India Catat Rekor Vaksinasi COVID-19, Ahli: Perlu 10 Juta Dosis per Hari
Pusat vaksinasi COVID-19 di India. (Wikimedia Commons/Sumita Roy Dutta)

Bagikan:

JAKARTA - India mencatat rekor pemberian vaksin COVID-19 dalam sehari, di mana sebanyak 7,5 juta dosis vaksin disuntikan ke semua orang dewasa yang memenuhi syarat secara gratis. 

Awal bulan ini, Perdana Menteri Narendra Modi mengatakan pemerintah akan membeli 75 persen vaksin dari semua produsen, untuk didistribusikan secara gratis ke seluruh negara bagian, setelah sebelumnya rumah sakit swasta membeli vaksin untuk orang berusia 18-45 tahun. 

Sebelumnya, India mencatat rekor pemberian 4,5 juta dosis vaksin pada 5 April lalu, namun kemudian turun menjadi rata-rata di bawah 3 juta dosis per hari. Sementara, ahli mengatakan India perlu memberikan 10 juta dosis vaksin sehari, untuk mencapai target 950 juta orang divaksin pada Desember. Saat ini, jumlah penduduk India yang telah menerima vaksin lengkap kurang dari 5 persen total populasi.

"Jika pasokan tetap konsisten, kami akan berada di jalur untuk menyuntik sebagian besar populasi kami pada akhir tahun," DN Patil, pejabat kesehatan senior di Negara Bagian Maharashtra yang memiliki populasi lebih dari 125 juta jiwa, seperti mengutip Reuters Selasa 22 Juni. 

Sebelumnya, Pemerintah India optimis dapat memiliki 10 juta dosis vaksin COVID-19 per hari pada Bulan Juli dan Agustus. Kendati, penasihat pemerintah Vinod Kumar Paul kemarin mengatakan, pemberian 10 juta dosis vaksin per hari bukanlah tujuan yang ditetapkan.

"Ketika peningkatan terjadi, kecepatan implementasi juga harus ditingkatkan dan itu akan mengarah ke jumlah tertentu," terang Paul dalam sebuah wawancara dengan saluran CNBC-TV18.

"Ada demonstrasi oleh sistem tentang berapa banyak yang bisa dilakukan pada hari tertentu, setidaknya ini adalah sesuatu yang harus menjadi jelas pada akhir hari," tandasnya.

Untuk diketahui, India melaporkan 53.256 kasus infeksi baru, dengan total kasus keseluruhan mencapai 29,9 juta, India menempati peringkat kedua tertinggi secara global setelah Amerika Serikat.

"Ini menandai awal dari akhir kesulitan terkait COVID-19 di negara ini," Giridhara Babu, anggota Dewan Penelitian Medis India, badan penelitian kesehatan utama negara itu, mengatakan kepada Reuters.