Bagikan:

YOGYAKARTA – Gangguan pembekuan darah, atau dikenal dengan hiperkoagulasi, membuat darah membeku terlalu mudah. Pada kondisi normal, pembekuan darah terjadi, misalnya ketika Anda terluka, tubuh akan menghentikan pendarahan dengan membentuk pembekuan darah. Faktor pembekuan atau protein dibuat oleh hati yang menempel pada trombosit untuk membentuk bekuan darah atau koagulasi.

Koagulasi normal, penting dalam menghentikan pendarahan dan memulai proses penyembuhan. Namun pembekuan terlalu banyak, bisa sebabkan masalah. Orang dengan gangguan pembekuan darah memiliki risiko lebih tinggi mengalami pembekuan darah di arteri (pembuluh darah yang membawa darah dari jantung) dan vena (pembuluh darah yang membawa darah ke jantung).

Pembekuan darah di vena, dapat menyebabkan thrombosis vena dalam (bekuan darah di vena panggul, kaki, lengan, hati, usus, atau ginjal) dan embolus paru (pembekuan darah di paru-paru. Sedangkan gumpalan darah pada arteri, meningkatkan risiko stroke, serangan jantung, nyeri kaki yang parah, kesulitan berjalan, kehilangan lengan atau kaki. Pada ibu hamil, pembekuan darah juga dapat menimbulkan risiko keguguran atau disebut sindrom antifosfolipid.

apakah pembekuan darah bisa sembuh?
Ilustrasi penyebab gangguan pembekuan darah, cara pencegahan, dan penjelasan apakah bisa sembuh atau tidak (Freepik/eyeEm)

Penyebab pembekuan darah paling umum terjadi karena faktor V Leiden dan mutasi gen prothrombin (G20210A), yang merupakan kelainan genetik dan sering teridentifikasi meningkatkan risiko pembekuan darah. Melansir Cleveland Clinic, Senin, 30 September, sekitar 3 persen hingga 5 persen orang dengan leluhur dari Eropa memiliki salinan mutasi faktor V Leiden. Tetapi hanya 1 dari 5.000 orang yang memiliki dua salinan mutasi tersebut. Sekitar 1 dari 50 orang kulit putih di Amerika dan Eropa memiliki mutasi protrombin.

Gejala kelainan pembekuan darah dapat bervariasi, tergantung pada bagian tubuh mana mengalami pembekuan darah. Gejala umum, meliputi:

  • Pembengkakan, nyeri tekan, dan nyeri kaki dapat berarti mengalami thrombosis vena dalam.
  • Nyeri dada disertai sesak napas kemungkinan mengalami emboli paru.
  • Serangan jantung.
  • Stroke.

Lantas apakah pembekuan darah bisa sembuh? Kondisi hiperkoagulasi atau pembekuan darah biasanya bersifat genetik. Karena diwariskan dari orang tua, berarti kecenderungan mengalami pembekuan darah akan dialami sepanjang usia. Tetapi beberapa kasus, pembekuan darah yang disebabkan pembedahan, trauma, pengobatan tertentu, dan kondisi medis tertentu, mungkin bisa dicegah dan diobati. Gangguan pembekuan darah juga bisa dialami penderita kanker yang minum beberapa jenis obat kanker, trauma atau menjalani operasi, penempatan kateter vena sentral, kegemukan, kehamilan, penggunaan suplemen estrogen termasuk pil kontrasepsi oral, dan terapi pengganti hormon.

Selain disebabkan hal yang disebutkan di atas, gangguan pembekuan darah juga bisa dialami karena tidak menggerakkan tubuh dalam waktu lama karena istirahat di tempat tidur atau perjalanan yang lama, serangan   jantung, gagal jantung, kongestif, stroke, trombositopenia akibat heparin, kelainna autoimun, sindrom radang usus, kurang folat dan vitamin B, serta terlalu banyak protein dalam urin.

Tes untuk mengetahui seseorang mengalami gangguan pembekuan darah, dilakukan dengan skrining beberapa gejala dan riwayat keluarga. Karena pembekuan darah bisa meningkatkan faktor risiko stroke di usia muda, penting mengenali gejalanya. Seperti dengan tes darah untuk mendeteksi kondisi. Pengobatan gangguan pembekuan darah, meliputi perawatan memakai obat antikoagulan.

Untuk pencegahan gangguan pembekuan darah yang bersifat non genetik, bisa dengan menemukan atau memakai pil KB non-estrogen, menjaga berat badan sehat, pastikan mendapatkan vitamin yang dibutuhkan, dan berjalan-jalan saat harus melakukan perjalanan jauh naik pesawat atau setelah menjalani operasi.