Bagikan:

JAKARTA - Nilai tukar rupiah masih berpotensi melemah pada hari Jumat 10 November 2023 seiring penguatan dolar AS dan kekhawatiran akan potensi perlambatan ekonomi.

Sebagai informasi, berdasarkan data Bloomberg, rupiah lanjut melemah 0,03 persen ke level Rp15.655 per dolar AS pada perdagangan Kamis 9 November 2023. Selanjutnya pada kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia, nilai tukar rupiah berada di angka Rp15.649 atau melemah 0,04 persen dibandingkan pada hari perdagangan sebelumnya.

Ibrahim Assuaibi Direktur PT.Laba Forexindo Berjangka mengatakan sejumlah pejabat Fed memperingatkan minggu ini bahwa suku bunga AS akan tetap tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama, dan bahwa pasar harus berhati-hati dalam bertaruh pada penurunan suku bunga lebih awal.

"Inflasi yang tinggi dan ketahanan perekonomian AS juga dapat mendorong kenaikan suku bunga lebih lanjut pada tahun ini. Komentar mereka agak mengimbangi spekulasi baru-baru ini bahwa siklus kenaikan suku bunga The Fed telah berakhir, dan membuat para pedagang beralih kembali ke aset-aset yang terkena suku bunga seperti dolar dan Treasury," jelasnya, Jumat 10 November.

Ibrahim menyampaikan Di Asia, Tiongkok kembali melakukan disinflasi, namun tanda-tanda perselisihan ekonomi lainnya di Tiongkok menjadi beban terbesar di pasar Asia, karena data pemerintah menunjukkan bahwa inflasi konsumen dan produsen menyusut pada bulan Oktober.

Data tersebut menunjukkan bahwa Tiongkok mengalami disinflasi untuk kedua kalinya pada tahun ini, karena langkah-langkah stimulus yang berulang kali dilakukan oleh Beijing gagal menopang pengeluaran secara berarti. Kelemahan di Tiongkok juga menjadi pertanda buruk bagi pasar Asia yang lebih luas, mengingat ketergantungan mereka pada negara tersebut sebagai mitra dagang.

Guna untuk menjaga pertumbuhan ekonomi di tahun 2023 sebesar 5 persen, maka pemerintah akan focus terhadap daya beli Masyarakat.

Ekonomi dunia tengah berada dalam tren perlambatan, terutama dialami Eropa dan Tiongkok. Meskipun kinerja ekonomi cenderung menguat, namun kondisi fiskal AS mengalami tekanan signifikan yang memicu gejolak pasar keuangan dengan naiknya yield UST ke rekor tertinggi dalam 1,5 dekade terakhir.

Dinamika perlambatan dan meningkatnya risiko ketidakpastian pasar keuangan global berdampak cukup signifikan pada hampir seluruh negara emerging market, termasuk Indonesia.

Adapun, efek lain, pertumbuhan ekonomi Indonesia di triwulan III 2023 tercatat 4,94 persen. Ekonomi Indonesia melambat dibandingkan kuartal sebelumnya yang tumbuh 5,17 persen, terutama akibat menurunnya kinerja ekspor barang dan jasa.

Menurut Ibrahim Tren perlambatan global diperkirakan berlanjut dan berpotensi menggeret pertumbuhan triwulan IV kembali berada dibawah 5 persen sehingga secara keseluruhan pertumbuhan ekonomi di tahun 2023 berisiko dibawah 5 persen Selain itu, dampak El Nino yang telah mendorong kenaikan inflasi volatile food akibat naiknya harga beras juga perlu diwaspadai.

"Untuk merespons kondisi tersebut, pemerintah merilis paket kebijakan untuk stabilisasi ekonomi dan melindungi daya beli masyarakat. Paket kebijakan tersebut terdiri dari tiga kebijakan utama," jelasnya

Kebijakan pertama, yaitu penebalan Bansos untuk melindungi daya beli masyarakat miskin dan rentan. Kebijakan kedua yaitu percepatan penyaluran program KUR ditujukan untuk penguatan UMKM guna menopang pertumbuhan di tengah peningkatan suku bunga. Kebijakan ketiga yaitu penguatan sektor perumahan.

Ibrahim menyampaikan kebijakan ini ditempuh dengan pertimbangan efek pengganda sektor yang besar. Sampai dengan September 2023, kinerja sektor perumahan berada dalam trend melambat sehingga perlu adanya intervensi untuk menggairahkan kembali kinerja sektor ini.

"Hal tersebut diharapkan mampu menopang kinerja perekonomian di tengah risiko perlambatan global," jelasnya.

Ibrahim memperkirakan rupiah akan bergerak fluktuatif namun ditutup melemah pada perdagangan Jumat 10 November dalam rentang harga Rp15.640- Rp15.740 per dolar AS.