Bagikan:

MANOKWARI - Dinas Kesehatan Provinsi Papua Barat menyatakan optimistis mampu menurunkan kasus stunting atau terhambatnya tumbuh kembang anak yang masih tinggi di wilayah itu.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) pada Dinkes Papua Barat dr Nurmayanti di Manokwari, Senin 23 Mei, mengatakan saat ini kasus stunting di Papua Barat berada pada prevelensi 26,2 persen, jauh lebih tinggi dari angka nasional 24,41 persen.

Bahkan, katanya, pada enam kabupaten di Papua Barat, kasus stunting-nya lebih dari 30 persen.

Meski demikian, Dinkes Papua Barat menargetkan pada 2024 kasus stunting di wilayah itu turun hingga 12 persen atau berada pada angka di bawah 14 persen.

"Meskipun target kami cukup berat, namun dengan usaha dan kerja keras semua pihak, kami optimistis itu bisa tercapai," kata Nurmayanti dikutip Antara.

Menurut dia, tugas untuk menurunkan kasus stunting tidak semata-mata menjadi tanggung jawab jajaran kesehatan, tapi harus melibatkan lintas sektor.

Salah satu upaya konkrit untuk menurunkan kasus stunting, kata Nurmayanti, yaitu semua anak harus mendapatkan imunisasi lengkap untuk menghindari risiko terserang penyakit.

"Imunisasi itu erat kaitannya dengan upaya menurunkan angka stunting. Kami berharap pelaksanaan bulan imunisasi nasional sekarang ini bisa sukses sehingga dengan demikian secara perlahan kita bisa menurunkan angka stunting di Papua Barat," ujarnya.

Penyebab anak mengalami keterlambatan pertumbuhan karena kekurangan asupan gizi saat masa balita. Kekurangan gizi pada anak salah satu faktor pemicunya karena sering sakit, sehingga berimplikasi pada gangguan pertumbuhan.

"Kurangnya imunisasi dari yang seharusnya diterima akan menyebabkan anak lebih sering sakit. Jika sudah sakit maka asupan gizi akan terhambat dan pada akhirnya anak menjadi kurang gizi," kata Nurmayanti.