JAKARTA - Pemerintah Amerika Serikat (AS) berencana untuk menyumbangkan 500 juta dosis vaksin COVID-19 lansiran Pfizer untuk hampir 100 negara selama dua tahun ke depan.
Staf Pemerintahan Joe Biden mengungkapkan, Amerika Serikat kemungkinan akan mendistribusikan 200 juta vaksin tahun ini dan 300 juta vaksin pada paruh pertama tahun depan, bagi 92 negara berpenghasilan rendah dan Uni Afrika.
Donasi disebut akan melalui program vaksin COVAX yang mendistribusikan suntikan COVID-19 ke negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah. Program ini dipimpin oleh Organisasi Kesehatan Dunia dan Aliansi Global untuk Vaksin dan Imunisasi (GAVI).
"Presiden AS Joe Biden akan mengumumkan kesepakatan pada Hari Kamis di pertemuan Kelompok Tujuh (G7) negara-negara terkaya di dunia di Inggris," ujar salah sumber kepada Reuters seperti dikutip Kamis 10 Juni.
"Kesepakatan itu dinegosiasikan selama empat minggu terakhir oleh koordinator respons COVID-19 Gedung Putih Jeff Zients dan tim gugus tugas virus corona," sambung sumber tersebut.
Gedung Putih dan Pfizer menolak berkomentar. Sebelumnya, Pfizer mengatakan mereka mengharapkan untuk menghasilkan sebanyak 3 miliar vaksin COVID-19 pada tahun 2021 dan lebih dari 4 miliar tahun depan.
Terpisah, The New York Times melaporkan Amerika Serikat akan membeli dosis dengan harga 'nirlaba, mengutip orang-orang yang mengetahui kesepakatan itu. Mereka juga melaporkan bahwa CEO Pfizer Albert Bourla akan menemani Biden selama pengumuman tersebut.
Perjanjian tersebut merupakan tambahan dari 300 juta tembakan yang telah dibeli Amerika Serikat dari Pfizer dan menjadikan jumlah total tembakan Pfizer/BioNTech yang dibeli oleh Amerika Serikat menjadi 800 juta, kata Times.
Sebelum terbang ke Inggris dengan menggunakan Air Force One, Presiden Biden menyatakan dirinya memiliki strategi vaksi global dan akan mengumumkannya kemudian, tanpa memberikan rincian.
Sementara itu, CNBC melaporkan pada Hari Rabu, Pemerintah AS juga berbicara dengan Moderna Inc., terkait pembelian vaksinya untuk disumbangkan ke negara lain.
Seorang juru bicara Moderna mengatakan, perusahaan tertarik untuk memberikan suntikan COVID-19 kepada Pemerintah AS untuk diberikan kepada negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah, tetapi menolak mengomentari diskusi apa pun.
Gedung Putih berada di bawah tekanan yang meningkat untuk meningkatkan sumbangan suntikan COVID-19 ke negara lain. Ini sejalan dengan program vaksinasi mereka yang lebih baik dibanding negara lain.
Amerika Serikat telah memberikan setidaknya satu suntikan untuk sekitar 64 persen dari populasi orang dewasa dan telah mulai memvaksinasi remaja. Sementara negara-negara lain seperti Brasil dan India, sedang berjuang untuk mendapatkan dosis yang sangat dibutuhkan.
"Tindakan ini mengirimkan pesan yang sangat kuat tentang komitmen Amerika untuk membantu dunia memerangi pandemi ini," kata Tom Hart, penjabat kepala eksekutif organisasi nirlaba The ONE Campaign.
BACA JUGA:
Untuk diketahui, Pemerintahan Biden mengatakan akan membagikan 80 juta dosis vaksin di seluruh dunia pada akhir Juni. Gedung Putih awal tahun ini juga menjanjikan 4 miliar dolar AS kepada COVAX dan mendesak negara-negara lain untuk meningkatkan donasi mereka.