JAKARTA - Otoritas Australia meminta lima juta warga Sydney untuk mematuhi perintah tinggal di rumah, setelah kota tersebut kembali mencatat rekor kasus infeksi harian COVID-19.
Ratusan polisi tambahan dikerahkan untuk berpatroli di beberapa bagian Kota Sydney untuk menegakkan perintah penguncian, seiring dengan penyeberan kasus COVID-19 varian Delta yang kini menyebabkan lebih dari 400 kasus infeksi.
"New South Wales (negara bagian) menghadapi tantangan terbesar yang kami, hadapi sejak pandemi dimulai," kata Perdana Menteri negara bagian Gladys Berejiklian kepada wartawan di Sydney, seperti mengutip Reuters Jumat 9 Juli.
"Saat ini jumlahnya tidak menuju ke arah yang benar. Tolong jangan tinggalkan rumahmu. Jangan tinggalkan rumahmu, kecuali benar-benar harus," pinta Berejiklian.
Empat puluh empat kasus yang didapat secara lokal dilaporkan pada Hari Jumat di NSW, negara bagian terpadat di Australia, melampaui 38 sehari sebelumnya, dengan 29 di antaranya telah menghabiskan waktu di komunitas saat terinfeksi.
Total saat ini ada 43 kasus di rumah sakit, dengan 10 orang dalam perawatan intensif, empat di antaranya membutuhkan ventilasi. Peningkatan kasus terjadi meskipun kota terbesar di Australia dikunci selama dua minggu, yang kini telah diperpanjang hingga minggu ketiga yang berakhir 16 Juli.
Di pinggiran barat daya Sydney, yang sekarang menjadi pusat wabah, jalan-jalan hampir sepi pada Hari Jumat, dengan sekelompok polisi berpatroli di pinggiran kota. Guna menekan mobilitas dan interaksi, mulai Jumat malam pertemuan publik hanya untuk dua orang, penduduk hanya boleh melakukan perjalanan sejauh 10 kilometer dari rumah
Pada saat yang sama, Berejiklian juga menolak laporan pihaknya sedang mempertimbangkan perubahan kebijakan, menjadi 'hidup dengan virus', dengan alasan rendahnya cakupan vaksin COVID-19 di Australia.
"Jika kita memilih untuk hidup dengan ini, sementara tingkat vaksinasi pada 9 persen, kita akan melihat ribuan rawat inap dan kematian," papar Berejiklian.
Sukses menangani gelombang COVID-19 tahun lalu, Australia termasuk negara yang lambat dalam kemajuan proses vaksinasi COVID-19, lantaran kendala pasokan vaksin AstraZeneca yang menjadi andalan Negeri Kangguru.
BACA JUGA:
Sementara, Perdana Menteri Australia Scott Morrison pada Hari Jumat mengatakan Pfizer akan meningkatkan pengiriman vaksin COVID-19 menjadi sekitar satu juta dosis seminggu mulai 19 Juli, lebih dari tiga kali lipat pengiriman saat ini.
"Itu menempatkan kami di tempat yang sangat kuat untuk dapat menyelesaikan pekerjaan ini saat kami bergerak menuju akhir tahun dan bahkan mungkin lebih cepat," tukas PM Morrison.
Hingga Jumat ini, Australia total kasus infeksi COVID-19 mencapai 30.951 kasus, dengan 910 kematian dan 29.466 pasien yang dinyatakan sembuh, seperti mengutip Worldometers.