JAKARTA - Ketika seseorang berpikir tentang kelelawar vampir, persahabatan dan kerja sama mungkin bukan salah satu kualitas yang muncul di benak makhluk malam ini.
Para ilmuwan pada Hari Kamis 23 September memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang hubungan sosial di antara kelelawar vampir, menunjukkan bagaimana mereka yang telah menjalin ikatan yang mirip 'persahabatan' dengan orang lain akan bertemu dengan teman-temannya sambil mencari makan.
Para peneliti memasang perangkat kecil ke 50 kelelawar vampir untuk melacak aktivitas mencari makan malam hari di Panama, ketika mamalia terbang ini meminum darah dari luka yang mereka timbulkan pada ternak di padang rumput. Studi ini melibatkan kelelawar betina, yang diketahui memiliki hubungan sosial yang lebih kuat daripada pejantan.
Di antara kelelawar, ada 23 individu yang lahir di alam liar yang telah disimpan di penangkaran selama sekitar dua tahun selama penelitian terkait perilaku sosial kelelawar. Ikatan sosial sudah terlihat di antara mereka. Setelah dilepaskan kembali ke alam liar, kelelawar ditemukan sering bergabung dengan 'teman' selama mencari makan, mungkin mengoordinasikan perburuan.
"Setiap kelelawar memelihara jaringannya sendiri dari ikatan sosial yang kooperatif," kata ahli ekologi perilaku Gerald Carter dari Ohio State University dan Smithsonian Tropical Research Institute, yang memimpin penelitian yang diterbitkan dalam jurnal 'PLoS Biology', mengutip Reuters 25 September.
Ikatan sosial di antara kelelawar vampir saat mereka bertengger di pohon, termasuk merawat satu sama lain dan memuntahkan makanan darah untuk teman-teman yang lapar. Studi ini menunjukkan bahwa ikatan sosial yang terbentuk di sarang meluas ke perburuan.
"Studi ini membuka jendela baru yang menarik ke dalam kehidupan sosial hewan-hewan ini," terang Carter.
Para peneliti menduga, kelelawar meskipun hampir tidak pernah pergi mencari makan dengan "teman" mereka, terhubung dengan mereka selama perburuan, bahkan mungkin mengenali vokalisasi satu sama lain, untuk saling menguntungkan. Mereka berhipotesis, kelelawar mungkin bertukar informasi tentang lokasi mangsa atau akses ke luka terbuka untuk makan.
Kelelawar vampir, yang menghuni daerah yang lebih hangat di Amerika Latin dan memiliki lebar sayap sekitar 7 inci (18 cm), adalah satu-satunya mamalia dengan diet darah saja. Mereka tinggal di koloni mulai dari puluhan hingga ribuan individu.
"Reaksi pertama orang terhadap kelelawar vampir biasanya, 'Eh, menakutkan.' Tetapi begitu Anda memberi tahu mereka tentang kehidupan sosial mereka yang kompleks, mereka cukup terkeju, kita dapat menemukan perilaku yang agak mirip dengan apa yang dilakukan manusia, dan yang mungkin diharapkan pada primata, pada kelelawar," kata rekan penulis studi Simon Ripperger, seorang peneliti pasca-doktoral Smithsonian Tropical Research Institute.
Ripperger menyebut mereka 'makhluk luar biasa' karena beberapa alasan.
"Bahkan selain kehidupan sosial mereka, kelelawar vampir cukup istimewa, mengkhususkan diri dalam diet 100 persen darah sudah cukup langka di antara vertebrata," kata Ripperger.
"Mereka adalah pelari yang luar biasa, yang tidak Anda duga pada kelelawar. Mereka memiliki sensor panas di moncong mereka yang membantu mereka menemukan tempat untuk menggigit. Mereka memiliki protein dalam air liur yang mencegah darah dari pembekuan, yang sebenarnya digunakan dalam uji medis untuk membantu mencegah pembekuan darah pada pasien yang menderita stroke," papar Rippeerger.
Kelelawar menyerang mangsa dari tanah, menggunakan gigi tajam mereka untuk membuka luka, menjilat darah dengan lidah mereka.
BACA JUGA:
Carter mengatakan ada alasan untuk takut pada kelelawar vampir karena mereka dapat menularkan rabies ke ternak dan manusia.
"Tapi saya pikir mereka adalah hewan yang cantik dan menarik. Dengan cara ini mereka sedikit seperti beruang grizzly, hiu, tikus, dan ular berbisa, hewan yang mungkin tidak membantu orang dengan cara apa pun dan bahkan mungkin membahayakan mereka, tetapi tetap harus dihargai demi kepentingan mereka sendiri," tambah Carter.