YOGYAKARTA – Stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang dialami anak akibat gizi buruk, infeksi berulang, dan stimulasi psikososial yang tidak memadai. Mengutip laman WHO (World Health Organization) stunting perlu segera ditangani mengingat pertumbuhan yang sehat merupakan penanda risiko morbiditas dan mortalitas, penyakit tidak menular di kemudian hari, serta kapasitas belajar dan produktivitas. Pertumbuhan yang sehat juga terkait dengan perkembangan anak, termasuk kemampuan kognitif, bahasa, dan sensorik-motorik.
Presiden Jokowi dalam acara Rakornas Pengawasan Intern (Wasin) 2023 di Kantor BPKP, Jakarta Timur, kemarin, Rabu, 14 Juni, mengatakan bahwa menyelesaikan masalah stunting harus konkret. Praksisnya, penggunaan anggaran yang dialokasikan untuk menyelesaikan masalah stunting harus optimal. Tutur Jokowi, “Kalau Rp 10 miliar itu anggarannya, mestinya yang lain-lain itu Rp2 miliar, Rp8 miliar itu (dibelikan) telur, ikan, daging, sayur, berikan ke yang stunting. Konkretnya seperti itu.”
Sebab penting mengenali penyebab dan cara pencegahan stunting, berikut penjelasan lengkap mengenai hal apa saja yang menyebabkan stunting dan pencegahannya.
Penyebab stunting
Secara spesifik, stunting adalah gangguan pertumbuhan pada bayi pada 1000 hari pertama terhitung dari kurangnya gizi orang tua yang merencanakan kehamilan, pembentukan janin, hingga usia 2 tahun. Gangguan pertumbuhan ini memiliki konsekuensi fungsional yang merugikan anak. Beberapa konsekuensi tersebut termasuk kognisi dan kinerja pendidikan yang buruk, upah orang dewasa yang rendah, kehilangan produktivitas dan, bila disertai dengan kenaikan berat badan yang berlebihan di masa kanak-kanak, peningkatan risiko penyakit kronis terkait gizi di masa dewasa.
Melansir laman Kementerian Kesehatan Direktorat Jendral Pelayanan Kesehatan, terdapat dua kategori penyebab stunting. Diantaranya, asupan kalori yang tidak adekuat atau memadai dan kebutuhan yang meningkat. Asupan kalori yang tidak memadai bisa didorong persoalan sosio-ekonomi (kemiskinan), Pendidikan dan pengetahuan yang rendah mengenai praktik pemberian makanan untuk bayi dan batita, kurangnya protein hewani dalam MPASI, penelantaran, pengaruh budaya, dan ketidaktersediaan bahan makanan setempat.
Stunting juga bisa disebabkan karena penyakit jantung bawaan, alergi susu sapi, berat badan bayi lahir sangat rendah, kelainan metabolisme bawaan, dan infeksi kronis yang disebabkan kebersihan personal serta lingkungan yang buruk. Selain itu, stunting juga terkait dengan penyakit yang bisa dicegah dengan imunisasi. Seperti tuberculosis (TBC), difteri, pertussis, dan campak.
Pencegahan stunting
Pencegahan stunting bisa dilakukan dengan mengatasi anemia, khususnya pada remaja putri sebelum menjadi calon ibu. Sedangkan pada usia yang matang dan siap merencanakan kehamilan, disarankan untuk rutin memeriksakan kondisi kehamilan ke dokter. Penting lagi, penuhi asupan nutrisi baik selama kehamilan seperti cukup makanan bergizi, mineral, zat besi, asam folat, dan yodium.
Melansir penjelasan dokter Ayu Munawaroh, tim dokter Ai Care, stunting pasti bertubuh lebih pendek daripada standar tinggi balita seusianya. Tetapi yang bertubuh pendek belum tentu stunting. Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan, satu dari empat balita mengalami gizi buruk.
“Cara pencegahannya bisa dimulai dari calon ayah dan calon ibu merencanakan pernikahan dan kehamilan. Misalnya, calon bunda bisa mengonsumsi asam folat, periksa hemoglobin, dan mengonsumsi tablet tambah darah apabila terjadi masalah anemia,” terang dokter Ayu. Tambahnya, bagi calon ayah bisa mengonsumsi zinc untuk meningkatkan kualitas sperma dan menghentikan kebiasaan merokok. Bagi keduanya, hindari diet ketat selama merencanakan kehamilan.
Sesaat setelah bayi lahir, segera lakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) agar berhasil menjalankan ASI eksklusif. Selain itu, wajib lakukan pemeriksaan ke dokter atau Posyandu dan Puskesmas secara berkala untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan anak.
Cara pencegahan lain yang wajib dilakukan adalah menjalankan imunisasi rutin yang diterapkan pemerintah agar anak terlindungi dari berbagai macam penyakit. Nah, selama memberikan ASI eksklusif hingga si kecil usia 6 bulan, ibu perlu mengonsumsi makanan bergizi. Setelah buah hati memasuki usia MPASI, berikan makanan sehat dan bergizi serta memantau berkala tumbuh kembangnya.
BACA JUGA:
Cara pencegahan stunting di samping mendapatkan ketercukupan gizi dan pemantauan berkala, penting juga menerapkan gaya hidup bersih. Misalnya selalu mencuci tangan sebelum makan, minum air bersih, buang air besar di jamban, sanitasi sehat, dan lainnya.