Bagikan:

JAKARTA - Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah memperingatkan, dunia di tepi jurang dan bergerak ke arah yang salam, dalam pidato di hadapan para pemimpin dunia pada sidang Majelis Umum ke-76 PBB.

António Guterres melukiskan gambaran yang gamblang tentang ketidaksetaraan yang tidak berkelanjutan, perubahan iklim yang tak terkendali, dan kepemimpinan yang tanpa cela.

"Saya di sini untuk membunyikan alarm. Dunia harus bangun," sebut Guterres di Majelis Umum PBB, mengutip The Guardian 21 September.

Satu hal yang disorotinya adalah ketidaksetaraan dalam hal distribusi global vaksin COVID-19, di mana mayoritas negara kaya telah divaksinasi, sementara lebih dari 90 persen orang Afrika masih menunggu dosis pertama vaksin COVID-19.

"Ini adalah dakwaan moral dari keadaan dunia kita. Itu adalah kecabulan,” kata Sekjen. Dia berbicara tentang perbedaan besar dalam kekayaan yang melihat 'miliarder bergembira ke luar angkasa sementara jutaan orang kelaparan", berdampingan dengan mundurnya demokrasi.

“Kami melihat ledakan perebutan kekuasaan secara paksa. Kudeta militer kembali terjadi,” katanya. Ketika demokrasi gagal memenuhi kebutuhan dasar rakyatnya, Guterres menambahkan, "Ini menyediakan oksigen untuk perbaikan yang mudah, solusi perak dan teori konspirasi".

Mengenai darurat iklim, Antonio Guterres mengatakan dunia sedang berjalan dalam tidur menuju bencana, mencatat jika semua pembangkit listrik tenaga batu bara yang direncanakan di seluruh dunia menjadi operasional, suhu rata-rata planet akan naik lebih dari 2 derajat celcius.

"Ini adalah darurat planet. Kami berada di tepi jurang dan bergerak ke arah yang salah. Dunia kita tidak pernah lebih terancam, atau lebih terpecah," sebutnya

Tanpa menyebut AS dan China, dia mengatakan persaingan kedua negara adidaya tersebut mengancam harapan kemajuan dalam mengatasi masalah dunia.

“Tidak mungkin untuk mengatasi tantangan ekonomi dan pembangunan yang dramatis, sementara dua ekonomi terbesar di dunia bertentangan satu sama lain. Saya merasa dunia kita tergelincir ke arah dua rangkaian perdagangan ekonomi, aturan keuangan dan teknologi yang berbeda, dua pendekatan yang berbeda dalam pengembangan kecerdasan buatan, dan pada akhirnya, risiko strategi militer dan geopolitik yang berbeda, dan ini adalah resep untuk masalah. Ini akan jauh lebih tidak dapat diprediksi daripada perang dingin," papar Sekjen PBB.

"Untuk memulihkan kepercayaan, dan mengilhami harapan, kami membutuhkan kerja sama, kami membutuhkan dialog, kami membutuhkan pengertian," pungkasnya.