Bagikan:

JAKARTA - Penyebaran cepat COVID-19 varian Delta yang sangat menular di seluruh dunia, membuat penjualan sertifikat vaksin COVID-19 palsu laris manis, seiring dengan banyaknya orang yang enggan mengikuti program vaksinasi.

Enggak tanggung-tanggung, sertifikat vaksin COVID-19 yang dipalsukan merupakan sertfikat vaksin COVID-19 digital keluaran Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), Layanan Kesehatan Nasional Inggris (NHS) hingga Uni Eropa.

Dan, penjualan ini ramai dilakukan di pasar gelap dengan memanfaatkan perangkat teknologi informasi. Tengok saja studi yang dilakukan oleh tim peneliti yang tergabung dalam Check Point Research (CPR).

Sejak Maret 2021, CPR melaporkan lonjakan 257 persen dalam jumlah penjual yang menggunakan salah perangkat lunak pesan instan berbasis cloud, untuk mengiklankan sertifikat vaksinasi COVID-19 palsu, karena tekanan untuk mendapatkan vaksinasi meningkat. 

Harga sertfikat vaksin palsu ini di kisaran 100 dolar Amerika Serikat atau sekitar Rp1.436.565, dapat dibeli dengan menggunakan PayPal atau mata uang kripto seperti Bitcon, mengutip The Jerusalem Post Kamis 12 Agustus. Hasil tes PCR COVID-19 palsu juga turut ditawarkan.

CPR mengatakan, kelompok pasar gelap memiliki rata-rata 100.000 pengikut, dengan beberapa kelompok memiliki lebih dari 450.000 pengikut, meningkat 566 persen dari Bulan Maret, ketika kartu dijual dengan harga mendekati harga 200 dolar Amerika Serikat.

sertifikat vaksin
Ilustrasi sertifikat vaksin COVID-19. (Wikimedia Commons/Juliettpapa97)

Mereka mencatat, perangkat lunak pesan instan berbasis cloud tersebut paling umum digunakan pasar digital untuk transaksi ini, yang memiliki penjual berbasis di Amerika Serikat, Inggris, Swiss, Pakistan, Belanda, Italia, Yunani, Indonesia dan Prancis, dengan mayoritas dijual di negara-negara Eropa. Sebelum Maret, sebagian besar sertifikat palsu dijual di dark net, kata CPR.

Oded Vanunu, Head of Products Vulnerabilities Research di CPR, mengatakan, pihaknya sedang mencari perubahan dari penjualan web gelap ke Telegram dan layanan serupa seperti WhatsApp.

"Kami telah mempelajari darknet dan Telegram untuk layanan terkait virus corona sepanjang tahun. Saat ini, kartu vaksinasi palsu untuk hampir semua negara sekarang tersedia untuk dibeli. Yang perlu Anda lakukan hanyalah mencantumkan negara tempat Anda berada," ujarnya.

"Kami percaya lonjakan pasar yang lebih luas didorong oleh varian Delta yang menyebar dengan cepat dan urgensi yang membendung setiap orang untuk divaksinasi. Akibatnya, ada orang yang tidak ingin mengambil vaksin, tetapi masih menginginkan kebebasan yang datang dengan membuktikan vaksinasi," paparnya.

Ia menambahkan, sejak Maret, harga kartu vaksinasi palsu telah turun setengahnya dan grup online untuk layanan virus corona palsu ini memiliki ratusan ribu pengikut.

"Saya sangat menyarankan orang untuk tidak terlibat. Penjual ini untuk apa pun, karena vendor ini mengejar lebih dari hanya menjual kartu vaksinasi palsu kepada Anda," pungkasnya.