke level harga Rp15.558 per dolar AS.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menyampaikan Pasar sekarang menunggu data utama indeks harga konsumen (CPI) AS untuk bulan Desember, yang akan dirilis hari ini. Inflasi IHK umum diperkirakan sedikit meningkat, sementara IHK inti diperkirakan terus turun.

"Inflasi diperkirakan akan tetap jauh di atas target tahunan The Fed sebesar 2 persen, dan ditambah dengan tanda-tanda ketahanan pasar tenaga kerja baru-baru ini, menjadi pertanda buruk bagi ekspektasi penurunan suku bunga lebih awal," ujarnya dikutip Jumat, 12 Januari.

Namun, para pedagang tampaknya masih mempertahankan ekspektasi mereka terhadap penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin pada bulan Maret, meskipun ada sedikit pemangkasan pada minggu lalu.

Adapun alat CME Fedwatch menunjukkan para pedagang memperkirakan peluang pemotongan suku bunga sebesar 67,1 persen di bulan Maret, naik dari 60,8 persen yang terlihat sehari lalu dan 64,7 persen yang terlihat pada minggu lalu

Dari sisi internal, pemerintah tetap optimistis meski Bank Dunia atau World Bank merevisi ke bawah outlook ekonomi global 2024 dari 2,6 persen menjadi 2,4 persen.

Sinyal perlambatan ekonomi 2024 pada dasarnya memang sudah muncul sejak 2023, namun angkanya terus direvisi ke bawah.

Meski demikian, pemerintah telah mengantisipasi perlambatan global tersebut yang berpotensi memengaruhi ekonomi Indonesia.

Pasalnya, hingga kini disrupsi mulai dari suplai barang, isu perubahan iklim, harga komoditas, dan pengetatan moneter memang menjadi faktor utama perlambatan ekonomi global.

Untuk itu, dalam jangka pendek, pemerintah akan terus mendorong daya beli masyakarat dengan penyaluran bantuan social (bansos) berupa beras dan bahan pokok Mengingat hingga kuartal ketiga 2023, bahwa produk domestik bruto (PDB) masih didominasi oleh konsumsi rumah tangga.

Sedangkan bantuan akan dimulai dari kuartal pertama 2024, bukan pada akhir tahun seperti yang dilakukan pada 2023.

Hal tersebut sebagai upaya untuk menjaga ekonomi Indonesia tetap sesuai target pemerintah di angka 5,2 persen pada 2024.

Bank Dunia meramalkan ekonomi Indonesia pada 2024 dan 2025 akan stabil di 4,9 persen, lebih rendah dari ramalan 2023 di angka 5 persen. Dengan adanya perlambatan ekonomi global, kinerja ekspor diprediksi akan menurun.

Terlebih, Bank Dunia memprediksikan ekonomi untuk pangsa pasar ekspor utama Indonesia, yaitu China, dalam dua tahun ini akan terus melambat.

Pada 2024 menjadi 4,5 persen, turun dari estimasi 2023 sebesar 5,2 persen dan terus menurun pada 2025 menjadi 4,3 persen.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), neraca perdagangan kumulatif Indonesia sepanjang Januari hingga November 2023 turun 16,91 miliar dolar AS dari periode yang sama pada 2022.

Neraca perdagangan barang kembali mengalami surplus selama 43 bulan berturut-turut meskipun lebih rendah dibandingkan dengan bulan yang sama tahun lalu.

Ibrahim memperkirakan, rupiah akan bergerak fluktuatif namun ditutup melemah pada perdagangan Jumat, 12 Januari dalam rentang harga Rp15.530- Rp15.600 per dolar AS.