JAKARTA - Sekitar 250 tahanan Palestina melancarkan mogok makan pada hari Rabu sebagai protes terhadap apa yang mereka klaim sebagai kondisi reprsif yang diterapkan di penjara-penjara Israel, sejak enam tahanan melarikan diri dari Penjara Gilboa dan ditangkap kembali, menurut gerakan Jihad Islam Palestina (PIJ).
PIJ menyatakan, aksi mogok makan tersebut sebagai protes terhadap apa yang disebutnya tindakan represif yang diterapkan terhadap tahanan PIJ sejak September lalu. Tindakan yang diduga termasuk isolasi dan distribusi tahanan ke kamar terpisah untuk mencegah mereka melakukan pertemuan, menurut pengumuman itu.
Pada Rabu malam, Sekretaris Jenderal PIJ Ziyad al-Nakhalah menegaskan, gerakan itu "tidak akan meninggalkan anak-anaknya di penjara-penjara Zionis Israel sebagai korban di tangan musuh."
"Kami akan berdiri bersama mereka dan mendukung mereka dengan semua yang kami miliki, bahkan jika ini mengharuskan kami berperang untuk mereka, dan tidak ada kesepakatan atau pertimbangan lainnya yang bisa mencegah kami melakukannya," Nakhalah memperingatkan, mengutip The Jerusalem Post 13 Oktober.
Sementara itu, Front Populer untuk Pembebasan Palestina (PFLP) mengumumkan pada Hari Selasa, mereka akan melakukan mogok makan bersama dengan para tahanan PIJ untuk mendukung mereka.
PFLP menekankan, pemogokan akan berlanjut sampai situasi di penjara-penjara Israel kembali seperti sebelum enam tahanan melarikan diri dari Penjara Gilboa dan para tahanan yang diisolasi dikeluarkan dari isolasi.
Diketahui, enam tahanan di penjara Israel Palestina telah melakukan mogok makan untuk waktu yang lama, termasuk Kayed Fasfous (91 hari), Muqdad Qawasmeh (84 hari), Alaa Aaraj (67 hari), Hesham Abu Hawwash (58 hari), Rayeq Besharat (53 hari). ) dan Shadi Abu Akr (50 hari), menurut kantor berita WAFA Palestina.
Fasfous dan Qawasameh keduanya dalam kondisi serius dan menolak untuk menerima bantuan medis, menurut laporan Palestina. Fasfous telah kehilangan 30 kilogram dan dirawat di rumah sakit di Barzilai Medical Center, menurut WAFA.
BACA JUGA:
Sementara, Qawasameh dirawat di rumah sakit di Kaplan Medical Center dalam kondisi serius, dengan keluarganya mengatakan kepada media Palestina pada Hari Selasa, dia kesakitan parah, menderita kehilangan ingatan dan kesulitan berbicara.