Meski Ada Kasus Pemuda Meninggal Setelah Divaksin, Pemprov DKI Lanjutkan Vaksinasi AstraZeneca
Vaksin COVID-19 AstraZeneca (Foto: Sigid Kurniawan/Antara)

Bagikan:

JAKARTA - Pemprov DKI memutuskan melanjutkan vaksinasi COVID-19 merek AstraZeneca dengan sasaran masyarakat di RW kumuh, setelah kasus pemuda meninggal dunia usai divaksin AstraZeneca.

Namun, satu batch nomor CTMAV547 tidak dipakai. Batch ini merupakan kelompok vaksin yang salah satunya disuntikkan kepada pemuda tersebut. Saat ini, AstraZeneca batch CTMAV547 sedang diteliti.

"Pelaksanaan vaksinasi dosis 1 dengan AstraZeneca mulai hari ini dapat dilanjutkan menggunakan vaksin selain nomor batch CTMAV547," kata Kepala Dinas Kesehatan DKI Widyastuti dalam keterangannya, Selasa, 18 Mei.

Widyastuti meminta jajarannya untuk meneruskan informasi kepada puskesmas dan sentra vaksin atau fasilitas kesehatan pemberi layanan vaksinasi.

Lalu, petugas pelayanan vaksinasi diminta untuk memastikan peserta vaksin mendapat informasi yang jelas, tentang nomor telepon petugas yang dapat dihubungi jika mengalami keluhan.

"Memastikan nomor telepon petugas di kartu vaksin dapat dihubungi dan memberi respons yang baik," ujar Widyastuti.

Jika peserta vaksinasi mengalami keluhan kesehatan pascavaksin, dapat menggunakan obat parasetamol. Petugas diminta menyarankan peserta memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan terdekat jika keluhan semakin berat.

"Fasilitas kesehatan menerima peserta vaksin dengan keluhan KIPI harus memberikan respons medis yang kuat dan segera meneruskan info kepada puskesmas di wilayah," jelasnya.

Sebagai informasi, seorang pemuda berusia 22 tahun asal Buaran, Jakarta Timur, bernama Trio Fauqi Virdaus meninggal setelah disuntik vaksin AstraZeneca batch CTMAV547 pada satu hari sebelumnya.

Awalnya, Trio merasakan gejala demam panas setelah mendapatkan suntikan vaksin AstraZeneca di Istora Senayan pada Rabu, 5 Mei.

Esoknya, kondisi Trio melemah. Ia lalu dibawa ke rumah sakit. Namun, nyawa Trio tak dapat diselamatkan. Trio dinyatakan meninggal pada Kamis, 6 Mei sekitar pukul 12.30 WIB.

Akhirnya, Kementerian Kesehatan menghentikan sementara penggunaan satu kumpulan produksi atau batch vaksin AstraZenexa jenis CTMAV547. 

Humas Kemenkes Widyawati menyebut satu batch vaksin AstraZeneca yang ditangguhkan saat ini sedang diuji toksisitas dan sterilitas oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

"Tidak semua batch vaksin AstraZeneca dihentikan distribusi dan penggunaannya. Hanya batch CTMAV547 yang dihentikan sementara sambil menunggu hasil investigasi dan pengujian dari BPOM yang kemungkinan memerlukan waktu satu hingga dua minggu," kata Widyawati dalam keterangannya, Minggu, 16 Mei.

Batch CTMAV547 ini berjumlah 448.480 dosis dan merupakan bagian dari 3.852.000 dosis AstraZeneca. Vaksin ini diterima Indonesia pada tanggal 26 April 2021 melalui skema Covax Facility bersama WHO. Batch ini sudah didistribusikan untuk TNI dan sebagian ke DKI Jakarta dan Sulawesi Utara.