JAKARTA - Jet tempur Israel menyerang sasaran di seluruh Jalur Gaza pada Selasa malam, ketika kelompok bersenjata di sana menembakkan serangan roket ke Israel sebagai tanggapan atas kematian seorang tahanan Palestina yang mogok makan Palestina di penjara Israel.
Gumpalan asap membumbung tinggi di langit malam dan ledakan-ledakan terdengar ketika militer Israel mengatakan bahwa mereka telah menghantam target-target di seluruh Gaza termasuk tempat-tempat pembuatan senjata dan kamp-kamp pelatihan Hamas, kelompok Islam yang memerintah Gaza.
Pada saat yang sama, sirene terdengar di kota-kota Israel selatan termasuk Ashkelon, sekitar 14 km (9 mil) utara Gaza. Radio Hamas melaporkan, faksi-faksi militan di daerah itu terus menembakkan roket sebagai tanggapan atas kematian Khader Adnan, yang menurut sumber-sumber di kelompok Jihad Islam Palestina adalah salah satu pemimpin politiknya, melansir Reuters 3 Mei.
Sebelum serangan roket dilancarkan, radio Hamas mengatakan sebuah tank Israel menembaki salah satu pos pengamatan kelompok itu di Gaza.
"Pertarungan kami berlanjut dan musuh akan menyadari sekali lagi bahwa kejahatannya tidak akan berlalu tanpa tanggapan," kata Jihad Islam dalam sebuah pernyataan.
Saling serang terjadi setelah Adnan meninggal pada Selasa pagi, menyusul mogok makan selama 87 hari yang dilakukannya di sebuah penjara Israel.
Adnan, yang sedang menunggu persidangan, ditemukan tidak sadarkan diri di selnya dan dibawa ke rumah sakit, di mana dia dinyatakan meninggal setelah upaya untuk menyelamatkannya, kata Layanan Penjara Israel.
Dia adalah orang Palestina pertama yang mogok makan yang meninggal dalam tahanan Israel dalam lebih dari 30 tahun.
Ratusan orang turun ke jalan di Gaza dan Tepi Barat yang diduduki untuk berunjuk rasa dan meratapi kematian Adnan, yang digambarkan oleh para pemimpin Palestina sebagai pembunuhan.
Di Gaza, kelompok faksi bersenjata Palestina termasuk Hamas dan Jihad Islam mengaku bertanggung jawab atas serangkaian serangan roket yang ditembakkan ke Israel pada siang hari.
Militer Israel mengatakan sedikitnya 30 roket ditembakkan dari Gaza. Dua mendarat di kota kecil Israel Sderot di sebelah timur Gaza, melukai tiga orang, termasuk seorang warga negara asing berusia 25 tahun yang menurut layanan ambulans Israel menderita luka pecahan peluru yang serius.
Juru bicara Jihad Islam, Tareq Selmi, mengatakan pertempuran telah berakhir pada Rabu subuh. Dua pejabat Palestina mengatakan Mesir, Qatar dan PBB membantu mengamankan gencatan senjata.
Di Kota Hebron, Tepi Barat, toko-toko tutup karena pemogokan. Beberapa pengunjuk rasa membakar ban dan melemparkan batu ke tentara Israel yang menembakkan gas air mata dan peluru karet ke arah mereka. Tidak ada laporan cedera.
Sejak 2011, Adnan melakukan setidaknya tiga aksi mogok makan untuk memprotes penahanan tanpa tuduhan oleh Israel. Taktik tersebut telah digunakan oleh tahanan Palestina lainnya, terkadang secara massal, namun tidak ada yang meninggal sejak tahun 1992.
Pengacara Adnan Jamil Al-Khatib dan seorang dokter dari kelompok hak asasi manusia yang baru-baru ini bertemu dengannya menuduh otoritas Israel menahan perawatan medis.
"Kami menuntut dia dipindahkan ke rumah sakit sipil di mana dia bisa diawasi dengan baik. Sayangnya, permintaan seperti itu disikapi dengan sikap keras kepala dan penolakan," kata Al-Khatib kepada Reuters.
Sedangkan Lina Qasem Hassan dari Physicians for Human Rights di Israel mengatakan dia melihat Adnan pada 23 April, di mana berat badannya turun 40 kg (88 pon) dan kesulitan bergerak dan bernapas tetapi sadar.
"Kematiannya bisa dihindari," kata Qasem Hassan, mengatakan beberapa rumah sakit Israel menolak menerima Adnan, setelah dia dilarikan ke ruang gawat darurat mereka.
Sementara, Layanan Penjara mengatakan rawat inap bukanlah pilihan, karena Adnan telah menolak "bahkan pemeriksaan awal".
Terpisah, dokter untuk Hak Asasi Manusia mengatakan pihak berwenang Israel telah menolak permintaan Adnan dan keluarganya untuk mengunjunginya di penjara.
Berbicara dari rumah keluarga di Kota Arraba Tepi Barat utara dekat Jenin, istri Adnan, Randa Musa, mengatakan: "Pesan kami kepada semua kelompok perlawanan adalah, kami tidak ingin senjata yang tidak digunakan untuk membebaskan syekh (Adnan) untuk digunakan setelah kematiannya. Kami tidak ingin melihat pertumpahan darah."
Menurut Asosiasi Tahanan Palestina, Adnan ditangkap oleh Israel 12 kali, menghabiskan sekitar delapan tahun di penjara, sebagian besar di bawah apa yang disebut "penahanan administratif" - atau penahanan tanpa dakwaan.
BACA JUGA:
Terakhir, Adnan ditangkap dan didakwa di pengadilan militer Israel atas tuduhan terkait dengan kelompok terlarang dan menghasut untuk melakukan kekerasan, kata Layanan Penjara.
Pihak Israel mengatakan, penahanan penahanan tanpa dakwaan diperlukan ketika bukti tidak dapat diungkapkan di pengadilan, karena kebutuhan untuk merahasiakan sumber intelijen.
Sementara, warga Palestina dan kelompok HAM mengatakan Israel secara rutin menggunakan penahanan semacam itu, yang menolak proses hukum, untuk menahan ratusan warga Palestina dalam jangka waktu lama.