Rupiah Diprediksi Melemah Dihantui Ketidakpastian Global
Ilustrasi rupiah (Foto: dok. Antara)

Bagikan:

JAKARTA - Nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS pada hari Kamis 9 November 2023 diperkirakan akan kembali melemab akibat ketidakpastian global.

Mengutip Bloomberg, nilai tukar Rupiah hari Rabu 8 November, Kurs rupiah spot melemah 0,09 persen ke Rp 15.650 per dolar AS. Sementara, kurs rupiah Jisdor melemah 0,23 persen secara harian ke level hargaRp 15.629 per dolar AS.

Ibrahim Assuaibi Direktur PT.Laba Forexindo Berjangka mengatakan Bank sentral AS memberi isyarat bahwa suku bunga AS akan tetap lebih tinggi untuk waktu yang lebih lama, kemungkinan besar akan tetap di atas 5 persen hingga akhir tahun 2024.

"Data berjangka dari alat CME FedWatch menunjukkan kemungkinan 15 persen kenaikan suku bunga lagi pada Januari 2024 dan kemungkinan penurunan suku bunga sebesar 22% pada Maret 2024," Ucapnya dalam keterangannya, Kamis 9 November.

Ibrahim menyampaikan tanda-tanda berlanjutnya pelemahan ekonomi di Tiongkok juga membuat para pedagang waspada terhadap pasar regional. Data pada hari Selasa menunjukkan bahwa ekspor Tiongkok turun lebih besar dari perkiraan.

Sementara neraca perdagangan negara tersebut menyusut ke level terendah dalam 17 bulan pada bulan Oktober. Fokus sekarang tertuju pada data inflasi Tiongkok, yang akan dirilis pada hari Kamis.

Ibrahim menyampaikan Bank Indonesia (BI) telah menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 bps menjadi 6 persen. Kenaikkan suku bunga ini akan berdampak terhadap berbagai sektor mulai dari properti, asuransi, sampai kredit yang disalurkan perbankan.

Meskipun begitu, perlu dipahami juga bahwa kenaikan suku bunga dilakukan untuk memperkuat kebijakan stabilitas nilai tukar rupiah dari dampak ketidakpastian global, serta sebagai langkah preemptive dan forward looking untuk mitigasi dampaknya terhadap inflasi barang impor.

BI melakukan tindakan preemptive dan forward looking di tengah ketidakstabilan global. BI ingin mendukung kestabilan nilai rupiah di tengah volatilitas yang tinggi. Volatilitas tinggi ini bisa dilihat dari angka yield obligasi Amerika Serikat (AS) yang sedang ada di angka 5 persen, tertinggi sejak 2007 sehingga BI tidak bisa lagi menahan suku bunga.

Lebih dari itu, Pelemahan rupiah terhadap dolar dalam beberapa bulan ke belakang ini masih jauh lebih baik ketimbang pelemahan yang terjadi. Kalau dilihat tahun 2019-2020 itu jauh lebih parah dibanding yang terjadi saat ini. Sebetulnya, rupiah adalah mata uang yang performanya cukup terjaga dibanding mata uang lainnya secara year to date.

Ibrahim memperkirakan rupiah akan bergerak fluktuatif namun ditutup melemah pada perdagangan Kamis 9 November dalam rentang harga Rp15.630- Rp15.700 per dolar AS.